Rabu, 18 Mei 2011

INOVASI PROGRAM SISTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI)


 
Banyaknya penduduk yang menggantungkan hidup dari sektor  pertanian dan didukung dengan kekayaan sumber daya alam yang besar dan beragam merupakan modal yang menjadikan kelebihan bagi Negara ini untuk dapat mengembangkan sektor pertaniannya. Namun adanya potensi yang besar tersebut belum dapat menjadikan petani meningkat kesejahteraannya, justru sebagian besar petani banyak yang termasuk golongan miskin. Banyak faktor yang menyebabkan hal di atas, salah satunya adalah belum optimalnya usahatani yang dilakukan oleh petani.

Dilain pihak ketergantungan masyarakat akan beras sebagai bahan pangan pokok dan berkurangnya lahan pertanian produktif menimbulkan permasalahan baru bagi ketahanan pangan nasional. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani dan untuk mencukupi  kebutuhan beras nasional, pemerintah mencanangkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), dimana untuk tahun 2007 ditargetkan terjadi peningkatan produksi beras sebanyak 2 juta ton. 

Untuk mencapai target peningkatan produksi beras tersebut dilakukan melalui program-program peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam  pengamanan produksi, penguatan kelembagaan dan permodalan. Peningkatan produktivitas dilaksanakan antara lain dengan perbaikan mutu benih, penggunaan varietas unggul, pemupukan berimbang, perbaikan metode tanam dan lain-lain. 

Salah satu pendekatan baru yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktifitas padi sawah dan sekaligus menekan biaya produksi adalah dengan SRI (system of rice intensification) yang pertama ditemukan di Madagascar antara tahun 1983-1984. Di dalam SRI diterapkan cara-cara yang berbeda dalam pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara.  SRI mengembangkan praktek pengelolaan padi yang memperhatikan kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik, terutama di zona perakaran, dibandingkan dengan teknik budidaya cara konvensional. Dalam SRI semua unsur potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhan mereka. Empat hal pokok yang membedakan metode SRI dengan metode konvensional adalah: bibit dipindah lapang (transplantasi) lebih awal, bibit ditanam satu-satu tidak secara berumpun, jarak tanam yang lebar, kondisi tanah tetap lembab tapi tidak tergenang air. Dimana dengan perlakuan-perlakuan yang berbeda ini dapat memberikan produktivitas yang lebih baik, dan juga lebih menghemat air. 

Adanya inovasi baru dalam masyarakat tentunya tidak dapat langsung diterima begitu saja. Diperlukan sebuah proses sosialisasi yang sesuai dengan karakteristik masyarakat sasaran, agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik sehingga implementasinya sesuai dengan tujuan dari sosialisasi kegiatan tersebut. Untuk itu diperlukan sebuah persiapan yang matang sebelum sosialisasi dilaksanakan, terkait dengan kesesuaian pesan, kesiapan komunikator, sasaran, dan juga metode dan teknik yang akan digunakan. 

Petani sebagai pihak pengambil keputusan akhir dalam usahataninya tentunya tidak  akan sembarangan dalam memutuskan untuk menerima ataupun menolak sebuah inovasi baru, salah satu hal yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan petani adalah bagaimana inovasi itu disampaikan seperti yang terkandung dalam pengertian penyuluhan pertanian sebagai rekayasa sosial atau proses perubahan sosial yang dilakukan oleh pihak luar demi terciptanya kondisi sosial yang diinginkan (Mardikanto, 2001). Oleh karena itu bagaimana strategi yang dilakukan untuk mensosialisasikan metode tanam padi SRI ke masyarakat petani di wilayah Purworejo membuat penelliti tertarik untuk menelitinya. Hal ini perlu diketahui untuk melihat bagaimana kegiatan itu dilakukan untuk pengembangan metode tanam padi SRI di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo. 

Usahatani padi sawah metode SRI merupakan usahatani padi sawah irigasi secara intensif dan efisien dalam pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal serta berbasis pada kaidah ramah lingkungan. Kelebihan sistem SRI antara lain:  (1) Tanaman hemat air, (2) Hemat biaya (butuh benih 5 kg/ha), (3) Hemat waktu (ditanam bibit muda 5-12 hari setelah semai, panen lebih awal), (4) Produksi dipastikan bisa meningkat, dibeberapa tempat mencapai 11 ton/ ha (Anonim, 2006). Metode SRI merupakan teknologi baru bagi masyarakat petani di wilayah Purworejo.

Untuk dapat merubah pola tanam petani mengikuti yang disarankan tentunya tidak mudah, terlebih jika usahatani merupakan sumber pendapatan pokok bagi petani, karena berkaitan dengan resiko kegagalan yang mungkin dihadapi. Selain itu budaya dan lingkungan sosial tempat petani tinggal sedikit banyak juga mempengaruhi keputusan yang akan mereka ambil. Jika dilihat dari inovasi yang diberikan, bagaimana karakteristik inovasi tersebut apakah sesuai dengan kondisi masyarakat sasaran juga akan mempengaruhi penerimaan inovasi oleh masyarakat sasaran.  Disamping itu yang juga harus diperhatikan adalah bagaimana karakteristik dari sasaran/ petani itu sendiri yang sering kali tidak mau digurui oleh siapa pun, apalagi oleh kalangan yang tidak dikenalnya.

Untuk itu diperlukan metode dan teknik khusus yang sesuai dengan prinsip penyuluhan pertanian agar inovasi yang disampaikan dapat diterima dan akhirnya diadopsi oleh sasaran. Sehingga dengan tercapainya tujuan program, akan tercapai peningkatan produksi beras nasional, meningkatnya pendapatan petani seiring dengan peningkatan produktivitas lahannya, dan ketahanan pangan nasional dapat terjaga. 
       Sumber Dinas Pertanian Purworejo

2 komentar:

  1. if agriculture is considered as a business, and we care about the unemployment and poverty in rural areas,

    “MARI KITA BUAT PETANI TERSENYUM KETIKA PANEN TIBA”

    Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produk-produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia.
    NPK yang antara lain terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita, dan sudah dilakukan sejak 1967 (masa awal orde baru) hingga sekarang.
    Produk hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun 1984 pada saat Indonesia mencapai swasembada beras dan kondisi ini stabil sampai dengan tahun 1990-an. Capaian produksi padi saat itu bisa 6 -- 8 ton/hektar.

    Petani kita selanjutnya secara turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau yang ada disekitar kita, sementara yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro NPK saja ditambah dengan pengendali hama kimia yang sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin rusak, semakin keras dan menjadi tidak subur lagi. Sawah-sawah kita sejak 1990 hingga sekarang telah mengalami penurunan produksi yang sangat luar biasa dan hasil akhir yang tercatat rata-rata nasional hanya tinggal 3, 8 ton/hektar (statistik nasional 2010).

    Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.

    System of Rice Intensification (SRI) yang telah dicanangkan oleh pemerintah (SBY) beberapa tahun yang lalu adalah cara bertani yang ramah lingkungan, kembali kealam, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya, kuantitas dan kualitas, serta harga produk juga jauh lebih baik.
    SRI sampai kini masih juga belum mendapat respon positif dari para petani kita, karena pada umumnya petani kita beranggapan dan beralasan bahwa walaupun hasilnya sangat menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam proses budidayanya.

    Selain itu petani kita sudah terbiasa dan terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang praktis dan serba instan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga umumnya sangat berat menerima metoda SRI ini.
    Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan metode tersebut.

    Kami tawarkan solusi yang lebih praktis yang perlu dipertimbangkan dan sangat mungkin untuk dapat diterima oleh masyarakat petani kita untuk dicoba, yaitu:

    "BERTANI DENGAN POLA GABUNGAN SISTEM SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK AJAIB (SO/AVRON/NASA) + EFFECTIVE MICROORGANISME 16 PLUS (EM16+), DENGAN SISTEM JAJAR GOROWO",

    Cara gabungan ini hasilnya tetap PADI ORGANIK yang ramah lingkungan seperti yang dikehendaki pada pola SRI, tetapi cara pengolahan tanah sawahnya lebih praktis, dan hasilnya bisa meningkat 100% — 400% dibanding pola tanam konvensional seperti sekarang.

    Ditunggu komentarnya di omyosa@gmail.com, atau di 02137878827, 081310104072

    BalasHapus
  2. if agriculture is considered as a business, and we care about the unemployment and poverty in rural areas,

    “MARI KITA BUAT PETANI TERSENYUM KETIKA PANEN TIBA” (lanjutan)

    • PUPUK ORGANIK AJAIB (SO/AVRON/NASA) merupakan pupuk organik lengkap yang memenuhi kebutuhan unsur hara makro dan mikro tanah dengan kandungan asam amino paling tinggi yang penggunaannya sangat mudah,
    • sedangkan EM16+ merupakan cairan bakteri fermentasi generasi terakhir dari effective microorganism yang sudah sangat dikenal sebagai alat composer terbaik yang mampu mempercepat proses pengomposan dan mampu menyuburkan tanaman dan meremajakan/merehabilitasi tanah rusak akibat penggunan pupuk dan pestisida kimia yang tidak terkendali,
    • sementara itu yang dimaksud sistem jajar gorowo adalah sistem penanaman padi yang diselang gorowo/alur/selokan/parit, bisa 2 padi selang 1 gorowo atau 4 padi selang 1 gorowo, dan
    • yang paling penting dalam bertani pola gabungan ini adalah relative lebih murah.

    CATATAN:

    1. Bagi Anda yang bukan petani, tetapi berkeinginan memakmurkan/ mensejahterakan petani sekaligus ikut mengurangi tingkat pengangguran dan urbanisasi masyarakat pedesaan, dapat melakukan uji coba secara mandiri system pertanian organik ini pada lahan kecil terbatas di lokasi komunitas petani sebagai contoh (demplot) bagi masyarakat petani dengan tujuan bukan untuk Anda menjadi petani, melainkan untuk meraih tujuan yang lebih besar lagi, yaitu ANDA MENJADI AGEN SOSIAL penyebaran informasi pengembangan system pertanian organik diseluruh wilayah Indonesia.

    2. Cara bertani organik tidak saja hanya untuk budidaya tanaman padi sawah, tetapi bisa juga untuk berbagai produk-produk agro bisnis yang meliputi pertanian (padi, palawija, buah dan sayuran), perkebunan, perikanan, dan peternakan.

    Semoga petani kita bisa tersenyum ketika datang musim panen.

    AYOOO PARA PETANI DAN SIAPA SAJA YANG PEDULI PETANI!!!! SIAPA YANG AKAN MEMULAI? KALAU TIDAK KITA SIAPA LAGI? KALAU BUKAN SEKARANG KAPAN LAGI?

    Anda siap menjadi donatur bagi pekerja sosial agen penyebaran informasi, atau Anda sendiri merangkap sebagai pekerja sosial agen penyebaran informasi itu dilokasi sekitar anda berada, atau pada wilayah yang lebih luas lagi diseluruh Indonesia?

    Ditunggu komentarnya di omyosa@gmail.com, atau di 02137878827, 081310104072

    BalasHapus