PENGERTIAN AGRIBISNIS
Pengertian Agribisnis menurut suku katanya berasal dari kata Agri dan bisnis. Agri adalah Pertanian sedangkan bisnis adalah usaha yang menghasilkan uang, dengan demikian pengertian Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi iru sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian ( Sjarkowi dan Sufri, 2004).
Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal dan hidup di pedesaan yang umumnya hidup dan berusaha di bidang pertanian adalah juga merupakan bagian dari agribisnis, dari setiap petani memelihara tanaman dan hewan guna mendapatkan hasil yang bermanfaat. Peranan lainya yang dilakukan petani dalam usaha taninya adalah sebagai pengelola. Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan tangan, otot dan mata maka keterampilan sebagai pengelola mancakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan. Tercakup didalamnya terutama pangambilan keputusan atau penetapan pilihan dari alternatif-alternatif yang ada dan merupakan prilaku petani ( Mosher,A.T., 1969)
Dampak penerapan Teknologi Pengendalian Hama terpadu ( Didi Juhandi, 1997). Perilaku meliputi :
1)Pengetahuan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan apa yang mereka ketahui.
2)Sikap yaitu hal-hal yang berkaitan dengan apa yang mereka pikirkan dan rasakan.
3)Tindakan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan apa yang mereka kerjakan. Perubahan perilaku tersebut diarahkan agar petani dan keluarganya mampu dan
sanggup bertani lebih produktif dan lebih menguntungkan serta dapat hidup lebih sejahtera.
Banyak persoalan yang dihadapi petani, baik yang berhubungan langsung dengan produksi dan pemasaran hasil pertanian maupun dengan hal-hal yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain merupakan usaha bagi petani, pertanian sudah merupakan usaha bagi petani, pertanian sudah merupakan bagian dari hidupnya sehingga tidak hanya aspek ekonomi, tetapi aspek lainya semua memegang peranan penting dalam tindakan petani. Namun demikian, dari segi ekonomi pertanian, berhasil tidaknya produksi dan tingkat harga yang diterima oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prilaku dan kehidupan petani (Mubyarto, 1986).
Sejalan dengan kemajuan teknologi maupun perkembangan struktur sosial, ekonomi dan budaya, Teknologi Pengendalian Hama terpadu di pedesaan dapat membantu warga desa dalam meningkatkan usahataninya, meningkatkan pengelolaan untuk mendapatkan nafkah dalam usahataninya. Sedangkan teknologi adalah pengetahuan untuk menggunakan daya cipta manusia dalam menggali sumber daya alam dan memanfaatkanya guna untuk meningkatkan kesejahteraan (Anonimous, 1988).
Secara ekonomis, bahwa teknologi baru khususnya teknologi PHT harus sesuai dengan kemampuan daya beli petani dan keuntungan dari teknologi tersebut harus benar-benar tampak. Secara sosial teknologi baru dapat segera disebarluaskan dikalangan masyarakat setempat. Teknologi baru secara sosial akan mempengaruhi sikap petani terhadap teknologi itu sendiri apakah petani menerima, ragu-ragu atau menolak teknologi tersebut.
Secara Teknis Teknologi baru harus tidak banyak menanggung resiko, tersedia setiap saat, tidak menimbulkan efek samping yang cukup merugikan, cukup sederhana, tidak menyulitkan petani serta dapat menimbulkan motivasi untuk berproduksi dengan menggunakan teknologi baru khususnya teknologi Pengendalian Hama Terpadu ( PHT).
Dalam menerapkan Konsep PHT yang berwawasan lingkungan maka seseorang perlu mengadopsi elemen dasar dan Komponen PHT. Proses pengadopsian inovasi tersebut melalui Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu ( SLPHT), kegiatan tersebut pada hakekatnya ingin merubah perilaku petani dengan mengenal teknologi baru melalui proses belajar disawah dengan pengalaman sendiri. Dengan kegiatan tersebut diharapkan akan terjadi proses adopsi teknologi PHT oleh petani dan masyarakat disekitarnya ( Bappenas, 1993).
Teknologi PHT, tidak semua dapat diterima dan diadopsi petani, artinya inovasi tersebut mungkin juga ditolak oleh petani, hasil sementara yang diperoleh dari kegiatan pelatihan dan pengembangan PHT sebagai program Nasional yang telah berlaku sejak tahun 1990/1991 menunjukan terjadinya penurunan penggunaan Pestisida lebih dari 50 % dari jumlah pengguna rata-rata permusim, sehingga terjadi penghematan ( Bappenas, 1993). Pada dasarnya petani tidak hanya bertujuan untuk memperoleh produksi yang tinggi tetapi yang lebih penting bagi petani adalah adanya pendapatan yang relatif tinggi.
Oleh karena itu, disamping peningkatan produksi, penekanan biaya produksi serta berusaha mendapatkan harga yang layak sehingga mencapai pendapatan yang optimal merupakan tujuan utama bagi petani, keuntungan yang diperoleh dari proses usahatani juga tergantumng dari efektif atau tidaknya dari faktor-faktor produksi yang digunakan, seperti luas lahan pertanian, sarana produksi dan pengalokasian tenaga kerja.
Selanjutnya peningkatan pendapatan patani akan tergantung bagaimana unsur-unsur produksi dialokasikan oleh petani serta kemampuanya sebagai pengelola, mampu memilih alternatif yang paling menguntungkan. Kenaikan hasil proses pada umumnya tidak disebabkan oleh perubahan satu input saja melainkan oleh perpaduan dari beberapa macam input, makin banyak input dalam batas-batas tertentu diharapkan makin besar pola output yang diterima oleh petani.
Petani yang tidak melakukan pengendalian Penyakit Kresek ( bagian dari PHT) faktor produksi yang digunakan sebesar X2 dan produksi yang dihasilkan sebesar Y2 dengan asumsi pada titik A produksi optimum, sedangkan petani yang melakukan pengendalian Penyakit Kresek ( Teknologi PHT ) input yang digunakan untuk berproduksi menjadi lebih rendah sebesar X1 karena dapat dikurangi dari biaya penggunaan benih, pupuk dan penggunaan pestisida disesuaikan dengan kebutuhan perlu atau tidak, sehingga produksi yang dihasilkan mengalami peningkatan sebesar Y1 dengan asumsi pada titik B produksi optimum. Dengan demikian pengendalian Penyakit Kresek dapat menekan biaya produksi, karena dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaan usahataninya melalui pemantauan secara rutin dan pengendalia OPT mengutamakan pengendalian yang tersedia di alam.
Penyakit Kresek yang disebabkan oleh infeksi bakteri Xanthomonas oryzae suatu organisme yang ada hubunganya dengan bakteri yang menyebabkan helai daun, dengan gejala awal berupa garis pendek kebasahan seperti terpercik air panas dengan ukuran 0,5 – 1,0 mm dan panjang 3 – 5 mm, gejala ini berkembang memanjang biasanya tidak melebar karena dibatasi oleh tulang daun. Panjang bercak tergantung ketahanan Varietas, pada varistas yang rentan bercak dapat memanjang sampai beberapa sentimeter dan beberapa bercak yang berdekatan sering bersatu, tetesan embun seperti susu atau agak keruh timbul dipermukaan luka baru pada waktu pagi bakteri menetes pada luka baru, luka makin meluas ke pinggir daun mulai berombak, kemudian menjadi kuning atau coklat muda. Dengan berkembangnya penyakit, luka itu menutupi seluruh helaian daun dan berubah warna keabu-abuan lalu putih, gejala kresek biasanya timbul antara 2 – 6 minggu setelah tahap pembibitan, daun mulai mengandung air melipat dan tergulung sepanjang tulang tengah daun, kemudian seluruh tanaman menjadi layu,kemudian seluruh tanaman menjadi layu, kering dan mati, Gejala Kresek kadang-kadang menyerupai kerusakan oleh penggerek batang. Untuk membedakan kerusakan akibat kresek dengan luka akibat penggerek batang yakni bagian bawah tanaman dipotong lalu pangkal potongan diremas-remas dengan jari, jika penyakitnya kresek akan keluar tetesan kekuning-kuningan.
Gejala kuning pucat daun yang lebih tus berwarna hijau mornal, tetapi daun-daun yang termuda kuning atau bergaris-garis kuning.
Siklus Penyakit dan faktor yang mempengaruhi yakni :
1)Setelah luka awal pada daun timbul, maka tetesan bakteri pada permukaan daun disebarluaskan oleh angin, hujan dan air irigasi. 2) Bakteri berkembang biak dalam tanaman dan memasuki vena daun, bakteri yang masuk dalam akar menyumbat jaringan penyalur air dan menyebabkan tanaman menjadi layu. 3) Tanaman padi dapat tertular melalui beberapa sumber yakni tunggul yang kena infeksi, biji yang sakit, air sawah dan jerami yang terkena penyakit. 4) Bakteri masuk dalam daun melalui pori-pori dan luka dan berkembang biak dalam tanaman. 5) Suhu dan kelembaban yang tinggi selama pertumbuhan tanaman adalah salah satu faktor menentukan.
Pengendalian diantaranya dengan perbaikan cara bercocok tanam, persemaian di tempat yang berdrainase baik, pemakaian pupuk Nitrogen tidak terlalu tinggi, perbaikan sistem pemberian air, sanitasi pertanaman terhadap sisa-sisa tanaman sakit dan pemakaian bakterisida efektif yang di izinkan ( Anonimous, 1994).
Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal dan hidup di pedesaan yang umumnya hidup dan berusaha di bidang pertanian adalah juga merupakan bagian dari agribisnis, dari setiap petani memelihara tanaman dan hewan guna mendapatkan hasil yang bermanfaat. Peranan lainya yang dilakukan petani dalam usaha taninya adalah sebagai pengelola. Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan tangan, otot dan mata maka keterampilan sebagai pengelola mancakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan. Tercakup didalamnya terutama pangambilan keputusan atau penetapan pilihan dari alternatif-alternatif yang ada dan merupakan prilaku petani ( Mosher,A.T., 1969)
Dampak penerapan Teknologi Pengendalian Hama terpadu ( Didi Juhandi, 1997). Perilaku meliputi :
1)Pengetahuan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan apa yang mereka ketahui.
2)Sikap yaitu hal-hal yang berkaitan dengan apa yang mereka pikirkan dan rasakan.
3)Tindakan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan apa yang mereka kerjakan. Perubahan perilaku tersebut diarahkan agar petani dan keluarganya mampu dan
sanggup bertani lebih produktif dan lebih menguntungkan serta dapat hidup lebih sejahtera.
Banyak persoalan yang dihadapi petani, baik yang berhubungan langsung dengan produksi dan pemasaran hasil pertanian maupun dengan hal-hal yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain merupakan usaha bagi petani, pertanian sudah merupakan usaha bagi petani, pertanian sudah merupakan bagian dari hidupnya sehingga tidak hanya aspek ekonomi, tetapi aspek lainya semua memegang peranan penting dalam tindakan petani. Namun demikian, dari segi ekonomi pertanian, berhasil tidaknya produksi dan tingkat harga yang diterima oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prilaku dan kehidupan petani (Mubyarto, 1986).
Sejalan dengan kemajuan teknologi maupun perkembangan struktur sosial, ekonomi dan budaya, Teknologi Pengendalian Hama terpadu di pedesaan dapat membantu warga desa dalam meningkatkan usahataninya, meningkatkan pengelolaan untuk mendapatkan nafkah dalam usahataninya. Sedangkan teknologi adalah pengetahuan untuk menggunakan daya cipta manusia dalam menggali sumber daya alam dan memanfaatkanya guna untuk meningkatkan kesejahteraan (Anonimous, 1988).
Secara ekonomis, bahwa teknologi baru khususnya teknologi PHT harus sesuai dengan kemampuan daya beli petani dan keuntungan dari teknologi tersebut harus benar-benar tampak. Secara sosial teknologi baru dapat segera disebarluaskan dikalangan masyarakat setempat. Teknologi baru secara sosial akan mempengaruhi sikap petani terhadap teknologi itu sendiri apakah petani menerima, ragu-ragu atau menolak teknologi tersebut.
Secara Teknis Teknologi baru harus tidak banyak menanggung resiko, tersedia setiap saat, tidak menimbulkan efek samping yang cukup merugikan, cukup sederhana, tidak menyulitkan petani serta dapat menimbulkan motivasi untuk berproduksi dengan menggunakan teknologi baru khususnya teknologi Pengendalian Hama Terpadu ( PHT).
Dalam menerapkan Konsep PHT yang berwawasan lingkungan maka seseorang perlu mengadopsi elemen dasar dan Komponen PHT. Proses pengadopsian inovasi tersebut melalui Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu ( SLPHT), kegiatan tersebut pada hakekatnya ingin merubah perilaku petani dengan mengenal teknologi baru melalui proses belajar disawah dengan pengalaman sendiri. Dengan kegiatan tersebut diharapkan akan terjadi proses adopsi teknologi PHT oleh petani dan masyarakat disekitarnya ( Bappenas, 1993).
Teknologi PHT, tidak semua dapat diterima dan diadopsi petani, artinya inovasi tersebut mungkin juga ditolak oleh petani, hasil sementara yang diperoleh dari kegiatan pelatihan dan pengembangan PHT sebagai program Nasional yang telah berlaku sejak tahun 1990/1991 menunjukan terjadinya penurunan penggunaan Pestisida lebih dari 50 % dari jumlah pengguna rata-rata permusim, sehingga terjadi penghematan ( Bappenas, 1993). Pada dasarnya petani tidak hanya bertujuan untuk memperoleh produksi yang tinggi tetapi yang lebih penting bagi petani adalah adanya pendapatan yang relatif tinggi.
Oleh karena itu, disamping peningkatan produksi, penekanan biaya produksi serta berusaha mendapatkan harga yang layak sehingga mencapai pendapatan yang optimal merupakan tujuan utama bagi petani, keuntungan yang diperoleh dari proses usahatani juga tergantumng dari efektif atau tidaknya dari faktor-faktor produksi yang digunakan, seperti luas lahan pertanian, sarana produksi dan pengalokasian tenaga kerja.
Selanjutnya peningkatan pendapatan patani akan tergantung bagaimana unsur-unsur produksi dialokasikan oleh petani serta kemampuanya sebagai pengelola, mampu memilih alternatif yang paling menguntungkan. Kenaikan hasil proses pada umumnya tidak disebabkan oleh perubahan satu input saja melainkan oleh perpaduan dari beberapa macam input, makin banyak input dalam batas-batas tertentu diharapkan makin besar pola output yang diterima oleh petani.
Petani yang tidak melakukan pengendalian Penyakit Kresek ( bagian dari PHT) faktor produksi yang digunakan sebesar X2 dan produksi yang dihasilkan sebesar Y2 dengan asumsi pada titik A produksi optimum, sedangkan petani yang melakukan pengendalian Penyakit Kresek ( Teknologi PHT ) input yang digunakan untuk berproduksi menjadi lebih rendah sebesar X1 karena dapat dikurangi dari biaya penggunaan benih, pupuk dan penggunaan pestisida disesuaikan dengan kebutuhan perlu atau tidak, sehingga produksi yang dihasilkan mengalami peningkatan sebesar Y1 dengan asumsi pada titik B produksi optimum. Dengan demikian pengendalian Penyakit Kresek dapat menekan biaya produksi, karena dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaan usahataninya melalui pemantauan secara rutin dan pengendalia OPT mengutamakan pengendalian yang tersedia di alam.
Penyakit Kresek yang disebabkan oleh infeksi bakteri Xanthomonas oryzae suatu organisme yang ada hubunganya dengan bakteri yang menyebabkan helai daun, dengan gejala awal berupa garis pendek kebasahan seperti terpercik air panas dengan ukuran 0,5 – 1,0 mm dan panjang 3 – 5 mm, gejala ini berkembang memanjang biasanya tidak melebar karena dibatasi oleh tulang daun. Panjang bercak tergantung ketahanan Varietas, pada varistas yang rentan bercak dapat memanjang sampai beberapa sentimeter dan beberapa bercak yang berdekatan sering bersatu, tetesan embun seperti susu atau agak keruh timbul dipermukaan luka baru pada waktu pagi bakteri menetes pada luka baru, luka makin meluas ke pinggir daun mulai berombak, kemudian menjadi kuning atau coklat muda. Dengan berkembangnya penyakit, luka itu menutupi seluruh helaian daun dan berubah warna keabu-abuan lalu putih, gejala kresek biasanya timbul antara 2 – 6 minggu setelah tahap pembibitan, daun mulai mengandung air melipat dan tergulung sepanjang tulang tengah daun, kemudian seluruh tanaman menjadi layu,kemudian seluruh tanaman menjadi layu, kering dan mati, Gejala Kresek kadang-kadang menyerupai kerusakan oleh penggerek batang. Untuk membedakan kerusakan akibat kresek dengan luka akibat penggerek batang yakni bagian bawah tanaman dipotong lalu pangkal potongan diremas-remas dengan jari, jika penyakitnya kresek akan keluar tetesan kekuning-kuningan.
Gejala kuning pucat daun yang lebih tus berwarna hijau mornal, tetapi daun-daun yang termuda kuning atau bergaris-garis kuning.
Siklus Penyakit dan faktor yang mempengaruhi yakni :
1)Setelah luka awal pada daun timbul, maka tetesan bakteri pada permukaan daun disebarluaskan oleh angin, hujan dan air irigasi. 2) Bakteri berkembang biak dalam tanaman dan memasuki vena daun, bakteri yang masuk dalam akar menyumbat jaringan penyalur air dan menyebabkan tanaman menjadi layu. 3) Tanaman padi dapat tertular melalui beberapa sumber yakni tunggul yang kena infeksi, biji yang sakit, air sawah dan jerami yang terkena penyakit. 4) Bakteri masuk dalam daun melalui pori-pori dan luka dan berkembang biak dalam tanaman. 5) Suhu dan kelembaban yang tinggi selama pertumbuhan tanaman adalah salah satu faktor menentukan.
Pengendalian diantaranya dengan perbaikan cara bercocok tanam, persemaian di tempat yang berdrainase baik, pemakaian pupuk Nitrogen tidak terlalu tinggi, perbaikan sistem pemberian air, sanitasi pertanaman terhadap sisa-sisa tanaman sakit dan pemakaian bakterisida efektif yang di izinkan ( Anonimous, 1994).