tag:blogger.com,1999:blog-43380762401131417742024-03-13T10:11:47.893-07:00BALAI PENYULUHAN PERTANIAN"Wadah Pertemuan Bagi Penyuluh dan Petani"Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.comBlogger37125tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-47099949737721052292012-02-08T18:52:00.000-08:002012-02-08T19:07:15.522-08:00INILAH HAMBATAN SURPLUS BERAS DI 2014Kementerian Pertanian mengakui sulit mencapai target surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014. Sebab, masih harus membenai tingkat produksi beras lokal.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-3-miGz57q74/TzM4WYc_BCI/AAAAAAAAAOg/OM7WQWcqEeI/s1600/beras.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="160" width="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-3-miGz57q74/TzM4WYc_BCI/AAAAAAAAAOg/OM7WQWcqEeI/s320/beras.jpg" /></a></div><br />
<br />
"Kalau kita mau mengejar 2014 surplus, itu mengandalkan ekstensifikasi, ini juga saya tidak terlalu yakin juga. Karena itu kan tidak instan karena akan nyetak sawah baru, sediakan irigasinya, uji coba lahan, ini macam-macam," ujar Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan di Jakarta, Selasa (7/2).<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Menurutnya, peningkatan produksi melalui ekstensifikasi bakal mengalami kesulitan berupa pengadaan lahan, terutama di Pulau Jawa yang sebagian besar telah beralih lahan.<br />
<br />
"Ekstensifikasi ini kan artinya pencetakan sawah baru itu tidak mungkin di Jawa. Kalau di Jawa yang ada bukan sawah baru, malah sawah yang lama hilang karena alih fungsi. Ini hanya memungkinkan di luar Jawa," paparnya.<br />
<br />
Kendati demikian, peningkatan produksi masih bisa direalisasikan dengan menjaga kesuburan tanah. "Presiden tadi mengatakan itu peningkatan produksi dan produktivitas, kalau sudah bicara produktivitasnya itu bicara kesuburan lahan, pupuk berimbang, manajemennya dan sebagainya, itu meningkatkan pertaniannya," jelas Rusman.<br />
<br />
Ia menyatakan, target surplus 2014 sebesar 10 juta ton merupakan akumulasi dari tahun-tahun sebelumnya. Bukan surplus total pada tahun tersebut saja.<br />
<br />
"Sekitar 68 juta ton (untuk 2012), kalau ada surplus beras misalnya tahun 2011 kemarin ada stok 2 juta itu barangnya harus ada, kalau di tahun 2012 ada stok 2 juta itu dia pindah ke 2013 karena ada kelebihan. Nah di 2013 ada akumulasi kelebihan stok. Nah, yang namanya surplus beras 10 juta ton itu bukan terjadi di satu tahun tertentu," jelasnya.Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-25633839802449161762012-01-30T20:30:00.000-08:002012-01-30T20:30:09.432-08:00PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN KIMA. Visi dan Misi KIM<br />
1. Visi KIM<br />
Terwujutnya manyarakat informatif, cerdas, trampil, mandiri, berkepribadian, luhur dan produktif yang dapat meningkatkan kesejahteraan serta hidup harmonis.<br />
2. Misi KIM<br />
Mengembangkan, memberdayakan, memfasilitasi pelayanan informasi dan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat antar masyarakat dan lingkungannya, secara timbal balik, berkesinambungan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
B. Penyelenggara dan Pengelolaan KIM<br />
1. Penyelenggara<br />
Penyelenggara KIM adalah Lembaga/Organisasi masyarakat yang dibentuk secara khusus untuk mewujutkan Visi dan Misi.<br />
2. Pengelola KIM<br />
Pengelola KIM adalah orang atau kelompok orang yang ditugaskan oleh penyelenggara KIM serta bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program pelayanan informasi, pembelajaran/pelatihan masyarakat yang diselenggarakan oleh KIM.<br />
3. Pembentukan KIM<br />
Pada dasarnya KIM merupakan suatu lembaga/organisasi yang dibentuk atas prakarsa/inisiatif masyarakat dengan kata lain dari, oleh dan untuk masyarakat dalam upaya meng-akses informasi pembangunan di semua bidang kehidupan.<br />
1. Tujuan<br />
Tujuan dibentuknya Kelompok Informasi Masyarakat adalah :<br />
a. Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) sebagai mitra kerja pemerintah dalam menyampaikan informasi dan komunikasi kepada masyarakat.<br />
b. Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) sebagai mediator komunikasi dan informasi dari pemerintah untuk masyarakat dan sebaliknya secara berkesinambungan.<br />
c. KIM sebagai penerima, penyebar informasi yang berinteraksi sesama anggota masyarakat guna meningkatkan tingkat kesejahteraannya.<br />
Selanjutnya terkait dengan tujuan dimaksud, dalam rangka pembentukan KIM, pemerintah berperan :<br />
1) Memfasilitasi pembentukan KIM dalam hal ini Dinas/Badan/Kantor/Bagian informasi dan Komunikasi Kab/Kota, mengadakan koordianasi dengan pemerintah Kecamatan dan Kelurahan/Desa.<br />
2) Membantu memberikan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk pengembangan KIM baik dalam bentuk alat-peralatan dan lainnya termasuk pembinaan langsung maupun tidak langsung.<br />
3) Pembentukan KIM diusahakan adanya kebersamaan profesi sejenis dalam rangka mengefektifkan kelancaran komunikasi dan informasi.<br />
4) Agar eksistensi kelembagaan KIM dapat diketahui dan dikenal oleh masyarakat, maka KIM dikukuhkan atau diresmikan oleh Dinas/Badan/Kantor/Bagian Informasi dan Komunikasi Kab/Kota setempat, dengan mengundang Dinas lintas sektor terkait tingkat Kecamatan, Pejabat Kelurahan /Desa, tokoh masyarakat/agama, pejabat desa dan anggota Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) dan masyarakat setempat.<br />
2. Persyaratan dan Tatacara Pembentukan<br />
Untuk membentuk KIM diperlukan persyaratan dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh penyelenggara sebagai berikut :<br />
a. Memiliki tempat/gedung yang memungkinkan digunakan untuk kegiatan KIM.<br />
b. Memiliki data sasaran dan program pemberdayaan pembelajaran informasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.<br />
c. Memiliki sarana dan prasarana minimal yang akan digunakan untuk mendukung administrasi pengelolaan KIM dan pemberdayaan/pelatihan.<br />
d. Memiliki tenaga yang dibutuhkan untuk mendukung manajemen pengelolaan KIM dan proses pemberdayaan informasi sesuai klarifikasi yang dibutuhkan.<br />
e. Selanjutnya setelah point a,b,c dan d terpenuhi kemudian membentuk kepengurusan KIM dilengkapi rincian tugas dan tanggung jawab dengan susunan kepengurusan KIM terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Bidang/Seksi sesuai dengan kebutuhan.<br />
Setelah persyaratan diatas dipenuhi, maka langkah selanjutnya adalah :<br />
a. Mengajukan izin kepada Camat melalui Lurah/Kepala Desa dengan melampirkan :<br />
1. Surat keterangan izin pemakaian dari pemilik/penaggung jawab tempat kegiatan KIM.<br />
2. Struktur Organisasi dan Susunan kepengurusan<br />
3. AD/ART dan Akte notaris<br />
4. Rencana program pemberdayaan Informasi yang akan dilaksanakan<br />
5. Daftar sarana dan prasarana yang dimiliki<br />
6. Data sasaran warga masyarakat (user informasi)<br />
7. Rencana dan jadwal kegiatan <br />
b. Camat mengeluarkan izin setelah memenuhi persyaratan tersebut diatas.<br />
c. Bagi KIM yang berasal dari kelompencapir yang masih eksis sebelum pedoman ini diterbitkan agar menyesuaikan dengan ketentuan dalam pedoman ini.<br />
C. Pengelolaan KIM<br />
1. Jenis Program<br />
Program yang dapat diselenggarakan di kelompok Informasi Masyarakat adalah program pemberdayaan dan pembelajaran/pelatihan Informasi yang dibutuhkan masyarakat sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.<br />
Adapun jenis program kegiatan meliputi ruang lingkup sebagai berikut :<br />
2. Persiapan <br />
3. Pelaksanaan<br />
4. pemberdayaan dan Pengembangan KIM<br />
5. Sumber Dana<br />
6. AdministrasiAdministratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-37190761218065193042012-01-30T20:11:00.000-08:002012-01-30T20:13:03.164-08:00Jeruk Garut<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-ZJADLvopu6A/Tydph_X-b1I/AAAAAAAAANk/V0ImAzIlTeo/s1600/jeruk-garut.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://3.bp.blogspot.com/-ZJADLvopu6A/Tydph_X-b1I/AAAAAAAAANk/V0ImAzIlTeo/s200/jeruk-garut.jpg" width="200" /></a></div><div>Citra Kabupaten Garut sebagai sentra Produksi Jeruk di Jawa Barat khususnya dan nasional pada umumnya, diperkuat melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 760/KPTS.240/6/99 tanggal 22 Juni 1999 tentang Jeruk Garut yang telah ditetapkan sebagai Jeruk Varietas Unggul Nasional dengan nama Jeruk Keprok Garut I. Penetapan tersebut pada dasarnya menunjukkan bahwa Jeruk Garut merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan nasional yang perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan kualitas maupun kuantitas produksinya.</div><a name='more'></a><br />
<table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" summary=""><tbody>
<tr> <td class="static_body"><div>Sudah sejak lama, jeruk Garut telah popular dan menjadi trademark Kabupaten Garut. Oleh karena itu, sesuai dengan Perda No. 9 Tahun 1981, jeruk garut telah dijadikan sebagai komponen penyusun lambang daerah Kabupaten Garut. Selain sebagai buah ciri khas Kabupaten Garut, jeruk merupakan komoditas sub-sektor pertanian tanaman pangan yang mempunyai prospek cukup cerah dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi. <br />
<br />
Sebagai komoditas unggulan khas daerah, Jeruk Garut mempunyai peluang tinggi untuk terus dikembangkan karena keunggulan komparatif dan kompetitifnya serta adanya peluang yang masih terbuka luas. Dengan berbagai usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya, Jeruk Garut akan mampu bersaing dengan produk sejenis baik pada tingkat l nasional seperti halnya Jeruk Medan, Jeruk Pontianak serta jeruk impor seperti Jeruk Mandarin dan Jeruk New Zealand. <br />
<br />
Investasi pada komoditas ini cukup prospektif dan dapat memberikan nilai tambah ekonomis yang cukup tinggi baik bagi para petani maupun investornya. Dari studi kelayakan yang dilakukan pada tahun 1997 menunjukkan, untuk tanaman jeruk seluas 1 Ha (sekitar 500 pohon) akan memberikan gambaran keuntungan riil pada tahun ke-4 sebesar Rp 39.966.000,00<br />
<br />
Sebagai daerah sentra produksi jeruk, Pemerintah Kabupaten Garut yang didukung oleh pihak-pihak terkait terus berusaha untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksinya. Saat ini belum ada sumber yang melaporkan kapasitas jeruk garut secara spesifik. Menurut petani jeruk yang dihubungi pihak garut.go.id, pada masa jayanya, daerah penghasil Jeruk Garut terbaik adalah daerah Cigadog, Wanaraja yang kini masuk ke dalam wilayah Kecamatan Sucinaraja. Sumber tersebut mengakui kejayaan Jeruk Garut musnah ketika daerahnya diselimuti abu hasil letusan Gunung Galunggung yang ketebalannya mencapai 1 meter lebih. <br />
<br />
Saat ini, komoditas jeruk garut umumnya terselip di antara tanaman jeruk siam/keprok yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Garut. Kecamatan Pasir Wangi dan Samarang merupakan salah satu Kecamatan prioritas pemulihan Jeruk Garut. Adapun ilustrasi kapasitas produksi jeruk keprok/siam di Kabupaten Garut adalah sebagai berikut: </div></td> </tr>
</tbody></table><br />
<table align="center" border="1" cellpadding="2" cellspacing="0" class="static_table" style="border-collapse: collapse; border-color: #666666;" summary=""><tbody>
<tr class="static_table_header"> <td rowspan="2"><div align="center"><b>Tahun</b></div></td> <td><div align="center"><b>Tanaman Menghasilkan</b></div></td> <td><div align="center"><b>Produksi </b></div></td> <td><div align="center"><b>Hasil per Pohon </b></div></td> </tr>
<tr class="static_table_header"> <td><div align="center">(pohon) </div></td> <td><div align="center">(kw) </div></td> <td><div align="center">(kg) </div></td> </tr>
<tr> <td><div align="center">2005</div></td> <td><div align="right">176.694</div></td> <td><div align="right">8.736</div></td> <td><div align="center">17,36</div></td> </tr>
<tr> <td><div align="center">2006</div></td> <td><div align="right">384.599</div></td> <td><div align="right">8.119</div></td> <td><div align="center">46,9</div></td> </tr>
<tr> <td colspan="4"><div class="static_table_body_italic"><i>Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan </i></div></td> </tr>
</tbody></table><br />
<br />
<table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" summary=""><tbody>
<tr> <td class="static_body"><div>Perlu diakui bahwa kejayaan Jeruk Garut dulu tidak bisa dirasakan seutuhnya kini. Sebagai gambaran kejayaannya, pada akhir tahun 1987 populasi jeruk masih tercatat 1,3 juta pohon yang tersebar di lahan seluas kurang lebih 2.600 hektar dengan jumlah produksi yang dihasilkan kurang lebih 26.000 ton/tahun. Namun, dalam kurun waktu 5 tahun kemudian, populasinya menurun drastis. Pada akhir tahun 1992 tinggal sekira 52.000 pohon. Sehingga tidaklah mengherankan kalau saat ini, kita tidak melihat deretan penjual jeruk Garut di sepanjang jalan Bandung - Garut, atau kita tidak akan menemukan pedagang asongan di dalam bis yang menjajakan jeruk Garut asli..<br />
<br />
Menurunnya populasi jeruk Garut secara extrim lebih diutamakan karena serangan penyakit citrus vein phloem degeneration (CVPD) yang bersumber dari sebuah bakteri (bukan virus) bernama lybers bacteri aniaticum. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti Jepang, Prancis, dan LIPI diketahui bahwa bakteri yang menggerogoti tanaman jeruk tidak menular lewat tanah ataupun biji yang diambil dari tanaman jeruk yang terserang penyakit, tetapi ditularkan melalui serangga sejenis kutu loncat jeruk (diaphorina citry). Kutu loncat jeruk menularkan penyakit dengan cara mengisap cairan daun berpenyakit, kemudian mengisap daun jeruk yang sehat. Sekarang tinggal bagaimana memberantas serangga penular secara efektif agar penyakit ini tidak menyebar luas.<br />
<br />
Terungkapnya sumber penyakit ini, membuat Pemkab Garut melangkah pasti dalam melakukan upaya rehabilitasi jeruk Garut yang salahsatunya melakukan upaya pengembangan produksi di lokasi nonendemis.. Upaya dari Pemkab Garut dan para petani itu perlahan tetapi pasti sudah mulai menampakkan hasil. Kini, telah ditanam kembali lebih dari 400.000 pohon jeruk atau sekira 40% dari target di atas lahan seluas 1.000 ha yang tersebar di Kecamatan Samarang, Pasirwangi, Bayongbong, Cisurupan, Cilawu, Karangpawitan, Pameungpeuk, Cikelet, Cisompet, dan Cibalong. Semoga upaya ini akan mengembalikan kembali produktivitas Jeruk Garut sebagai salah satu identitas Kabupaten Garut. <br />
<br />
Sumber : <br />
Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan Kabupaten Garut<br />
BPS Kabupaten Garut<br />
HU Priangan</div></td> </tr>
</tbody></table>Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-22646503053068996012012-01-02T00:12:00.000-08:002012-01-02T00:12:09.728-08:00SOSIALISASI UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK<div class="article-content" style="-webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: black; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: 2; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><div style="margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: x-small;">Rabu, tanggal 14 Desember 2011 bertempat di Aula Dinas Perhubungan Kabupaten Ciamis, diadakan Sosialisasi Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Acara ini dibuka oleh Sekretaris Daerah Kabupaten ciamis Drs. H. Tahyadi A Satibie, MM. dalam sambutannya beliau menyampaikan<span class="Apple-converted-space"> </span></span></span>bahwa Keterbukaan Informasi Publik selain bagian dari hak asasi manusia juga sebagai ciri penting dari sebuah negara demokratis, Keterbukaan Informasi bagi publik bukan hanya diatur dalam Undang-undang saja, tapi dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Di dalam salah satu pasalnya disebutkan jika setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi, maka atas dasar itulah pemerintah menerbitkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.</div><a name='more'></a><br />
<div style="margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 6px; text-align: justify;">untuk lebih memahami bahwa informasi merupakan hak asasi manusia yang dijamin oleh konstitusi suatu negara, sehingga masyarakat di daerah lebih dewasa dan terbuka dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan untuk memberi serta menyebarluaskan pemahaman bahwa Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik implementasinya harus sesuai dengan rambu-rambu hukum.</div><div style="margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 6px; text-align: justify;">kesetaraan hak bagi setiap warga negara untuk memperoleh informasi secara transparan, cepat, mudah, tepat waktu dan murah memungkinkan warga mengakses dan mendapatkan informasi publik yang berasal dari badan publik, Undang-undang KIP secara komprehensif mengatur kewajiban badan/pejabat publik untuk memberikan akses informasi secara terbuka dan efisien kepada publik, adapun persiapan yang perlu dilakukan adalah dengan membentuk/menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di setiap OPD lingkup Pemerintah Kabupaten Ciamis. Dalam hal ini PPID antara lain harus memiliki kemampuan dalam hal penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan dan atau pelayanan informasi secara profesional.</div><div style="margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang KIP tidak hanya mengatur Keterbukaan Informasi pada lembaga negara saja, tetapi juga organisasi non pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari dana publik, baik APBN/APBD, sumbangan masyarakat maupun sumbangan luar negeri.</div><div style="margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Bertolak dari hal tersebut dalam pelaksanaan Keterbukaan Informasi Publik, seluruh jajaran pejabat publik harus menjadi lebih transparan, bertanggung jawab dan berorientasi pada pelayanan rakyat sebaik-baiknya, juga bukan semata-mata tugas Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi saja tetapi menjadi tugas kita selaku Badan Publik beserta Sumber Daya Manusianya.</div><div style="margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Diharapkan dengan adanya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 ini dapat memberikan pemahaman dan gambaran yang jelas kepada kita dalam pelaksanaannya diharapkan dapat mendorong penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi lebih demokratis.</div><div style="margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Untuk mewujudkan apa yang saya katakan tadi Pemerintah Kabupaten Ciamis dengan ini menyampaikan hal-hal sebagai berikut:</div><ol style="margin-bottom: 15px; margin-top: 5px;"><li style="line-height: 20px; margin-left: 0px; text-align: justify;">Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) bagi OPD Lingkup Kabupaten Ciamis telah dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati No.555/KPTS.537.HUK/2011 tanggal 10 Agustus 2011 terdiri dari 30 OPD, 36 Kecamatan, 7 Kelurahan dan 2 BUMD.</li>
<li style="line-height: 20px; margin-left: 0px; text-align: justify;">Seluruh OPD dan BUMD di Kabupaten Ciamis agar dalam pelaksanaan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 dapat menyiapkan. melayani data informasi baik diminta atau tidak diminta oleh masyarakat.</li>
<li style="line-height: 20px; margin-left: 0px; text-align: justify;">Seluruh OPD dan BUMD agar dapat mengikuti Sosialisasi ini dengan sungguh-sungguh, sehingga seluruh materi yang disampaikan dapat dipahami dan mampu melaksanakannya.</li>
</ol><div style="margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Dalam sosialisasi ini juga dihadiri oleh 3 (tiga) orang Narasumber dari Provinsi, diantaranya adalah Drs. Karso S, MM selaku kepala Bidang Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi (SKDI) Diskominfo Provinsi Jawa Barat, DR. Hj. Imas Rosidawati, SH, MH. Dosen Pascasarjana UNINUS dengan paparan materi tentang Implikasi Hukum Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, dan DR. H. Mahi M Hikmat selaku Komisioner Komisi Informasi Jawa Barat dengan paparan Keterbukaan Informasi dalam perspektif ilmu komunikasi.</div><div style="margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 6px; text-align: justify;">Sosialisasi undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik ini juga dihadiri oleh para tamu undangan dari tiap OPD, Kecamatan, Kelurahan serta BUMD se-Kabupaten Ciamis.</div><div style="margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 6px; text-align: justify;"><em>Sumber : Bidang Informasi dan Telekomunikasi Dinas Perhubungan Kab. Ciamis</em></div></div><span class="article_separator" style="-webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; clear: both; color: black; display: block; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; height: 10px; letter-spacing: normal; line-height: normal; margin-bottom: 30px; orphans: 2; text-align: -webkit-auto; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"> </span>Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-36972868155141131852011-12-25T02:13:00.000-08:002011-12-25T02:18:18.529-08:00Membangun Karakter Lewat Pendidikan<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan era globalisasi membuat aliran informasi dapat dengan cepat diakses oleh seluruh masyarakat. Tentunya kita tidak bisa membendung tren yang terjadi di peradaban modern seperti ini, dimana setiap orang menjadi sangat bergantung terhadap kepada teknologi. Nah, fenomena globalisasi dan perkembangan teknologi informasi ini pastinya membawa dampak positif dan negatif dalam masyarakat. Salah satu imbasnya adalah pada perkembangan perilaku sosial masyarakat, yang tentunya juga berhubungan dengan perkembangan karakter individu.</div><a name='more'></a><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">Menurut M. Dawam Raharjo (seperti dikutip dalam <a href="http://www.mediaindonesia.com/read/2009/12/14/111318/68/11/Pendidikan-Berbasis-Karakter" target="_blank"><span style="color: blue;">artikel</span></a> yang ditulis oleh Aan Hasanah) menjelaskan bahwa peradaban modern dibangun dalam empat pilar utama, yakni <i>mother culture</i> (induk budaya) agama yang kuat, sistem pendidikan yang maju, sistem ekonomi yang berkeadilan, serta majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis. Dimana juga dijelaskan dalam artikel tersebut bahwa sebetulnya empat pilar ini, kalau kita amati, sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Tantangannya adalah bagaimana masing-masing pilar ini bisa difungsikan secara terpadu untuk mengembangkan karakter dan membangun peradaban modern yang tetap berakar pada budaya dan nilai luhur bangsa.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">Dari sisi budaya dan agama, sebetulnya Indonesia sudah memiliki modal yang kuat untuk membangun sebuah peradaban modern. Sistem ekonomi, pendidikan dan perkembangan teknologi sebenarnya juga terus berjalan meski masih terus dilakukan perbaikan sistem, pembangunan infrastruktur dan sarana pendukung lainnya. Hanya saja perlu diperhatikan betul bahwa seluruh pilar ini saling terkait, jadi bisa bikin masalah besar jika pengembangannya berjalan timpang dan tidak terpadu. Ibarat satu bangunan peradaban yang salah satu pilarnya tidak dibangun dengan kualitas yang sama dan terpadu dengan tiga pilar lainnya, maka bangunan itu bisa runtuh.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">Salah satu isu pentingnya pengembangan karakter muncul dari problem sosial yang banyak bisa ditemui di masyarakat, ambil contoh di kalangan muda. Kaum muda, yang umumnya adalah para pelajar dan mahasiswa sekarang sudah sangat akrab dengan teknologi dunia maya yang memberi kemudahan bagi mereka untuk mengakses segala bentuk informasi secara global. Di usia muda dengan rasa ingin tahu yang sangat tinggi, sangat rentan pula informasi negatif dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku sosial, terutama di usia yang belum matang betul tingkat rasionalitas dan emosionalnya. Maka ancaman perusakan karakter ini perlu di-antisipasi melalui sistem pendidikan yang tidak hanya mengedepankan kompetensi akademik, namun juga memperhatikan aspek pengembangan karakter.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">pada dasarnya pengembangan karakter, dengan pola pendekatan apapun, harus tetap berlandaskan pada nilai-nilai universal. <a href="http://charactercounts.org/sixpillars.html" target="_blank"><span style="color: blue;">Josephson Institute</span></a> mengembangkan pendekatan pendidikan karakter melalui nilai universal yang dianggap tidak bias secara politik, agama, maupun budaya. Pendekatan yang digunakan dikenal dengan enam pilar karakter yang meliputi: (1) <i>Trustworthiness </i>(keterpercayaan);(2)<i> Respect </i>(rasa hormat dan menghargai); (3) <i>Responsibility</i> (tanggung jawab); (4) <i>Fairness </i>(kejujuran); (5) <i>Caring </i>(kepedulian); dan (6) <i>Citizenship </i>(kewarganegaraan)<i>.</i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">Penanaman nilai universal dalam pendidikan karakter tentunya harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan, tidak hanya pada pendidikan usia dini-menengah, namun juga harus terus berlanjut di perguruan tinggi. Mengapa demikian? Kita dapat melihat bahwa kebanyakan mahasiswa baru di tahun pertama belum sepenuhnya memiliki karakter <i>adult learner</i> seperti yang diharapkan. Fakta ini banyak dijumpai dari banyaknya mahasiswa baru yang justru terjebak dalam problem akademik/perkuliahan di tahun pertama hanya karena mereka belum sanggup memilah antara <i>professional life </i>(dalam peran akademik-nya sebagai mahasiswa) dan <i>personal life</i> (dalam kehidupan pribadi yang memasuki awal kedewasaan). Keberadaan teknologi informasi, seperti yang disinggung di awal, juga belum dapat dimanfaatkan secara bertanggungjawab. Bahkan lebih banyak dimanfaatkan hanya sebatas untuk kepentingan hiburan dan interaksi sosial semata dibandingkan dengan penggunaannya untuk meningkatkan kompetensi akademik.</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</div>Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-66403031886424887282011-12-18T18:16:00.000-08:002011-12-18T18:24:55.984-08:00Pembangunan Pertanian Berkelanjutan dengan Pertanian Organik Penulis : Benidiktus Sihotang, STP<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-MuEDtOilk7A/Tu6gRRz8-KI/AAAAAAAAAM8/CUqHHkkQIQo/s1600/PP-lagi-3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://2.bp.blogspot.com/-MuEDtOilk7A/Tu6gRRz8-KI/AAAAAAAAAM8/CUqHHkkQIQo/s200/PP-lagi-3.jpg" width="200" /></a></div>Tanah adalah salah suatu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia dan hewan hidup dari tumbuhan. Memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di laut, tetapi sebagian besar dari makanan kita berasal dari permukaan tanah. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban kita menjaga kelestarian tanah sehingga tetap dapat mendukung kehidupan di muka bumi ini. Akan tetapi, sebagaimana halnya pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun sebagian besar akibat kegiatan manusia juga. <br />
<br />
Meningkatnya kegiatan produksi biomassa (tanaman yang dihasilkan kegiatan pertanian, perkebunan dan hutan tanaman) yang memanfaatkan tanah yang tak terkendali dapat mengakibatkan kerusakan tanah untuk produksi biomassa, sehingga menurunkan mutu serta fungsi tanah yang pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. <br />
<br />
Beberapa indikator yang memprihatinkan hasil evaluasi perkembangan kegiatan pertanian hingga saat ini, yaitu : (1) tingkat produktivitas lahan menurun, (2) tingkat kesuburan lahan merosot, (3) konversi lahan pertanian semakin meningkat, (4) luas dan kualitas lahan kritis semakin meluas, (5) tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan pertanian meningkat, (6) daya dukung likungan merosot, (7) tingkat pengangguran di pedesaan meningkat, (8) daya tukar petani berkurang, (9) penghasilan dan kesejahteraan keluarga petani menurun, (10) kesenjangan antar kelompok masyarakat meningkat. <br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">PENYEBAB KERUSAKAN TANAH PERTANIAN</span><br />
<span style="font-weight: bold;"><br />
Kerusakan Tanah Pertanian Akibat Erosi</span><br />
Penggunaan lahan diatas daya dukungnya tanpa diimbangi dengan upaya konservasi dan perbaikan kondisi lahan akan menyebabkan degradasi lahan. Lahan di daerah hulu dengan lereng curam yang hanya sesuai untuk hutan, apabila mengalami alih fungsi menjadi lahan pertanian tanaman semusim akan rentan terhadap bencana erosi dan atau tanah longsor. Perubahan penggunaan lahan miring dari vegetasi permanen (hutan) menjadi lahan pertanian intensif menyebabkan tanah menjadi lebih mudah terdegradasi oleh erosi tanah. Praktek penebangan dan perusakan hutan (deforesterisasi) merupakan penyebab utama terjadinya erosi di kawasan daerah aliran sungai (DAS). <br />
<br />
Penurunan produktivitas usaha tani secara langsung akan diikuti oleh penurunan pendapatan petani dan kesejahteraan petani. Disamping menyebabkan ketidak-berlanjutan usaha tani di wilayah hulu, kegiatan usaha tani tersebut juga menyebabkan kerusakan sumber daya lahan dan lingkungan di wilayah hilir, yang akan menyebabkan ketidak-berlanjutan beberapa kegiatan usaha ekonomi produktif di wilayah hilir akibat terjadinya pengendapan sedimen, kerusakan sarana irigasi, bahaya banjir dimusim penghujan dan kekeringan dimusim kemarau.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Pencemaran Agrokimia pada Tanah Pertanian</span><br />
Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat disebabkan karena penggunaan agrokimia (pupuk dan pestisida) yang tidak proporsional. <br />
<br />
Dampak negatif dari penggunaan agrokimia antara lain berupa pencemaran air, tanah, dan hasil pertanian, gangguan kesehatan petani, menurunnya keanekaragaman hayati, ketidak berdayaan petani dalam pengadaan bibit, pupuk kimia dan dalam menentukan komoditas yang akan ditanam. <br />
<br />
Penggunaan pestisida yang berlebih dalam kurun yang panjang, akan berdampak pada kehidupan dan keberadaan musuh alami hama dan penyakit, dan juga berdampak pada kehidupan biota tanah. Hal ini menyebabkan terjadinya ledakan hama penyakit dan degradasi biota tanah. <br />
<br />
Penggunaan pupuk kimia yang berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis yang tinggi dalam kurun waktu yang panjang menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah karena terjadi ketimpangan hara atau kekurangan hara lain, dan semakin merosotnya kandungan bahan organik tanah. <br />
<br />
Penanaman varietas padi unggul secara mono cultur tanpa adanya pergiliran tanaman, akan mempercepat terjadinya pengurasan hara sejenis dalam jumlah tinggi dalam kurun waktu yang pendek. Hal ini kalau dibiarkan terus menerus tidak menutup kemungkinan terjadinya defisiensi atau kekurangan unsur hara tertentu dalam tanah.<br />
<br />
Akibat dari ditinggalkannya penggunaan pupuk organik berdampak pada penyusutan kandungan bahan organik tanah. Sistem pertanian bisa menjadi sustainable (berkelanjutan) jika kandungan bahan organik tanah lebih dari 2%. Bahan organik tanah disamping memberikan unsur hara tanaman yang lengkap juga akan memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah akan semakin remah. Namun jika penambahan bahan organik tidak diberikan dalam jangka panjang kesuburan fisiknya akan semakin menurun.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Pencemaran Industri</span><br />
Pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat juga disebabkan karena kegiatan industri. Pengembangan sektor industri akan berpotensi menimbulkan dampak negatip terhadap lingkungan pertanian kita, dikarenakan adanya limbah cair, gas dan padatan yang asing bagi lingkungan pertanian. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa gas buang seperti belerang dioksida (SO2) akan menyebabkan terjadinya hujan asam dan akan merusak lahan pertanian. Disamping itu, adanya limbah cair dengan kandungan logam berat beracun (Pb, Ni, Cd, Hg) akan menyebabkan degradasi lahan pertanian dan terjadinya pencemaran dakhil. Limbah cair ini apa bila masuk ke badan air pengairan, dampak negatifnya akan meluas sebarannya. Penggalakan terhadap program kali bersih dan langit biru perlu dilakukan, dan penerapan sangsi bagi pengusaha yang mengotori tanah, air dan udara.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Pertambangan dan Galian C</span><br />
Usaha pertambangan besar sering dilakukan diatas lahan yang subur atau hutan yang permanen. Dampak negatif pertambangan dapat berupa rusaknya permukaan bekas penambangan yang tidak teratur, hilangnya lapisan tanah yang subur, dan sisa ekstraksi (tailing) yang akan berpengaruh pada reaksi tanah dan komposisi tanah. Sisa ektraksi ini bisa bereaksi sangat asam atau sangat basa, sehingga akan berpengaruh pada degradasi kesuburan tanah.<br />
<br />
Semakin meningkatnya kebutuhan akan bahan bangunan terutama batu bata dan genteng, akan menyebabkan kebutuhan tanah galian juga semakin banyak (galian C). Tanah untuk pembuatan batu bata dan genteng lebih cocok pada tanah tanah yang subur yang produktif. Dengan dipicu dari rendahnya tingkat keuntungan berusaha tani dan besarnya resiko kegagalan, menyebabkan lahan-lahan pertanian banyak digunakan untuk pembuatan batu bata, genteng dan tembikar. Penggalian tanah sawah untuk galian C disamping akan merusak tata air pengairan (irigasi dan drainase) juga akan terjadi kehilangan lapisan tanah bagian atas (top soil) yang relatif lebih subur, dan meninggalkan lapisan tanah bawahan (sub soil) yang kurang subur, sehingga lahan sawah akan menjadi tidak produktif. <br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Alih fungsi lahan</span><br />
Konversi lahan pertanian yang semakin meningkat akhir-akhir ini merupakan salah satu ancaman terhadap keberlanjutan pertanian. Salah satu pemicu alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan lain adalah rendahnya isentif bagi petani dalam berusaha tani dan tingkat keuntungan berusahatani relatif rendah. Selain itu, usaha pertanian dihadapkan pada berbagai masalah yang sulit diprediksi dan mahalnya biaya pengendalian seperti cuaca, hama dan penyakit, tidak tersedianya sarana produksi dan pemasaran. Alih fungsi lahan banyak terjadi justru pada lahan pertanian yang mempunyai produktivitas tinggi menjadi lahan non-pertanian. Alih guna lahan sawah ke areal pemukiman dan industri sangat berpengaruh pada ketersedian lahan pertanian, dan ketersediaan pangan serta fungsi lainnya.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">KONSEP PERTANIAN BERKELANJUTAN</span><br />
<br />
Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai “pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengorbankan kesanggupan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka”.<br />
<br />
Pertanian Berkelanjutan adalah keberhasilan dalam mengelola sumberdaya untuk kepentingan pertanian dalam memenuhi kebutuhan manusia, sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan serta konservasi sumberdaya alam. Pertanian berwawasan lingkungan selalu memperhatikan nasabah tanah, air, manusia, hewan/ternak, makanan, pendapatan dan kesehatan. Sedang tujuan pertanian yang berwawasan lingkungan adalah mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah; meningkatkan dan mempertahankan basil pada aras yang optimal; mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman hayati dan ekosistem; dan yang lebih penting untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan penduduk dan makhluk hidup lainnya. Sistem pertanian berkelanjutan harus dievaluasi berdasarkan pertimbangan beberapa kriteria, antara lain:<br />
<br />
<ol><li>Aman menurut wawasan lingkungan, berarti kualitas sumberdaya alam dan vitalitas keseluruhan agroekosistem dipertahankan/mulai dari kehidupan manusia, tanaman dan hewan sampai organisme tanah dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dicapai apabila tanah terkelola dengan baik, kesehatan tanah dan tanaman ditingkatkan, demikian juga kehidupan manusia maupun hewan ditingkatkan melalui proses biologi. Sumberdaya lokal dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat menekan kemungkinan terjadinya kehilangan hara, biomassa dan energi, dan menghindarkan terjadinya polusi. Menitikberatkan pada pemanfaatan sumberdaya terbarukan. </li>
<li>Menguntungkan secara ekonomi, berarti petani dapat menghasilkan sesuatu yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri/ pendapatan, dan cukup memperoleh pendapatan untuk membayar buruh dan biaya produksi lainnya. Keuntungan menurut ukuran ekonomi tidak hanya diukur langsung berdasarkan hasil usaha taninya, tetapi juga berdasarkan fungsi kelestarian sumberdaya dan menekan kemungkinan resiko yang terjadi terhadap lingkungan. </li>
<li>Adil menurut pertimbangan sosial, berarti sumberdaya dan tenaga tersebar sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi, demikian juga setiap petani mempunyai kesempatan yang sama dalam memanfaatkan lahan, memperoleh modal cukup, bantuan teknik dan memasarkan hasil. Semua orang mempunyai kesempatan yang sama berpartisipasi dalam menentukan kebijkan, baik di lapangan maupun dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. </li>
<li>Manusiawi terhadap semua bentuk kehidupan, berarti tanggap terhadap semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan dan manusia) prinsip dasar semua bentuk kehidupan adalah saling mengenal dan hubungan kerja sama antar makhluk hidup adalah kebenaran, kejujuran, percaya diri, kerja sama dan saling membantu. Integritas budaya dan agama dari suatu masyarakat perlu dipertahankan dan dilestarikan. </li>
<li>Dapat dengan mudah diadaptasi, berarti masyarakat pedesaan/petani mampu dalam menyesuaikan dengan perubahan kondisi usahatani: pertambahan penduduk, kebijakan dan permintaan pasar. Hal ini tidak hanya berhubungan dengan masalah perkembangan teknologi yang sepadan, tetapi termasuk juga inovasi sosial dan budaya. </li>
</ol>Suatu konsensus telah dikembangkan untuk mengantisipasi pertanian berkelanjutan. Sistem produksi yang dikembangkan berasaskan LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) yang kalau diterjemahkan sebagai (Pertanian Berkelanjutan/Lestari, Masukan Dari Luar Usahatani Rendah). Konsep ini dapat dijabarkan menjadi beberapa rakitan operasional, antara lain: meningkatkan produktivitas, melaksanakan konservasi energi dan sumberdaya alam, mencegah terjadinya erosi dan membatasi kehilangan unsur hara, meningkatkan keuntungan usahatani, memantapkan dan ketenlanjutan konservasi serta sistem produksi pertanian.<br />
<br />
Konservasi merupakan faktor yang penting dalam pertanian berwawasan lingkungan. Konservasi sumberdaya terbarukan berarti sumberdaya tersebut harus dapat difungsikan secara berkelanjutan (continous). Sekarang kita sudah mulai sadar tentang potensi teknologi, kerapuhan lingkungan, dan kemampuan budi daya manusia untuk merusak lingkungan tersebut. Suatu hal yang perlu dicatat bahwa ketersediaan sumberdaya adalah terbatas.<br />
<br />
Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hidrologis, menjaga kelestarian sumber air, meningkatkan sumber daya alam serta memperbaiki kualitas lingkungan hidup yang pada gilirannya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui usaha tani yang berkelanjutan.<br />
<br />
Pola usaha tani konservasi merupakan suatu bentuk pengusahaan lahan yang mengkombinasikan teknik konservasi secara mekanik/sipil teknik, vegetatif maupun kimiawi .<br />
<br />
Metode mekanik/sipil teknik, suatu bentuk metode konservasi tanah dengan menggunakan sarana fisik (tanah, batu dan lain-lain ) sebagai sarana bangunan konservasi tanah. Metode ini berfungsi untuk: a). memperlambat aliran permukaan, b). menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak. <br />
<br />
Beberapa cara yang diajurkan: (1) pengolahan tanah minimum, (2) pengolahan tanah menurut kontur, (3) pembuatan guludan dan teras, (4) pembuatan terjunan air, (5) pembuatan rorak / saluran buntu.<br />
<br />
Metode Vegetatif: suatu metode konservasi tanah dengan menggunakan tanaman atau tumbuhan dan seresah untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran permukaan erosi. Metode ini berfungsi :<br />
<br />
<ol><li>Melindungi tanah terhadap daya rusak butir-butir hujan yang jatuh, </li>
<li>Melindungi tanah terhadap daya perusahan aliran air,</li>
<li>Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahan air yang mempengaruhi besarnya aliran permukaan,</li>
<li>Memperbaiki struktur dan kesuburan tanah.</li>
</ol>Beberapa cara yang digunakan: sistem pertanaman lorong, strip rumput, tanaman penutup tanah, teras gulud, teras bangku, rorak, embung, mulsa, dan dam parit.<br />
<br />
Sedangkan metode kimia dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah melalui pemberian bahan kimia tanah (soil Conditioner).<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">PERTANIAN ORGANIK</span><br />
<br />
Pertanian ramah lingkungan salah satunya adalah dengan menerapkan pertanian organik. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran udara, tanah, dan air. Di sisi lain, Pertanian organik meningkatkan kesehatan dan produktivitas di antara flora, fauna dan manusia. Penggunaan masukan di luar pertanian yang menyebabkan degradasi sumber daya alam tidak dapat dikategorikan sebagai pertanian organik. Sebailknya, sistem pertanian yang tidak menggunakan masukan dari luar, namun mengikuti aturan pertanian organik dapat masuk dalam kelompok pertanian organik, meskipun agro-ekosistemnya tidak mendapat sertifikasi organik. Bila kita sepenuhnya mengacu kepada terminologi (pertanian organik natural) ini tentunya sangatlah sulit bagi petani untuk menerapkannya, oleh karena itu pilihan yang dilakukan adalah melakukan pertanian organik regenaratif, yaitu pertanian dengan perinsip pertanian disertai dengan pengembalian ke alam masukan-masukan yang berasal dari bahan organik.<br />
<br />
Pengelolaan pertanian yang berwawasan lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Pemilihan komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan pembangunan pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang menguntungkan secara ekonomis, masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan dibudidayakan pada lahan yang tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis dan menguntungkan secara ekonomis. <br />
<br />
Beberapa perinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah: (1) pemanfaatan sumberdaya alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama lahan dan air) secara lestari sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam, (2) proses produksi atau kegiatan usahatani itu sendiri dilakukan secara akrab lingkungan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dan eksternalitas pada masyarakat, (3) penanganan dan pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan produk tidak menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah), (4) produk yang dihasilkan harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman konsumsi. Keadaan dan perkembangan permintaan dan pasar merupakan acuan dalam agribisnis hortikultura ini.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Pertanian Organik Modern</span><br />
Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang.<br />
<br />
Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya.<br />
<br />
Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu:<br />
<br />
<ol><li>Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.</li>
<li>Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri, seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.</li>
</ol>Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat, serta peternakan. Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke pasar internasional. Komoditas pertanian organik yang akan dikembangkan dan memiliki potensi pasar yang baik, yaitu: hortikultura sayuran (brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam daun, labu siyam, oyong dan baligo. Buah: nangka, durian, salak, mangga, jeruk dan manggis), perkebunan (kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada, vanili dan kopi), rempah dan obat (Jahe, kunyit, temulawak, dan temu-temuan lainnya), dan peternakan (susu, telur dan daging). ** <br />
<h4>Sumber : www.benss.co.cc | File : | Dibaca : 15167 x</h4>Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-62674683835957646712011-11-14T07:08:00.000-08:002011-12-18T18:30:06.632-08:00MEMBUAT RAMUAN PESTISIDA NABATI<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" id="shadow"><tbody>
<tr><td class="inner"><div id="pageberita"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td><div id="news"><div class="pageberita"><div style="margin-left: 1pt; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-KITlqFlTLlU/Tu6hhlgqOXI/AAAAAAAAANE/8xsK19jNJo0/s1600/Praktek-Hama.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="136" src="http://3.bp.blogspot.com/-KITlqFlTLlU/Tu6hhlgqOXI/AAAAAAAAANE/8xsK19jNJo0/s200/Praktek-Hama.jpg" width="200" /></a></div>Secara ekonomis, maka biaya pestisida nabati yang dikeluarkan petani relatif lebih ringan dibanding pestisida sintetis, di mana harga pestisida sintetis di era sekarang lebih mahal. Pestisida nabati/ alami diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang tumbuh di sekitar kita. Pestisida nabati relatif lebih mudah dibuat dan didapat oleh petani dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas.<br />
<a name='more'></a><br />
Dari sisi lain pestisida alami/ nabati, mempunyai keistemewaan yang bersifat mudah terurai di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat lebih aman dan nyaman, yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu (bersifat kontak) dan setelah hamanya terbunuh, maka residunya akan cepat menghilang di alam.</div><div style="margin-left: 1pt; text-align: justify;">Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi. Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu penggunaan pestisida sintetis, tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif agar pengguna tidak hanya tergantung kepada pestisida sintetis dan agar penggunaan pestisida sintetis dapat diminimalkan, sehingga kerasakan lingkungan yang diakibatkannyapun diharapkan dapat dikurangi dan waktunya kerasakan lingkungan dapat diperlambat pula.</div><div style="margin-left: 1pt; text-align: justify;">Kegunaan Pemakaian Pestisida Nabati : Untuk meminimalkan pemakaian pestisida sintetis sehingga dapat mengurangi kerasakan lingkungan; Untuk mengurangi biaya usahatani yang mana bahan pestisida nabati mudah didapat yang tumbuh di sekitar kita dan mudah dibuat oleh siapapun khususnya para petani; Tidak membahayakan kesehatan bagi manusia dan ternak peliharaan.</div><div style="margin-left: 1pt; text-align: justify;">Manfaat Pestisida Nabati - Sebagai bahan kimia dari tumbuhan; Dapat digunakan sebagai agen pengendalian hama; Bersifat mematikan hama dengan cepat; Bersifat sebagai zat menghambat perkembangan serangga/hama; Bersifat sebagai zat pemikat; Bersifat sebagai zat penolak; Bersifat sebagai zat penghambat makan.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Ramuan Pestisida Nabatidan Aplikasinya</div><div style="margin-left: 33pt; text-align: justify;"><i>1. </i><i>Ramuan untuk mengendalikan</i><i>hama wereng coklat </i></div><div style="text-align: justify;">Bahan: daun sirsak 1 genggam; rimpang jeringau 1 genggam; bawang putih 20 siung; sabun colek 20 gram; air 20 liter.</div><div style="margin-left: 1pt; text-align: justify;">Cara membuat - Daun sirsak, rimpang jeringau, bawang putih ditumbuk halus. Seluruh bahan dicampur dengan sabun colek kemudian direndam dalam 20 liter air selama 2 hari. Keesokan harinya larutan tersebut disaring dengan kain halus. Setiap 1 liter larutan hasil saringan dapat diencerkan dengan 10-15 liter air. Larutan pestisida inisiap digunakan untuk mengendalikan hama wereng coklat.</div><div style="margin-left: 1pt; text-align: justify;">Aplikasi - Semprotkan cairan ke tanaman yang terserang hama wereng coklat. Hama ini biasanya terdapat di tanaman padi bagian batang bawah.</div><div style="margin-left: 17pt; text-align: justify;">2.<i>Ramuan untuk mengendalikan hama belalang dan ulat</i></div><div style="margin-left: 1pt; text-align: justify;">Bahan : daun sirsak 50 lembar; daun tembakau 1 genggam; sabun colek 20 gram; air 20 liter.</div><div style="margin-left: 1pt; text-align: justify;">Cara membuat - Daun sirsak dan daun tembakau ditumbuk halus. Seluruh bahan diaduk rata dalam 20 liter air lalu diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan disaring. Larutan hasil saringan diencerkan dengan air sebanyak 50-60 liter. Larutan siap digunakan.</div><div style="margin-left: 1pt; text-align: justify;">Aplikasi - Semprotkan cairan tersebut ke tanaman yang terserang atau langsung pada hama yang terdapat di tanaman.</div><div style="margin-left: 17pt; text-align: justify;">3. <i>Ramuan untuk mengendalikan hama wereng coklat, penggerek batang, nematoda </i></div><div style="margin-left: 1pt; text-align: justify;">Bahan : biji mimba 50 gram; alkohol 10 cc; air 1 liter. </div><div style="margin-left: 1pt; text-align: justify;">Cara membuat - Biji mimba ditumbukhalus dan diaduk dengan 10 cc alkohol lalu diencerkan dengan 1 liter air. Larutan diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan disaring. </div><div style="margin-left: 1pt; text-align: justify;">Apilkasi - Semprotkan cairan tersebut pada tanaman yang terserang hama atau pada</div><div style="margin-left: 5pt; text-align: justify;">hamanya langsung. Hama tidak langsung mati segera setelah disemprot dengan larutan biji mimba, tetapi memerlukan waktu antara 2-3 hari baru mati.</div><div style="margin-left: 26pt; text-align: justify;">4.<i>Ramuan untuk mengendalikan hama Rodentia</i></div><div style="margin-left: 5pt; text-align: justify;">Bahan : umbi gadung 1 kg; dedak padi/ jagung 10 kg; tepung ikan 1 ons; kemiri sedikit/secukupnya; air sedikit/secukupnya.</div><div style="margin-left: 5pt; text-align: justify;">Cara membuat - Umbi gadung dikupas, lalu dihaluskan. Semua bahan dicampur, diaduk rata, dan dibuat dalam bentuk pelet kering. Perbandingan antara umbi gadung dan campuran bahan lain adalah 1 :10.</div><div style="margin-left: 5pt; text-align: justify;">Aplikasi - Pelet-pelet dari umbi gadung tersebut ditebarkan di pematang, di sarang/ mulut lubang tikus atau di jalan-jalan yang biasanya dilewati tikus.</div><br />
<b>Sumber</b> : Diperta Kab Jember--Sugianto <br />
<b>Penulis</b> : Admin </div></div></td><td><div id="bannerdalam"></div></td></tr>
</tbody></table></div></td><td class="shadow_right"></td></tr>
</tbody></table><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" id="shadow"><tbody>
<tr><td class="shadow_left"></td><td class="inner"><div id="footer_body"><b>Telusuri Website</b></div></td></tr>
</tbody></table>Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-83349532954582626482011-11-14T06:52:00.000-08:002011-11-14T06:57:42.839-08:00IRIGASI TETES UNTUK LAHAN PERBUKITANAplikasi teknologi irigasi tetes atau irigasi mikro sejauh ini masih miliknya petani bermodal kuat dan untuk komoditas bernilai komersial tinggi. Teknologi ini merupakan alternatif yang bermanfaat pada lahan tadah hujan yang di luar jangkauan sistem irigasi teknis.<br />
<a name='more'></a><br />
Aplikasinya banyak dilakukan di lahan-lahan datar tetapi tidak bisa begitu saja digunakan di lahan perbukitan. Padahal pertanian tadah hujan di lereng-lereng perbukitan butuh sekali karena di sana sistem irigasi teknis langka dan pasok air sering terbatas. Para petani kecil dan yang dana investasinya terbatas jelas membutuhkan teknologi irigasi yang praktis dan dalam jangkauan kemampuan mereka.<br />
<br />
Ternyata peluang aplikasi irigasi mikro bagi petani dengan modal terbatas di kawasan perbukitan sudah terbuka. Antara lain berkat hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Victor B. Ella, professor pada Divisi Sumberdaya Tanah dan Air, Lembaga Teknik Pertanian (IAE) Universitas Pilipina, Los Banos dan rekan dari sejumlah lembaga ilmiah Amerika Serikat. Penelitian itu didanai oleh proyek USAID tentang "Agroforestry and Sustainable Vegetable Production System in Southeast Asia".<br />
<br />
Dr. Ella mengungkapkan telah tersedia perangkat perlengkapan yang dinamai IDE 'easy drip' kit cukup praktis untuk digunakan di kawasan perbukitan. Biaya investasi untuk peralatan yang menggunakan tabung- tabung mikro tersebut jauh lebih murah, yakni separuh lebih dibanding perangkat peralatan irigasi mikro konvensional yang umumnya di luar jangkauan petani biasa.<br />
<br />
Serangkaian penelitian aplikasi perangkatIDE 'easy drip' yang telah dilakukan menunjukkan kelayakan aplikasinya di lereng-lereng perbukitan untuk menghemat air, memanfaatkan ketersediaan air yang terbatas, sekaligus untuk meningkatkan produksi tanaman.<br />
<br />
Satu model sistem IDE untuk irigasi tetes 100 m2 lahan membutuhkan tangki air berkapasitas 200 liter. Tangki ditempatkan di atas landasan yang memungkinkan pencapaian ketinggian permukaan air yang cukup untuk operasional sistem yang disebutoperating head. Dari tangki air mengalir melalui pipa polietilen diameter 16 mm dan saringan ke 10 pipa lateral bertabung yang terletak di atas tanah. Pipa-pipa tersebut dilengkapi tabung-tabung mikro yang berujung pada basis tanaman.<br />
<br />
Ide sistem irigasi tetes di perbukitan ialah menangkap air secara manual atau dipompa untuk disalurkan secara berangsur ke tanaman. Karena di lahan miring air yang dilepas akan mengalir begitu saja di atas tanah.<br />
<br />
Menggunakan sistem perangkat IDE tersebut, petani dengan sendirinya tidak memerlukan pompa untuk menjaga kestabilan tekanan penyaluran air dari tangki ke tanaman sebagaimana pada perangkat irigasi tetes konvensional. Petani tinggal menyalurkan air ke tangkilalu membuka kran, maka air akan tersalur. Sehingga, di samping biaya peralatan murah, biaya operasi juga lebih murah.<br />
<br />
Namun, tidak berarti sistem tersebut bebas dari masalah. Menurut Dr. Ella, satu hal yang bisa dihadapi petani ialah distribusi air yang bisa tidak seragam. Kecepatan tetesan ada yang lebih cepat dan ada yang lebih lambat. Pertanian di lahan miring berpola melingkar sehingga penyaluran air akan dipengaruhi oleh perbedaan tinggi antara tangki dengan alat penetes air (dripper) serta derajat kemiringan lahan. Cara mengatasinya cukup dengan penataan dan penyetelan seperlunya.<br />
<br />
Dari hasil percobaan irigasi tetes yang dilakukan dengan perangkat IDE, diketahui bahwa bagi lahan dengan kemiringan ringan(mild), maka tinggi permukaan air yang sesuai (yang disebutoperating head) di tangki sebaiknya 3 meter.<br />
<br />
Diingatkan bahwa sistem sederhana IDE ini tidak bisa berfungsi dengan baik pada lahan dengan kemiringan lebih dari 30°. Untuk kemiringan yang lebih tajam itu diperlukan bantuan pengatur tekanan (pressure regulator).<br />
<br />
Hasil uji coba lapangan sistem irigasi tetes tersebut di lahan miring tadah hujan mampu meningkatkan hasil berbagai jenis sayuran hasil sampai dua kali lipat dibanding dengan cara pengairan biasa yakni yang bergantung pada curah hujan.<br />
<br />
Dr. Ella menekankan kemanfaatan penghematan air pada sistem irigasi tetes karena air digunakan hanya untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi tanaman sehingga tidak terjadi perembesan (percolation) atau mengalir terbuang(runoff). Efisiensi penggunan air cukup tinggi sehingga pengairan bisa berlangsung baik dalam kondisi pasok air yang terbatas. Sistem ini, sebagaimana sistem irigasi tetes umumnya, bisa pula digunakan untuk menyalurkan pupuk cair ke tanaman.<br />
Sumber : SINAR TANI | File : | Dibaca : 694 xAdministratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-28052335525383110212011-09-21T04:45:00.000-07:002011-09-21T04:45:46.159-07:00INOVASI TEKNOLOGI UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS TANAMAN JERUK<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-Z2m763BQSlo/TnnN_wIT4rI/AAAAAAAAAM4/83Aa2vgFP88/s1600/jeruk.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="149" src="http://1.bp.blogspot.com/-Z2m763BQSlo/TnnN_wIT4rI/AAAAAAAAAM4/83Aa2vgFP88/s200/jeruk.jpg" width="200" /></a></div> Teknik top working sudah banyak dipraktekan pada beberapa jenis komoditi buah-buahan sebagai upaya memperbaiki kualitas tanaman maupun penyeraganan varietas, termasuk pada komoditi jeruk. Teknik top working dapat diterapkan untuk mengganti suatu varietas tanaman dengan varietas lain yang dapat menghasilkan buah lebih berkualitas dan bernilai ekonomi tinggi tanpa harus membongkar/mematikan tanaman yang sudah ada. Tanaman yang sudah ada dimanfaatkan sebagai batang bawah, sehingga dapat mepercepat pertumbuhan dan masa juvenile tanaman.<a name='more'></a><br />
Jeruk konde merupakan salah satu dari beberapa jenis jeruk yang banyak ditanam di wilayah garut dan dari sisi kualitas buah maupun nilai ekonomi merupakan nomor tiga setelah jeruk keprok garut (JKG) dan jeruk siem. Jeruk keprok garut populer dan banyak digemari karena memiliki rasa yang khas serta sudah menjadi salah satu varietas unggulan nasional yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 760/KPTS.240/6/99 tanggal 22 Juni 1999. Sebagai komoditas unggulan khas daerah, Jeruk keprok Garut mempunyai peluang tinggi untuk dikembangkan karena keunggulan komparatif dan kompetitifnya serta adanya peluang pasar yang masih terbuka luas. Harga jual jeruk keprok garut berkisar antara Rp 12.000 – 18.000 per kg, sedangkan jeruk siem dan konde sekitar Rp 5.000 – 8.000 per kg. Produksi jeruk keprok garut berkisar antara 40 – 60 kg per pohon per tahun. Sampai saat ini populasi jeruk konde, siem dan jenis lainnya masih mendominasi yaitu mencapai 67 persen, sedangkan populasi jeruk keprok garut hanya 33 persen. <br />
Mulai tahun 2006 pemerintah daerah kabupaten Garut meluncurkan program penanaman sejuta pohon jeruk keprok garut sampai tahun 2011 dan diharapkan swasembada jeruk garut dapat dicapai pada tahun 2016. Teknologi top working dapat membantu upaya mempercepat pencapaian target program sejuta pohon serta dapat mengatasi masalah kelangkaan seedling untuk batang bawah dan ketersediaan bibit jeruk yang berkualitas. Teknik Top Working dilakukan dengan memanfaatkan batang atas (entres) dari jenis keprok garut yang diambil dari Blok Pondasi Mata Tempel (BPMT). Balai Benih Hortikultura (BBH) Cisurupan mempunyai Blok Pondasi Mata Tempel (BPMT) jeruk keprok garut dan bibit yang sudah diindeksing, bekerja sama dengan Balitjestro, Tlekung, Jawa Timur dan dinyatakan bebas penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD). <br />
Penerapan Teknologi top working pada tanaman jeruk yang sudah tua lebih mudah menggunakan cara sambung celah (cleft grafting), cara sambung Kulit (bark grafting) sulit dilakukan karena kulit batang jeruk relative tipis dan susah dikelupas. Berdasarkan hasil uji coba pelaksanaan top working di kebun petani, sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas tanaman jeruk mencapai tingkat keberhasilan rata-rata diatas 30%. Tingkat keberhasilan tersebut dilihat dari pertumbuhan tunas entres (batang atas) sampai umur 3,5 bulan setelah penyambungan. Batang bawah yang digunakan adalah jenis jeruk konde, masing-masing berumur 1,5-2 tahun dengan tingkat keberhasilan : 55,30%, umur 3 tahun : 42,31% dan umur 4,5 tahun mencapai 30,30%. Pemotongan cabang lain dari batang bawah bisa juga dilakukan setelah tunas batang atas (entres) pertumbuhannya baik (normal) dan sehat.Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-46833527345473809072011-09-15T08:40:00.000-07:002011-09-15T08:50:13.136-07:00KAJI TINDAK AGRIBISNIS SPESIFIK LOKALITA BAGI TIM PENYULUH LAPANGAN (TPL)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-4VFCJZ3VSLc/TnIeiyi8K9I/AAAAAAAAAM0/ljSP5U6hwzs/s1600/sl.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-4VFCJZ3VSLc/TnIeiyi8K9I/AAAAAAAAAM0/ljSP5U6hwzs/s1600/sl.JPG" /></a></div><br />
Dalam rangka mewujudkan tujuan P3TIP/FEATI diperlukan dukungan penyuluh pertanian yang mampu menjadi fasilitator FMA.<br />
Kemampuan penyuluh pertanian dalam memfasilitasi pengembangan agribisnis di kelompok pembelajaran FMA masih perlu ditingkatkan.<br />
Peningkatan kapasitas penyuluh melalui metodologi yang mudah dipahami dan diterapkan, salah satu metode yang dapat digunakan adalah “kaji tindak agribisnis spesifik lokalita”.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<br />
Tujuan Kaji Tindak<br />
<br />
• Meningkatkan kapasitas Penyuluh Pertanian sebagai fasilitator pengembangan agribisnis yang berbasis teknologi spesifik lokalita.<br />
<br />
• Mengembangkan agribisnis berbasis inovasi teknologi spesifik lokalita yang mempunyai basis usaha agribisnis yang jelas di Balai Penyuluhan (BP3K) Lokasi P3TIP/FEATI.<br />
<br />
• Memanfaatkan Balai Penyuluhan (BP3K) Lokasi P3TIP/FEATI sebagai pemberi layanan informasi agribisnis (klinik agribisnis).<br />
<br />
<br />
<br />
Pengertian<br />
<br />
Kaji Tindak adalah pengkajian masalah penyuluhan pertanian dengan melakukan kegiatan identifikasi masalah, penyusunan rencana kegiatan,serta melaksanakan tindak lanjut pemecahan masalahnya;<br />
<br />
TPL adalah tim penyuluh lapangan yang dibentuk oleh kepala lembaga penyuluhan kabupaten yang dikoordinir oleh koordinator penyuluh. TPL berkedudukan di Balai Penyuluhan (BP3K) dan beranggotakan penyuluh PNS,THL-TBPP ditambah dengan anggota masyarakat (penyuluh swadaya dan swasta) yang memiliki keahlian teknis agribisnis dan mampu memfasilitasi kegiatan pembelajaran.<br />
<br />
Teknologi Spesifik lokalita adalah teknologi yang dikembangkan sesuai dengan potensi agroekosistem yang ada di wilayah.<br />
<br />
Prinsip-prinsip Dasar Pelaksanaan Kaji Tindak<br />
<br />
<br />
<br />
* Kaji tindak dilaksanakan di lahan percontohan Balai Penyuluhan (BP3K);<br />
* Materi kaji tindak ditetapkan berdasarkan kekurangmampuan kerja (deskripansi) penyuluh pertanian dalam pengembangan agribisnis;<br />
* Materi yang akan diujicobakan berkaitan dengan teknologi spesifik lokalita dan strategi manajemen agribisnis;<br />
* Kaji Tindak dilaksanakan berdasarkan proposal yang diverifikasi oleh tim verifikasi kabupaten dan disetujui BP4K;<br />
* Dalam proposal dilampirkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Rencana Tindak Lanjut ((RTL) hasil Kaji Tindak sesuai kesepakatan. Dana yang diperoleh dari hasil Kaji Tindak dapat dimanfaatkan sebagai modal usaha agribisnis bagi Balai Penyuluhan (BP3K) sehingga Balai Penyuluhan (BP3K) dapat menjadi klinik agribisnis;<br />
<br />
<br />
<br />
Pelaksana Kegiatan & Fasilitator<br />
<br />
Pelaksana Kegiatan : Pelaksana Kegiatan adalah Penyuluh pendamping (PNS) desa FEATI, selain itu dapat dilibatkan penyuluh lainnya yang berada di BP3K sesuai dengan keahlian dan pengembangan agribisnis di desa binaannya.<br />
<br />
Fasilitator : Fasilitator pelaksanaan kaji tindak berasal dari peneliti/penyuluh BPTP, widyaiswara, penyuluh provinsi/kabupaten, petugas teknis dinas provinsi/kabupaten dan praktisi agribisnis.<br />
<br />
Ruang lingkup dan Materi<br />
<br />
• Metodologi kaji tindak dalam penyuluhan pertanian;<br />
<br />
• Teknik mengidentifikasi masalah kaji tindak;<br />
<br />
• Pemilihan inovasi teknologi yang berorientasi agribisnis dan berbasis spesifik lokalita;<br />
<br />
• Teknik penyusunan proposal dan RAB;<br />
<br />
• Aplikasi teknologi spesifik lokalita;<br />
<br />
• Diseminasi hasil aplikasi teknologi.<br />
<br />
Metode Pelaksanaan<br />
<br />
<br />
<br />
* Lokakarya perencanaan;<br />
* Diskusi kelompok terarah ( Focus group discussion/ FGD);<br />
* Percontohan di lahan BP3K;<br />
* Hari Temu Lapangan;<br />
* Lokakarya evaluasi.<br />
<br />
<br />
<br />
Tahapan Pelaksanaan<br />
<br />
1. Persiapan kaji tindak<br />
<br />
2. Identifikasi masalah Pengembangan Agribisnis di lokasi FMA<br />
<br />
3. Lokakarya Perencanaan Kaji Tindak<br />
<br />
4. Pengusulan proposal kaji tindak ke pengelola P3TIP/FEATI kabupaten<br />
<br />
5. Aplikasi Teknologi Spesifik Lokalita<br />
<br />
6. Lokakarya Evaluasi<br />
<br />
7. Pelaporan Kegiatan<br />
<br />
Organisasi Pengelola Kaji Tindak<br />
<br />
<br />
<br />
* Penanggung Jawab Kegiatan : Kepala Kelembagaan Penyuluhan Kabupaten (BP4K);<br />
* Koordinator : Kepala Balai Penyuluh (BP3K);<br />
* Pelaksana kaji tindak : Seluruh penyuluh yang ada di Balai Penyuluhan (BP3K) Lokasi P3TIP/FEATI;<br />
* Fasilitator : Fasilitator pelaksanaan kaji tindak berasal dari peneliti/penyuluh BPTP, widyaiswara, penyuluh provinsi/kabupaten, petugas teknis dinas provinsi/kabupaten dan praktisi agribisnis<br />
<br />
<br />
<br />
Pencairan Dana Kaji Tindak<br />
<br />
<br />
<br />
* Pertanggungjawaban keuangan dilaksanakan dengan swakelola yang berada pada tingkat kabupaten (SATKER P3TIP/FEATI), dalam mata anggaran belanja barang non operasional lainnya (521219)<br />
* Digunakan untuk (a) Pembelian benih, pupuk dan pestisida (b) Konsumsi (c) Bantuan transport bagi narasumber dan Petani yang berpartisifasi dalam kegiatan tersebut, sedangkan yang tidak boleh dibiayai (a). Honorarium Narasumber (b) Pengadaan mesin/peralatan (c) Pembelian pestisida yang penggunaannya dilarang pemerintah, FAO, dan WHO (Badan Kesehatan Dunia); (d) Pembelian sarana produksi/bahan pembelajaran yang berskala usaha; (e). Pembelian dan pembuatan kaos, jaket, topi, sepatu, dll). (f) Tranport bagi peserta pembelajaran (g) Pembelian ternak.<br />
* Sistem pencairan dana secara bertahap sesuai dengan kebutuhan lapangan<br />
<br />
<br />
<br />
MONITORING & EVALUASI KAJI TINDAK<br />
<br />
<br />
<br />
* MONITORING: adalah suatu kegiatan observasi secara berkala yang dilakukan oleh penanggung jawab program yang dipergunakan sebagai alat kendali tercapainya suatu tujuan kegiatan. Untuk itu pelaksanaan monitoring dilakukan di setiap tahapan pelaksanaan kegiatan.<br />
* EVALUASI: adalah suatu kegiatan pengkajian dan dilakukan analisis yang tajam dengan membandingkan antara perencanaan, proses dan keluaran. Konteks pengkajian ini berhubungan dengan apakah keluaran/ouput yang diharapkan dapat tercapai atau tidak.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Informasi Tambahan<br />
Popular<br />
<br />
* ASPEK KELEMBAGAAN DAN PEMBIAYAAN PENGELOLAAN RTH<br />
* KLASIFIKASI IKLIM<br />
* Pengenalan ArcView<br />
* PENGENALAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)<br />
* PEMBENIHAN LELE DI KOLAM TERPAL<br />
<br />
Kisah Hidup Lebah Madu<br />
<br />
Sayang_nyiruanLebah adalah serangga kecil yang tidak mampu berpikir. Namun mereka mampu menyelesaikan sejumlah pekerjaan besar yang tak terbayangkan sebelumnya. Setiap pekerjaan tersebut membutuhkan perhitungan dan perencanaan khusus. Sungguh mengagumkan bahwa kecerdasan dan keahlian yang demikian ini ada pada setiap ekor lebah. Namun, yang lebih hebat lagi adalah ribuan lebah bekerjasama secara teratur dan terencana dalam rangka mencapai satu tujuan yang sama, dan mereka melaksanakan bagian pekerjaan mereka masing-masing secara penuh dan sungguh-sungguh tanpa kesalahan sedikitpun. Selanjutnya<br />
SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PADA PROGRAM FEATI<br />
<br />
<br />
Definisi Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sedangkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. (PP No.60 Tahun 2008)<br />
<br />
<br />
Selanjutnya<br />
Mengenal Hama Ulat Bulu<br />
<br />
Oleh: H.C.Didi Kusmayandi, SP,.MP.<br />
<br />
(Kabid Program BP4K Kuningan)<br />
<br />
<br />
hileud<br />
<br />
Wabah ulat bulu di Indonesia semakin meningkat, termasuk di Kabupaten Kuningan. Berdasarkan laporan dari BP3K, populasi ulat bulu di Kabupaten Kuningan terdapat di Desa Ancaran Kecamatan Ciwaru, Desa Ciwaru Kecamatan Ciwaru, Desa Kertawana Kecamatan Kalimanggis dan Desa Citenjo Kecamatan Cibingbin.<br />
<br />
Menurut Republika.co.id, Jakarta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sudah menerima sampel ulat bulu dari Jember dan Yogyakarta, ada 3 species yang diterima LIPI yaituLymantria marginalis, Arctonis sp., dan Cyana veronata. Salah satu species belum diketahui jenisnya karena harus melalui pembedahan.<br />
<br />
Selanjutnya<br />
SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP)<br />
<br />
Definisi Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sedangkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. (PP No.60 Tahun 2008)<br />
<br />
Selanjutnya<br />
Pendampingan Teknologi Mendukung SL-PTT di Kabupaten Kuningan<br />
<br />
Photo0010Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi padi di Indonesia yang memberikan kontribusi besar terhadap produksi beras nasional. Hal itu tercermin berdasarkan rata-rata luas areal panen dan produksi padi dalam setahunnya selama sepuluh tahun terakhir (1999-2008), berturut-turut luas areal panen padi di Jawa Barat seluas 1.812.620 ha per tahun atau 15,32%-nya luas areal panen padi nasional (11.834.722 ha per tahun) dan produksi padi di Jawa Barat sebanyak 9.582.594,75 ton GKG per tahun atau 17,63%-nya produksi padi nasional (54.357.877,75 ton GKG per tahun), sedangkanberdasarkan tingkat pencapaian produktivitas, maka produktivitas padi rata-rata di Jawa Barat lebih tinggi 15,12% dibandingkan dengan tingkat produktivitas padi rata-rata secara nasional (52,85 ku per ha vs 45,91 ku per ha GKG).<br />
<br />
Selanjutnya<br />
KLASIFIKASI IKLIM<br />
<br />
Iklim dapat didefinisikan sebagai berbagai keadaan atmosfer (antara lain suhu, tekanan, kelembaban) yang terjadi di suatu wilayah selama kurun waktu yang panjang. Merujuk pada definisi menurut World Climate Conference, 1979 bahwa Iklim merupakan sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya.<br />
<br />
Berikut adalah beberapa Klasifikasi Iklim berdasarkan perhitungan curah hujan yang biasa digunakan :<br />
<br />
1. Klasifikasi Iklim Oldeman<br />
<br />
Oldeman membagi iklim menjadi 5 tipe yaitu :<br />
<br />
a. Iklim A. Iklim yang memiliki bulan basah lebih dari 9 kali berturut-turut<br />
<br />
b. Iklim B. Iklim yang memiliki bulan basah 7-9 kali berturut-turut<br />
<br />
c. Iklim C. Iklim yang memiliki bulan basah 5-6 kali berturut-turut<br />
<br />
d. Iklim D. Iklim yang memiliki bulan basah 3-4 kali berturut-turut<br />
<br />
e. Iklim E. Iklim yang memiliki bulan basah kurang dari 3 kali berturut-turut<br />
<br />
Kriteria bulan basah-kering menurut Oldeman adalah :<br />
<br />
- Bulan Basah bila curah hujan > 200 mm<br />
<br />
- Bulan Lembab bila curah hujan antara 100 mm - 200 mm<br />
<br />
- Bulan Kering bila curah hujan < 100 mm 2. Kalsifikasi Iklim menurut Schmidt-Ferguson Schmidt-Ferguson membagi iklim menjadi delapan tipe iklim : A. kategori sangat basah, nilai Q = 0 - 14,3 % B. kategori basah, nilai Q = 14,3 - 33,3 % C. kategori agak basah nilai Q 33,3 - 60 % D. kategori sedang, nilai Q = 60 - 100 % E. kategori agak kering, nilai Q = 100 - 167 % F. kategori kering, nilai Q = 167 - 300 % G. kategori sangat kering, nilai Q = 300 - 700 % H. kategori luar biasa kering, nilai Q = lebih dari 700 % Nilai Q adalah rata-rata bulan kering dibagi rata-rata bulan basah dikalikan 100 %. Kriteria bulan basah-kering menurut Schmidt-Ferguson adalah: - Bulan Basah bila curah hujan > 100 mm<br />
<br />
- Bulan Lembab bila curah hujan antara 60 mm - 100 mm<br />
<br />
- Bulan Kering bila curah hujan < 60 mm<br />
<br />
<br />
<br />
(diambil dari berbagai sumber)<br />
Selanjutnya<br />
mod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_counter<br />
mod_vvisit_counter Hari ini 13<br />
mod_vvisit_counter Kemarin 17<br />
mod_vvisit_counter Minggu ini 70<br />
mod_vvisit_counter Bulan ini 234<br />
mod_vvisit_counter Keseluruhan 3499<br />
Tulis Pesan disini....<br />
<br />
ShoutMix chat widget<br />
Aku Nggak Korupsi<br />
Kami memiliki 2 Tamu online<br />
<br />
Sumber Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan<br />
<br />
Kabupaten Kuningan Jawa Barat<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-V5lXDaszSGM/TnIeCzrUM8I/AAAAAAAAAMw/YRrJ3bqpqGQ/s1600/sl.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="155" src="http://4.bp.blogspot.com/-V5lXDaszSGM/TnIeCzrUM8I/AAAAAAAAAMw/YRrJ3bqpqGQ/s320/sl.JPG" width="231" /></a></div>Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-36593884293905002872011-09-07T05:12:00.000-07:002011-09-07T05:12:07.596-07:00METODE PENYULUHAN PERTANIAN DI DINASCeramah<br />
<br />
4.1.1 Pengertian<br />
<br />
Ceramah adalah suatu pertemuan untuk menyampaikan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu relatif cepat dan biasanya dilakukan oleh kontak tani-nelayan, pemimpin pemuda tani dan demonstrator.<a name='more'></a><br />
<br />
4.1.2 Tujuan<br />
<br />
Menyampiakan informasi yang lengkap dan tepat, dengan penjelasan yang lebih mendalam.<br />
<br />
4.1.3 Teknik pelaksanaan<br />
<br />
1. Siapakan topik yang akan disampaiakan dengan sebaik-baiknya.<br />
2. Beritahukan kepada para peserta tentang topik yang kan dibahas.<br />
3. Gunakan alat peraga atau alat bantu.<br />
4. Untuk menambah pengertian dan mendalami masalah, berikan selebaran (brosur, leaflet, folder dan sebagainya).<br />
5. Isi ceramah hendaknya dikaitkan dengan program/kegiatan penyuluhan pertanian.<br />
6. Sebanyak mungkin ikut sertakan para peserta dalam pembahasan masalah<br />
<br />
4.1.4 Keunggulan<br />
<br />
1. Efektifitasnya tinggi.<br />
2. Informasi yang disampikan dapat lebih mendalam<br />
<br />
4.1.5 Kelemahan<br />
<br />
Menjemukan apabila materi ceramah disampaikan dengan cara yang kurang baik dan tanpa alat peraga.<br />
<br />
4.2 Demonstrasi<br />
<br />
4.2.1 Pengertian<br />
<br />
Demonstrasi merupakan suatu metode penyuluhan dilapangan untuk memperllihatkan secara nyata tentang ‘Cara’ dan/atau ‘Hasil’ penerapan teknologi pertanian yang telah terbukti menguntungkan bagi petani-nelayan.<br />
<br />
Berdasarkan sasaran yang akan dicapai maka demonstrasi dibedakan atas:<br />
<br />
1. Demonstrasi usaha tani perorangan (Demplot), yaitu demonstrasi yang dilakukan secara perorangan (petani-nelayan/kontak tani-nelayan) denngan menggusahakan komoditi tertentu (tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan) , dengan areal 0,1 –0,5 hektar untuk komoditi yang memerlukannya.<br />
2. Demonstrasi usaha tani-nelayan berkelompok (Demfarm) meruapkan demonstarasi yang dilakukan secara kerjasama oleh petani-nelayan dalam suatau kelompok tani-nelayan, denngan areal 1-5 hektar untuk komoditi yang memerluknnya.<br />
3. Demonstrasi usaha tani gabungan kelompok (Dem Area) merupakan demonstrasi yang dilakukan secara kerja sama antar kelompok tani-nelayan dalam satu wilayah (hamparan/domisili) yang tergabung dalam satu gabungan kelompok tani-nelayan, dengan areal 5-25 hektar untuk komoditi yang memerlukannya.<br />
<br />
4.2.2 Tujuan<br />
<br />
1. Tujuan pelaksanaan Demplot adalah untuk memberikan contoh bagi petani nelayan disekitarnya untuk menerapkan teknologi baru dibidang pertanian.<br />
2. Tujuan pelaksanaan Demfarm untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok tani-nelayan serta memberi contoh petani-nelayan disekitarnya menerapkan teknologi baru melalui kerjasama kelompok.<br />
3. Tujuan Dem Area adalah untuk meningktakan pengetahuan dan ketrampilan anggota kelompok tani-nelayan melalui kerjasama antar kelompok tani-nelayan untuk menerapkan inovasi baru di bidang pertanian serta memberikan contoh bagi petani nelayan di sekitarnya.<br />
<br />
4.2.3 Sasaran<br />
<br />
Sasaran kegiatan pada dasaranya adalah petani nelayan/kontak tani-nelayan, kelompok tani-nelayan dan gabungan kelompok tani nelayan yang berhasil dan mampu membina kerjasama ditempatnya masing-masing. Dengan terlaksananya demonstarasi ini diharapkan akan terjadi peningkatan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perilaku, sehingga mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi baru<br />
<br />
4.2.4 Keunggulan<br />
<br />
1. Tekologi spesifik lokal .<br />
2. Petani melihat proses inovasi teknologi.<br />
<br />
4.2.5 Kelemahan<br />
<br />
1. Makan waktu lama.<br />
2. Sumberdaya yang dipakai besar<br />
<br />
4.3 Kaji Terap<br />
<br />
4.3.1 Pengertian<br />
<br />
Kaji-terap adalah metode penyuluhan pertanian untuk meningkatkan kemampuan petani nelayan dalam memilih paket teknologi usaha tani yang telah direkomendasikan sebelum didemonstrasikan dan atau dianjurkan, yang pelaksaannya dilakukan oleh kontak tani-nelayan di lahan usaha tani-nelayannya dengan bimbingan penyuluh pertanian.<br />
<br />
4.3.2 Tujuan<br />
<br />
1. Meyakinkan paket teknologi usaha tani yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta kondisi usaha tani-nelayan dan sosial ekonomi petani nelayan di wialayah tertentu.<br />
2. Mempercepat penyebaran informasi teknologi pertannian yang telah direkomendasikan secara umum.<br />
<br />
4.3.3 Kegunaan<br />
<br />
1. Mengurangi resiko kegagalan uasaha tani-nelayan melalui pemilihan teknologi yang pailing sesuai dengan usaha tani terpadu.<br />
2. Meniingkatlkkan keyakinan kontak tani-nelayan mengenai teknologi pertanian yang kana diterappkan oleh petani –nelayan.<br />
3. Meningkatkan efisiensi usaha tani-nelayan dan informasi pertanian.<br />
4. Menghimpun dan memberikan umpan balik kepada lembaga penelitian, dan direktorat teknis lingkup pertanian.<br />
5. Menyiapkan kontak tani-nelayan untuk menjadi demonstrator yang bersifat motivator dan atau pelatih bagi tani-nelayan.<br />
6. Mengembangkan kemampuan penyuluh.<br />
<br />
4.3.4 Penyelenggaraan<br />
<br />
1. Persyaratan<br />
<br />
1) Materi kaji terap;<br />
<br />
2) Metode pengkajian dan penerapan;<br />
<br />
3) Lokasi kaji terap;<br />
<br />
4) Pelaksanaan kaji terap.<br />
<br />
2. Tatalaksana<br />
<br />
1) Persiapan<br />
<br />
- Perencanaan<br />
<br />
2) Pelaksanaan<br />
<br />
- Musyawarah<br />
<br />
- Penetapan jadwal kegiatan<br />
<br />
- Penyediaan sarana<br />
<br />
- Teknik budidaya<br />
<br />
- Pencatatan/Pelaporan<br />
<br />
- Pengolahan hasil<br />
<br />
3. Pembinaan:<br />
<br />
1) Tingkat Pusat meliputi :<br />
<br />
- Pengendalian dan Pembinaan Kaji Terap.<br />
<br />
- Penyusunan dan Pembinaan Kaji Terap.<br />
<br />
- Penyusunan Pedoman, Juklak dan Juknis.<br />
<br />
- Pembinaan petugas tingkat propinsi.<br />
<br />
- Supervisi lapangan<br />
<br />
2) Tingkat Propinsi meliputi :<br />
<br />
- Penjabaran pedoman, Juklak dan Juknis.<br />
<br />
- Pembinaan operasional penyelenggaraan dan pelaksanaan kaji terap.<br />
<br />
- Supervisi lapangan.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
3) Tingkat kabupaten meliputi :<br />
<br />
- Bimbingan musyawarah dalam menyusun rencana untuk keperluan penyelenggaraan kaji terap.<br />
<br />
- Bimbingan teknis di lapangan terutama dalam alih teknologi dari masing-masing sub sektor lingkup pertanian.<br />
<br />
- Bimbingan organisasi dan administrasi dalam mengembangkan kerjasama antar petani-nelayan dalam satu kelompok.<br />
<br />
4. Pemantauan dan Evaluasi :<br />
<br />
1) Pemantauan :<br />
<br />
Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan lapangan, permasalahan dan hasil kaji terap dilakukan pemantauan oleh Penyuluh Pertanian secara teratur dan berkesinambungan. Pemantauan perkembangan penyelenggaraan dan pelaksanaan dilakukan mulai dari tingkat pusat, propinsi, kabupaten dan lapangan.<br />
<br />
Pemantauan oleh penyuluh pertanian dapat dilakukan melalui pengamatan lapangan secara langsung selama pelaksanaan kaji terap atau menganalisa data dan laporan yang diterima dari penyuluh pertanian di lapangan.<br />
<br />
2) Evaluasi :<br />
<br />
Evaluasi dapat dilakukkan selama kegiatan berlangsung dan pada waktu kegiatan telah selesai. Hal-hal yanng dievaluasi adalah materi pelaksanaan, lokasi dan biaya penyelanggaraan.<br />
<br />
4.3.5 Keunggulan<br />
<br />
1. Dapat merangsang kontak tani-nelayan atau petani-nelayan lainnya untuk menerapkan paket teknologi tersebut.<br />
2. Keberhasilan anjuran cukup besar.<br />
<br />
4.3.6 Kelemahan<br />
<br />
1. Kurang dapat menyerap peserta.<br />
2. Membutuhkan biaya yang besar.<br />
<br />
4.4 Karya Wisata<br />
<br />
4.4.1 Pengertian<br />
<br />
Karya wisata adalah kegiatan perjalanan secara bersama yang dilakukan oleh sejumlah petani-nelayan untuk mempraktekan hasil suatu pengajaran atau melakukan suatu karya yang bermanfaat ditempat yang dituju.<br />
<br />
4.4.2 Tujuan<br />
<br />
Meyakinkan para petani-nelayan dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk melihat sendiri hasil penerapan teknologi baru, demonstrasi suatu keterampilan, alat baru dan sebagainya, serta mempraktekannya, dan juga untuk memperoleh pandangan dari hasil pembangunan daerah lain.<br />
<br />
4.4.3 Teknik pelaksanaan<br />
<br />
1. Buatlah perencanaan partisipatif karya wisata yang meliputi penentuan tempat yang kan dikunjungi serta apa yang kan dilihat dan dipelajari (antara lain petani demonstrator budidaya dan pengolahan hasil, daerah-daerah agrowisata, gambaran tentang tempat/obyek yang akan dikunjungi), perjalanan, biaya pelaksanaan, susunan peserta dan pimpinannnya serta menghubungi pejabat yang akan dikunjungi. Dalam menentukan peserta dan pimpinannya pilihlah kelompok yang homogen untuk karya wisata yang bersifat khusus, dan kelompok yang mewakili semua komoditas untuk kunjungan-kunjungan yang bersifat umum dengan jumlah yang tidak terlalu besar.<br />
2. Selalu mengupayakan kepentingan kelompok<br />
3. Ditiap tempat yang dikunjungi, beri kesempatan seluas-luasnya kepada peserta untuk melihat, mendengar, bertukar pikiran, dan mempraktekannya.<br />
4. Bantu mereka dalam membuat catatan-catatan yang diperlukan.<br />
5. Atur agar acara kunjungan tidak terlalu padat atau membosankan.<br />
6. Perhatikan dan uasahakan agar ada rekreasi, kesenangan perjalanan dan kegembiraan kelompok.<br />
7. Pada setiap tempat kunjungan usahakan agar para peserta diberikan kesempatan juga untuk menguraikan hasil usaha mereka sendiri.<br />
8. Segala biaya pelaksanaannya ditanggung oleh semua peserta, atau bantuan dari instansi.<br />
<br />
4.4.4 Keunggulan<br />
<br />
1. Memberikan motivasi kepada petani-nelayan untuk melakukan sesuatu kegiatan.<br />
2. Membina keakraban diantara sesama petani.<br />
3. Memperluas wawasan.<br />
4. Menumbuhkan sikap kepemimpinan.<br />
<br />
4.4.5 Kelemahan<br />
<br />
1. Biayanya relatif mahal.<br />
2. Seringkali sulit untuk memenuhi keinginan semua peserta.<br />
3. Bila acara terlalu padat atau salah memilih obyek akan menimbulkan kekecewaan.<br />
4. Seringkali menghadapi hambatan sarana dan prasarana.<br />
<br />
4.5 Kunjungan Rumah dan Tempat Usaha<br />
<br />
4.5.1 Pengertian<br />
<br />
Kunjungan rumah dan tempat usaha adalah suatu kunjungan terencana yang dilakukan oleh penyuluh kerumah/tempat usaha petani dengan suatu tujuan tertentu.<br />
<br />
4.5.2 Tujuan<br />
<br />
Menumbuhkan kepercayaan diri petani dan keluarganya.<br />
<br />
4.5.3 Teknis Pelaksanaan<br />
<br />
1. Kegiatann kunjungan sebaiknya dilakukan secara terancana. Untuk itu seorang penyuluh pertanian harus membuat jadwal kunjungan. Di dalam jadwal kunjungan dicantumkan siapa yang akan dikunjungi secara teratur dalam selang waktu tertentu serta topik-topik yang akan dibicarakan sejak tahap persiapan, pelaksanaan sampai tahap evaluasi. Kunjungan yang jarang tetapi teratur akan lebih efektif daripada sering tapi tidak teratur. Petani yang perlu diberi prioritas kunjungan adalah para kontak tani, tokoh-tokoh desa serta pemuka-pemuka masyarakat.<br />
2. Usahakanlah agar waktu kunjungan tidak menganggu kesibukan petani. Kunjungan rumah sebaiknya dilakukan pada saat dimana petani beserta keluarganya dalam keadaan santai. Kunjungan usaha tani dapat dilakukan pada waktu petani-nelayan sedang bekerja. Usahakanlah agar kedatangan penyuluh pertanian tidak menyebabkan terbengkalainya pekerjaan petani yang dikunjungi.<br />
3. Bila mungkin siapkanlah brosur, folder, leaflet dan/atau majalah sebagai bahan informasi.<br />
4. Bersikaplah ramah, bersahabat dan penuh rasa kekeluargaan, jangan bersikap terlalu resmi atau menggurui.<br />
5. Topik-topik yang dapat dibicarakan selama kunjungan.<br />
<br />
Tahap persiapan<br />
<br />
1) Kebijaksanaan pemerintah di bidang pembangunan pertanian dan peraturan-peraturan pelaksanaanya.<br />
<br />
2) Pengalaman petani yang bersangkutan dalam melakukan usaha-usaha budidaya, pengolahan hasil dengan teknologi baru.<br />
<br />
3) Kegiatan kelompok dan cara-cara menggerakan petani untuk kegiatan penerapan teknologi baru.<br />
<br />
4) Masalah-masalah yang dihadapi petani.<br />
<br />
5) Pandangan-pandangan petani pada umumnya mengenai penerapan teknologi baru didaerah yang bersangkutan.<br />
<br />
Tahap pelaksanaan<br />
<br />
1) Teknik penerapan teknologi baru.<br />
<br />
2) Pemilihan dan kegiatan usaha yang cocok untuk daerah yanng bersangkutan.<br />
<br />
Tahap evaluasi<br />
<br />
1) Hambatan-hambatan/sebab-sebab kegagalan<br />
<br />
2) Pemasaran hasil.<br />
<br />
3) Pengelolaan usaha<br />
<br />
4) Keuntungan-keuntungan yang sudah dirasakan masyarakat.<br />
<br />
6. Catat hasil kunjungan, masalah-masalah yang sudah dibicarakan dan yang belum terpecahkan, dan pesan-pesan petani dalam bentuk risalah.<br />
<br />
4.5.4 Keunggulan<br />
<br />
1. Masalah-masalah yang tumbuh dapat dipecahkan secara langsung.<br />
2. Hubungan persahabatan, kekeluargaan dan kepercayaan dapat dibina dengan baik.<br />
3. Mempercepat proses adopsi.<br />
<br />
4.5.5 Kelemahan<br />
<br />
1. Metode ini relatif mahal dan memakan banyak waktu dan tenaga.<br />
2. Jumlah petani yang dapat dikunjungi terbatas.<br />
<br />
4.6 Kursus Tani<br />
<br />
4.6.1 Pengertian<br />
<br />
Kursus tani adalah kursus atau proses belajar mengajar yang khusus diperuntukkan bagi petani dan keluagnya yanng diselenggarakan secara sistematis, teratur, dan dalam jangka waktu tertentu.<br />
<br />
4.6.2 Tujuan<br />
<br />
1. Meningkatkan pengetahuan dan kecakapan petani dalam memecahkan masalah-masalah yang dijumpai dalam usaha taninya.<br />
2. Meningkatkan pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan petani dalam menerapkan teknologi yang lebih menguntungkan.<br />
3. Meningkatkan pengetahuan dan kecakapan wanita tani dalam membantu memecahkan masalah-masalah usaha tani yanng dihadapi keluarganya.<br />
4. Menyiapkan pemuda-pemudi tani sebagai petani-petani yang dinamis dan terampil dimasa yang akan datang.<br />
5. Menumbuhkan calon-calon kontak tani-nelayan yang bersedia dan mampu menyebarluasklan teknologi pertanian yang lebih menguntungkan.<br />
6. Menggugah dan mengembangkan kesadaran swadaya keluarga tani.<br />
7. Menumbuh-kembangkan kepentingan keluarga tani.<br />
<br />
<br />
<br />
4.6.3 Teknis pelaksanaan<br />
<br />
1. Perencanaan<br />
<br />
1) Menetapkan kebutuhan belajar, yang dapat ditempuh melaui berbagai cara antara lain:<br />
<br />
- Wawancara dengan petani calon peserta kursus<br />
<br />
- Pengamatan laporan<br />
<br />
- Pengumpulan informasi dari pejabat daerah, dan tokoh masyarakat setempat.<br />
<br />
- Pertemuan/musyawarah khusus dengan petani calon peserta kursus.<br />
<br />
3) Merumuskan tujuan pengajaran.<br />
<br />
Meliputi empat aspek terdiri dari: sasaran didik, perilaku yang diubah, materi yang diajarkan dan lingkungan.<br />
<br />
4) Menyusun rencana kerja, meliputi :<br />
<br />
- Penetapan materi pelajaran<br />
<br />
- Penyussunan rencana pengajaran<br />
<br />
- Pemilihan metode pengajaran<br />
<br />
- Penetapan pengajaran<br />
<br />
- Penetapan peserta<br />
<br />
- Pemilihan tempat kursus<br />
<br />
- Penetapan jadwal/waktu<br />
<br />
- Penetapan kelengkapan yang diperlukan<br />
<br />
- Perumusan rencana evaluasi<br />
<br />
5) Konsultasi dengan pejabat pemerintah/instansi setempat.<br />
<br />
Konsultasi ini dimaksudkan untuk :<br />
<br />
- Mendapatkan saran-saran perbaikan rencana kerja<br />
<br />
- Mendapatkan partisipasi aktif dari pejabat-pejabat yang dihubungi.<br />
<br />
- Mendapatkan ijin penyelenggaraan kursus dari pejabat yang berwenang.<br />
<br />
<br />
<br />
2. Pelaksanaan<br />
<br />
1) Persiapan :<br />
<br />
Langkah-langkah persiapan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:<br />
<br />
- Mengundang calon peserta dengan undangan tertulis.<br />
<br />
- Mengundang/memberitahu pengajar yang telah ditetapkan<br />
<br />
- Mengatur tempat penyelenggaraan kursus.<br />
<br />
- Mempersiapkan sarana pengajaran yang diperlukan.<br />
<br />
2) Pemberian pelajaran :<br />
<br />
Proses belajar dalam kursus tani berpedoman pada lima prinsip belajar, yakni :<br />
<br />
- Belajar dengan mengerjakan<br />
<br />
- Belajar dengan memecahkan masalah<br />
<br />
- Partisipasi aktif dari peserta<br />
<br />
- Belajar dari pengalaman<br />
<br />
- Pengguanaan pendekatan multi media<br />
<br />
3) Melaksanakan evaluasi belajar<br />
<br />
Evaluasi dilaksanakan sesuai dengan rencana.<br />
<br />
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya, antara lain:<br />
<br />
- Isi evaluasi harus sesuai dengan rumusan tujuan belajar dan isi bahan pelajaran yang telah diberikan.<br />
<br />
- Evaluasi dikenakan sama dan merata terhadap semua peserta.<br />
<br />
- Hasil evaluasi diberitahukan kepada semua peserta secepat mungkin.<br />
<br />
4) Memberikan Surat Tanda Tamat Kursus Tani (STTKT) :<br />
Setiap peserta yang telah mengikuti kursus dengan baik, berhak mendapatkan Surat tanda Tamat Kursus Tani (STTKT), karena :<br />
<br />
- STTKT merupakan perangsang bagi setiap peserta untuk mengikuti kursus secara bersungguh-sungguh.<br />
<br />
- STTKT merupakan kebanggaan bagi para peserta yang telah mendapatkannya.<br />
<br />
- STTKT merupakan bukti bagi peserta untuk mendapatkan bimbingan lanjutan.<br />
<br />
3. Evaluasi Lapangan dan Bimbingan Lanjutan :<br />
<br />
1) Evaluasi Lapangan<br />
<br />
Evaluasi lapangan dilakukan untuk menilai efektivitas penerapan praktis darim kursus yang telah dilaksanakan. Cara evaluasi dapat melalui wawancara, pengamatan lapangan, dan mengisi daftar pertanyaan (kuesioner).<br />
<br />
2) Bimbingan lanjutan<br />
<br />
Bimbingan lanjutan dilakukan setelah para lulusan kursus kembali ke daerah masing-masinng, dan telah menerapkannya.<br />
<br />
(a) Manfaat bimbingan lanjutan :<br />
<br />
- Membantu para lulusan menerapkan secara tepat hasi belajar yang telah dicapai didalam praktek sesungguhnya.<br />
<br />
- Mengembangkan kepemimpinan para lulusan, agar dapat menyebarluaskan pengetahuan, kecakapan serta ketrampilan yang diperolehnya kepada petani-petani tetangganya.<br />
<br />
- Mendapatkan data tentang manfaat yang berkesinambungan antara penyuluh pertanian dengan para lulusan.<br />
<br />
- Menjalin hubungan akrab yang berkesinambungan antara penyuluh pertanian dengan para lulusan.<br />
<br />
(b) Cara bimbingan lanjutan :<br />
<br />
Bimbingan lanjutan dapat ditempuh melalui cara-cara :<br />
<br />
- Menyediakan bahan bacaan berupa buku, majalah, brosur, leaflet pertanian, kepada para lulusan secara teratur.<br />
<br />
- Mengujungi lulusan secarta teratur baik ke runah maupun ke tempat usaha taninya (anjang sana-anjang karya).<br />
<br />
- Mengadakan pertemuan sesama lulusan.<br />
<br />
- Menyelenggrakan perlombaan usaha tani serta memberikan hadiah dan penghargaan.<br />
<br />
4.6.4 Keunggulan<br />
<br />
1. Sangat efektif untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan secara mendalam dan sistematis.<br />
2. Mendorong tumbuhnya kepemimpinan petani, kontak tani.<br />
3. Mempercepat proses adopsi teknologi baru.<br />
4. Lulusan dapat dipakai sebagai kader untuk mendorong tumbuhnya kelompok tani.<br />
<br />
4.6.5 Kelemahan<br />
<br />
1. Metode ini relatif mahal serta memerlukan persiapan dan pelaksanaan yang cermat.<br />
2. Kurangnya sarana dan alat bantu pengajaran sering mengganggu tercapainya tujuan.<br />
3. Menjangkau relatif sedikit petani.<br />
<br />
4.7 Magang<br />
<br />
4.7.1 Pengertian<br />
<br />
Magang di bidang pertanian adalah suatu proses belajar mengajar antar petani, dimana seorang petani-nelayan belajar dari pengalaman kerjanya, pada suatu usaha tani-nelayan dalam keadaan sesungguhnya di lapangan denngan bimbingan petani nelayan yang berhasil menjalankan uasahanya. Sering dikenal dengan istilah “petani nelayan belajar dari petani nelayan”.<br />
<br />
4.7.2 Tujuan<br />
<br />
a. Meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap petani-nelayan<br />
<br />
b. Menumbuhkan kreativitas, sikap kritis, rasa percaya diri, dan kewiraswastaan petani-nelayan<br />
<br />
c. Menumbuhkan minat dan keyakinan petani-nelayan pemagang terhadap usaha tani-nelayan sebagai sumber mata pencaharian.<br />
<br />
d. Menumbuhkan dan mengembangkan hubungan sosial dan interaksi soasial dan interaksi positif antara sesama petani-nelayan.<br />
<br />
e. Meningkatkan ketrampilan, kecakapan dan rasa percaya diri petani-nelayan pengajar dalam mengajar petani nelayan lain.<br />
<br />
4.7.3 Persyaratan Pemagang<br />
<br />
1. Bersedia untuk mengajar<br />
2. Bersedia bekerja di lingkungan usaha petani pengajar, dan tinggal bersama keluarga petani pengajar, bila berasal dari daerah lain.<br />
3. Bersedia menanggung biaya selama magang.<br />
<br />
4.7.4 Prinsip-prinsip penyelenggraan<br />
<br />
Dalam penyelenggaraan magang bagi petani-nelayan para pembimbing dan pengajar perlu memperhatikan prinsip-prinsip belajar mengajar sebagai berikut :<br />
<br />
1. Pemagang mempunyai minat terhadap bidang yang akan dipelajari<br />
2. Pemagang menghayati tujuan belajar dan merasakan kegunaannya.<br />
3. Pemagang menmdapat kesempatan yang cukup untuk berlatih selama magang, terutama dalam memecahkan masalah yanng dihadapi<br />
4. Pemagang merasa senang dan puas terhadap lingkukngan belajar, pengajar, dan hasil belajarnya.<br />
5. Materi yang dipelajari harus merupakan peningkatan dan tambahan penngetahuan dan pengalaman bagi pemagang.<br />
<br />
4.7.5 Langkah-langkah pelaksanaan<br />
<br />
1. Persiapan<br />
<br />
1) Penyampaian iinformasi<br />
<br />
Para pembimbinng harus aktif menyebarluaskan informasi pada setiap kesempatan tentang adanya peluang bagi petani-nelayan untuk mengikuti magang.<br />
<br />
Informasi ini dapat disampaikan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut :<br />
<br />
- Pertemuan-pertemuan kelompok tani-nelayan<br />
<br />
- Temukarya dan temuwicara<br />
<br />
- Pekan daerah dan pekan nasional kontak tani-nelayan<br />
<br />
- Siaran pedesaan dan televisi<br />
<br />
- Hasil lapangan<br />
<br />
- Surat menyurat<br />
<br />
- Tulisan pada surat kabar dan majalah.<br />
<br />
2) Inventarisasi pemagang dan petani pengajar<br />
<br />
Pembimbang perlu memiliki daftar calon pemagang dan calon petani pengajar.<br />
<br />
Untuk ini pembimbing perlu melakukan kegiatan seabagai berikut:<br />
<br />
- Menghubungkan petugas penyuluh pertanian lain untuk mengetahui adanya petani-nelayan yang ingin belajar secara magang dan memasukannya ke dalam daftar calon pemagang.<br />
<br />
- Menghubungi secara langsung petani yang bersedia menjadi petani pengajar dan menyusun daftar calon petani pengajar untuk kemudian diseleksi sesuai dengan keperluan.<br />
<br />
2. Tata cara pelaksanaan :<br />
<br />
1) Waktu pelaksanaan<br />
<br />
- Magang diselenggarakan sewaktu kegiatan usaha tani yang akan dipelajari sedang berlangsung.<br />
<br />
- Lama belajar disesuaikan dengan keperluan para pemagang dan materi yang diajarkan.<br />
<br />
2) Jumlah pemagang yang belajar pada setiap petani pengajar disesuaikan dengan kemampuan petani pengajar dan mengakomodasikan pemagang.<br />
<br />
3. Materi yang diajarkan:<br />
<br />
Materi yang diajarkan selama magang mencakup semua pelaksanaan pengelolaan adan operasional usaha tani nelayan, yang berkaitan dengan fungsi seorang petani nelayan sebagai;<br />
<br />
1) Pemimpin perusahaan yang mengelola usaha tani nelayan dengan komoditi tanaman, ternak atau ikan.<br />
<br />
2) Tenaga pelaksana (pekerja), yang melaksanakan tugas operasional usaha tani nelayan, meliputi kegiatan pengadaan sarana/prasarana, kegiatan produksi, serta pengolahan, penyimpanan, pengepakan dan pemasaran hasil usaha tani nelayannya.<br />
<br />
3) Tenaga paembukuan, yang melaksanakan paencatatan, perhitungan dan analisa usaha tani nelayannya.<br />
<br />
4) Tenaga mekanik, yang menggunakan, merawat, mereparasi alat mesin yang digunakan dalam usaha tani nelayannya.<br />
<br />
5) Kepala rumah tangga dan anggota masyarakat, yang mempunyai interaksi sosial dengan anggota keluarga dan masyarakat dilingkungan keluarga dan usaha tani-nelayannya, yang dipengaruhi oleh berbagai peraturan/perundangan dan adat istiadat yang berlaku.<br />
<br />
4. Bimbingan lanjutan<br />
<br />
Bimbingan lanjutan dilaksanakan oleh para pembimbing, bila mungkin oleh petani pengajar dalan bentuk kegiatan, antara lain sebagai berikut:<br />
<br />
1) Memonitor perkembangan mantan pemagang setelah kembali ke tempat asal.<br />
<br />
2) Membina keakraban lebih lanjut antara mantan pemagang dan petani pengajar.<br />
<br />
3) Membina keakraban antar mantan pemagang dan pembimbing.<br />
<br />
4) Membimbing usaha tani mantan pemagang<br />
<br />
5) Memotivasi mantan pemagang untuk menjadi petani nelayan pengajar di daerah.<br />
<br />
4.8 Mimbar Sarasehan<br />
<br />
4.8.1 Pengertian<br />
<br />
Mimbar sasehan merupakan forum konsultasi antara kelompok andalan (KTNA) dengan pihak pemerintah yang diselenggarakan secara periodik dan berkesinambungan untuk membicarakan, memusyawarahkan dan mencapai kesepakatan mengenai hal-hal yang menyangkut masalah-masalah pelaksanaan program pemerintah dan kegiatan petani nelayan dalam rangka pembangunan pertanian.<br />
<br />
4.8.2. Tujuan<br />
<br />
1. Memahami keadaan dan masalah-masalah yang dihadapi dalam pembangunan pertanian di lapangan, baik oleh petani nelayan maupun oleh pejabat pemerintah.<br />
2. Mencapai kesepakatan bersama tentang pemecahan masalah-masalah beserta penyusunan rencana kegiatannya yang mencakup usaha tani nelayan dan kehidupan petani nelayan beserta keluarganya.<br />
3. Melaksanakan penerapan kegiatan dilapangan sesuai dengan kesepakatan bersama.<br />
4. Meningkatkan peranan dan peran serta petani nelayan sebagai subyek pembangunan<br />
5. Mewujudkan hubungan timbal balik yang serasi antara kontak tani- nelayan dan pemerintah dalam pelaksanaan dan pengawsan pembangunan pertanian untuk memperbaiki perencanaan masa yang akan datang.<br />
<br />
4.8.3 Pelaksanaan<br />
<br />
1. Tempat untuk sarasehan dapat disusun sesederhana mungkin agar dapat menimbulkan suasana akrab antara kedua belah pihak.<br />
2. Dalam setiap pelaksanaan sarasehan harus terdapat :<br />
<br />
1) Pimpinan sidang, yaitu salah seorang diantara kontak tani nelayan peserta mimbar sarsehan<br />
<br />
2) Pembicara yang menyammpaikan masalah yang akan dibahas (dapat satu atau lebih)<br />
<br />
3) Sekretaris sidang, yaitu panitera tetap yang bertugas merumuskan kesepakatan bersama dengan pimpinan sidang dan beberpa peserta lain yang dianggap perlu, serta menyusun laporan mimbar sarsehan<br />
<br />
3. Penentuan pokok bahasan<br />
<br />
Pokok bahasan dalam suatu mimbar sarasehan menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan pertanian, antara lain :<br />
<br />
1) Peningkatan produktivitas usahatani-nelayan<br />
<br />
2) Perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan keluarga tani-nelayan<br />
<br />
3) Peningakatan kesejahteraan keluarga tani-nelayan<br />
<br />
4) Pelstarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup<br />
<br />
5) Peningkatan serta pemerataan rasa ketenangan dan kegairahan berusaha tani dan kemakmuran masyarakat pedesaan<br />
<br />
6) Peningkatan peranan dan peran serta isteri dan anak petani-nelayan<br />
<br />
Topik/pokok bahasan ditetapkan melalui kesepakatan para peserta mimbar sarasehan.<br />
<br />
d. Penyebarluasan hasil kesepakatan<br />
<br />
Kesepakatan mimbar sarasehan yang telah disahkan oleh peserta mimbar sarasehan yaitu ketua kelompok andalan tingkat yang bersangkutan (berlaku sebagai wakil kontaktani-nelayan) dan panitera tetap sebagai wakil pihak pemerintah, disebarluaskan kepada :<br />
<br />
1) Seluruh kontaktani-nelayan peserta mimbar sarasehan,<br />
<br />
2) Seluruh instansi/dinas/organisasi profesi peserta mimbar sarasehan.<br />
<br />
Hasil kesepakatan tersebut perlu dilampiri dengan daftar peserta mimbar sasehan.<br />
<br />
e. Tindak lanjut kesepakatan<br />
<br />
Kesepakatan yang telah diputuskan suatau mimbar sarasehan perlu diikuti dengan tindak lanjut sebagai berikut:<br />
<br />
1) Oleh kontak tani-nelayan andalan, dalam bentuk kegiatan:<br />
<br />
- Mengkomunikasikan hasil kesepakatan tersebut kepada kontak tani-nelayan dan petani-nelayan umumnya di wilayah masing-masing<br />
<br />
- Membimbing dan menunjang pelaksanaan di lapangan<br />
<br />
- Menyampaikan informasi tentang pelaksanaan tersebut kepada panitera tetap.<br />
<br />
2) Oleh ahli andalan, dalam bentuk kegiatan :<br />
<br />
- Memberikan contoh pelaksanaan dilapangan sesuai dengan keahliannya<br />
<br />
- Membimbing dan menunjang pelaksanaan di lapangan sesuai dengan keahliannya<br />
<br />
3) Oleh pihak pemerintah peserta mimbar sarasehan, dalam bentuk :<br />
<br />
Mengkomunkasikan kesempatan kepada para pejabat/pelaksana –pelaksana di daerah yang bersangkutan;<br />
<br />
- Melayani dan menciptakan kemudahan-kemudahan agar kesepakatan tersebut dapat dilaksanakan<br />
<br />
- Meningktakan kegiatan penyuluhan pertanian.<br />
<br />
f. Evaluasi pelaksanaan kesepakatan<br />
<br />
Evaluasi pelaksanaan kesepakatan mimbar sarasehan dilakukan secara terbuka pada acara mimbar sarasehan berikutnya.<br />
<br />
4.9 Obrolan Sore<br />
<br />
4.9.1 Pengertian<br />
<br />
Obrolan sore adalah suatu proses percakapan antar petani nelayan ataupun antar wanita tani nelayan, yang dilakukan deangan santai dan akrab dengan acara pembicaraan diarahkan kepada masalah yang bermanfaat untuk pembangunan pertanian. Waktu yang dianggap paling santai adalah sore hari, ketika petani sudah tidak kerja.<br />
<br />
4.9.2 Tujuan<br />
<br />
Meningkatkan dan memperluas pengertian dan pengetahuan tentang pertanian ataupun sesuatu introduksi teknologi pertanian baru diantara para petani secara swadaya.<br />
<br />
4.9.3 Teknik pelaksanaan<br />
<br />
a. Para kontak tani dilatih untuk dapat melakukan obrolan sore dengan teknis yang baik dalam arti cara, pemilihan topik pembicaraan, pemilihan tempat, dan waktu yang tepat.<br />
<br />
b. Pembicaraan sifatnya santai, dan akrab dengan menjaga kewajarannya dan terarah.<br />
<br />
c. Pembicaraan melalui metode ini tidak perlu ada kesimpulan umum yang diambil oleh masing-masing peserta obrolan.<br />
<br />
<br />
<br />
4.9.4 Keunggulan<br />
<br />
a. Membuat perluasan anjuran teknologi pertanian oleh penyuluh pertanian terhadap petani.<br />
<br />
b. Memberikan kesempatan praktek kepada kontak tani dalam meluaskan informasi yang berguna bagi petani disekitarnya.<br />
<br />
4.10 Pameran<br />
<br />
4.10.1 Pengertian<br />
<br />
Pameran adalah usaha memperlihatlkan atau mempertunjukkan model, contoh, barang, peta, grafik, gambar, poster, benda hidup dan sebagainya secara sistematis pada suatu tempat tertentu. Suatu pameran melingkupi tiga tahap usaha komunikasi, yaitu menarik perhatian, menggugah hati dan membangkitkan keinginan, serta bila mungkin tahap meyakinkan diharapkan dapat juga tercapai.<br />
<br />
4.10.2 Tujuan<br />
<br />
a. Membiasakan orang-orang dengan norma-norma yang lebih baik.<br />
<br />
b. Mempengaruhi orang-orang untuk menerima cara-cara baru<br />
<br />
c. Menarik perhatian banyak orang<br />
<br />
d. Meningkatkan pengertian dan minat<br />
<br />
e. Menyadarkan para petani akan bahayanya kerusakan sumberdaya pertanian serta pencegahannya,<br />
<br />
f. Memperlihatkan cara-cara teknologi baru, sekaligus ditunjukkannya hasil-hasil yang telah dicapai<br />
<br />
g. Menumbuhkan pengertian dan apresiasi terhadap pembangunan pertanian<br />
<br />
4.10.3 Teknik Pelaksanaan<br />
<br />
a. Sebaiknya diselenggrakan bersamaan dengan peristiwa-peristiwa khusus, misalnya 17 Agustus, Hari Krida Pertanian, dan lain-lain.<br />
<br />
b. Mempunyai tema dan pusat perhatian (fokus).<br />
<br />
c. Dalam skala kecil, harus menyajikan saecara lengkap hal-hal yang tercakup dalam suatu kegiatan<br />
<br />
d. Materi/barang yang disajikan harus jelas, sederhana, dan mudah dipahami<br />
<br />
e. Harus ada susunan yang sistematis dan berkelanjutan.<br />
<br />
f. Pergunakan jumlah obyek secukupnya, tidak berlebihan<br />
<br />
g. Tata ruang diatur sedemikian rupa sehingga menarik perhatian pengunjung.<br />
<br />
h. Gunakan dekorasi dari bahan-bahan yang erat hubungan dengan bahan yang dipamerkan. Disusun dalam urutan dan kombinasi warna yang serasi.<br />
<br />
i. Obyek-obyek yang menarik perhatian atau akan ditonjolkan diitaruh ditempat yang strategis serta diberi ruang cukup untuk pengunjung yang berhenti dan memperhatikan<br />
<br />
j. Para penjaga pameran harus dibekali dengan informasi yang cukup mengenai obyek yang dipamerkan dan harus bersunguh-sungguh serta tepat dalam memberi jawaban<br />
<br />
k. Dianjurkan untuk menyelenggarakan juga sayembara/perlombaan.<br />
<br />
l. Buat penilaian efektifitas pameran dengan jalan menganalisa jumlah pengunjung, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan serta saran-saran yang terdapat dalam buku saran.<br />
<br />
4.10.4 Keunggulan<br />
<br />
a. Dapat menjangkau sasaran yang buta huruf<br />
<br />
b. Mempunyai efek publisitas<br />
<br />
c. Menarik perhatian macam-macam golongan masyarakat<br />
<br />
4.10.5 Kelemahan<br />
<br />
a. Memerlukan banyak persiapan dan biaya<br />
<br />
b. Tidak dapat dilaksanakan pada tempat-tempat yang sama terus menerus tanpa perubahan.<br />
<br />
c. Tidak dapat digunakan untuk segala macam topik atau segala macam tahap kegiatan<br />
<br />
d. Memerlukan tenaga-tenaga penerang (penjaga) yang benar-benar menguasai masalah<br />
<br />
4.11 Pemberian penghargaan<br />
<br />
4.11.1 Pengertian<br />
<br />
Pemberian penghargaan adalah kegiatan sebagai tanda ucapan terima kasih/penghargaan kepada petani-nelayan atas jasa-jasa /prestasinya khususnya dalam bidang pertanian dalam kurun waktu tertentu.<br />
<br />
4.11.2 Tujuan<br />
<br />
Meningkatkan gairah kerja dan prestasi dalam pembangunan di bidang pertanian.<br />
<br />
4.11.3 Teknik Pelaksanaan<br />
<br />
a. Menyiapkan puncak acara kegiatan<br />
<br />
b. Menghubungi pejabat/aparat pemberi penghargaan<br />
<br />
c. Pemberian penghargaan pada peserta yang berprestasi<br />
<br />
4.11.4 Keunggulan<br />
<br />
a. Merangsang peserta untuk meningkatkan prestasi dalam kegiatan tertentu<br />
<br />
b. Menngefektifkan kegiatan<br />
<br />
c. Memberikan pengaruh yang luas dan melibatkan lembaga/badan lain.<br />
<br />
4.11.5 Kelemahan<br />
<br />
a. Membutuhkan biaya tambahan pelaksanaan<br />
<br />
b. Hanya melibatkan beberapa orang peserta<br />
<br />
4.12 Pemutaran Film<br />
<br />
4.12.1 Pengertian<br />
<br />
Pemutaran film adalah metode penyuluhan dengan menggunakan alat film yang bersifat visual dan massal, serta menggabbarkan proses sesuatu kegiatan.<br />
<br />
4.12.2 Tujuan<br />
<br />
a. Menumbuhkan dan mengembangkan perhatian dan minat petani-nelayan<br />
<br />
b. Memperlihatkan atau menggambarkan sesuatu kejadian di tempat lain secara wajar.<br />
<br />
4.12.3 Teknik Pelaksanaan<br />
<br />
a. Tentukan atau pilih film yang cocok dengan kebutuhan<br />
<br />
b. Hubungi pemerintah setempat untuk mempersiapkan tempat dan undangan<br />
<br />
c. Usahalkan agar pemutaran film dilaksanakan pada waktu dan tempat yang strategis, mudah dijangkau serta dapat menampung massa yang banyak.<br />
<br />
d. Persiapkan perlengkapan film, antara lain sound system, proyektor, layar, generator, dan sebagainya, dan pastikan dalam kondisi dapat digunakan.<br />
<br />
e. Sebelum pemutaran film dilaksanakan terlebih dahulu berikan penjelasan tentang maksud dan tujuan film yang akan diputar.<br />
<br />
f. Selingi dengan film hiburan yang bermanfaat untuk menggugah minat, misalnya film tentang transmigrasi, perbaikan lingkungan hidup dan sebagainya.<br />
<br />
4.12.4 Keungulan<br />
<br />
a. Metode pemutaran film akan lebih menarik dan berkesan bagi petani dan nelayan<br />
<br />
b. Dengan metode ini petani nelayan menerima pengetahuan sekaligus hiburan<br />
<br />
c. Jumlah petani-nelayan yang disuluh akan lebih banyak<br />
<br />
d. Dalam kurun waktu yang relatif singkat dapat memberikan gambaran kepada petani-nelayan tentang suatu rangkaian kegiatan yang lebih luas.<br />
<br />
4.12.5 Kelemahan<br />
<br />
a. Tidak terdapat komunikasi dua arah.<br />
<br />
b. Metode ini tidak dapat memberikan efek yang lebih lama (cepat hilang dari ingatan).<br />
<br />
c. Sangat tergantung pada keadaan cuaca apabila dilakukan dilapangan terbuka.<br />
<br />
4.13 Penempelan Poster<br />
<br />
4.13.1 Pengertian<br />
<br />
Penempelan poster adalah metode penyuluhan yang menggunakan gambar dan sedikit kata-kata yang dicetak pada sehelai kertas/bahan lain yang berukuran tidak kurang dari 45 cm x 60 cm, dan ditempelkan pada tempat-tempat yang sering dilalui orang atau yang sering digunakan sebagai tempat orang berkumpul di luar suatu ruangan.<br />
<br />
4.13.2 Tujuan<br />
<br />
a. Melengkapi dan memperkuat metode penyuluhan yang lain<br />
<br />
b. Sebagai pemberitahuan dilancarkannya suatu kampanye penyuluhan pertanian.<br />
<br />
4.13.3 Teknis Pelaksanaan<br />
<br />
a. Dalam pembuatan poster pertimbangkan hal-hal berikut antara lain: gambar sederhana namun jelas, menarik dan hidup (harus dapat berbicara atau memberi keterangan sendiri), mudah dimengerti, mempunyai komposisi warna yang menarik.<br />
<br />
b. Hubungi pihak yang berwenang memberikan ijin penempelan poster pada wilayah yanng bersangkutan<br />
<br />
c. Tempelkan poster pada tempat-tempat yang mudah dilihat orang, dengan memperlihatkan jarak pandang dan ukuran poster.<br />
<br />
4.13.4 Keunggulan<br />
<br />
Mendorong orang untuk menyokong, mengingat dan menyadari, sehinga akan berbuat mengikuti ide dalam poster tersebut<br />
<br />
4.13.5 Kelamahan<br />
<br />
a. Kurang lengkap memberikan keterangan<br />
<br />
b. Bila dibuat dari kertas akan mudah rusak, sedangkan bila dibuat dari bahan tahan lama biayanya mahal.<br />
<br />
4.14 Penyebaran Brosur, Folder, Leaflet dan Majalah<br />
<br />
4.14.1 Pengertian<br />
<br />
Penyebaran brosur, folder, leaflet dan majalah adalah metode penyuluhan yang menggunakan brosur, folder, leaflet dan majalah yang dibagikan kepada kepada masyarakat pada saat-saat tertentu, antara lain pada saat pameran, kursus tani, temu wicaera, temu karya, temu tugas, temu usaha, temu lapang dan lain-lain, atau berlangganan (khusus untuk majalah).<br />
<br />
4.14.2 Tujuan<br />
<br />
a. Mempublikasikan atau menyebar luaskan informasi pertanian<br />
<br />
b. Memperjelas informasi pertanian kepada petani-nelayan<br />
<br />
4.14.1 Teknik Pelaksanaan<br />
<br />
a. Brosur, folder, leaflet dan majalah henmdaknya ditulis secara populer; artinya kalimat mudah dimengerti dan disusun secara ringkas tapi jelas, menarik dan tidak menggunakan istilah-istilah ilmiah atau teknis yang sulit, disertai gambar dan foto serta berisikan fakta-fakta yang mutakhir dengan kekhususan-kekhususan sebagai berikut:<br />
<br />
1) Brosur: mempunyai 8 sampai 10 halaman yang dijilid, sampul dengan gambar atau foto, isinya ada kata pengantar, pendahuluan, bab, anak bab, dan penutup.<br />
<br />
2) Folder: selembar kertas yang dilipat menjadi dua atau lebih, akan lebih baik apabila pada kulit mukanya berwarna, isinya langsung pada pokok materinya dan sistenatis.<br />
<br />
3) Leaflet: berupa lembaran kertas, berwarna (lebih manarik), isinya langsung mengemukakan pokok persoalan berupa anjuran, seruan, peringatan, dan pengumuman.<br />
<br />
4) Majalah: diterbitkan secara berkala untuk langganan, mempunyai banyak halaman, isinya banyak, judul tentang teknologi pertanian, ada ruang tanya jaewab, serta menampung tulisan dari pihak lain (bukan penerbit).<br />
<br />
b. Penyebarannnya dilaksanakan secara terpadu dengan metode-metode penyuluhan lainnya yang menyangkut jumlah, jenis materi, kegunaan, dan waktunya.<br />
<br />
c. Disampaikan dengan dibagikan pada tiap-tiap orang, dengan penjelasan satu persatu atau secara bersama-sama, dapat juga dilengkapi dengan contohnya.<br />
<br />
4.14.2 Keunggulan<br />
<br />
a. materi penyuluhan dapat diberikan secara lebih lengkap dan jelas serta lebih khusus pada materi tertentu<br />
<br />
b. melengkapi dan memperjelaas materi penyuluhan yang diberikan melalui metode penyuluhan yang lain<br />
<br />
c. memberikan kesempatan pihak lain untuk berpartisipasi (khusus untuk majalah).<br />
<br />
4.14.3 Kelemahan<br />
<br />
a. Kesulitan dalam menyusun kalimat yang sesuai dengan bahasa komunikasi petani<br />
<br />
b. Kontinuitasnya tidak dapat terjamin terutama faktor judul, materi, biaya dan keterpaduan dengan metode lainnya.<br />
<br />
4.15 Perlombaan/Unjuk Ketangkasan<br />
<br />
4.15.1 Pengertian<br />
<br />
Perlombaan adalah suatau kegiatan dengan aturan tertentu untuk menumbuhkan persaingan yang sehat antar petani-nelayan untuk mencapai prestasi yang diinginkan secara maksimal.<br />
<br />
4.15.2 Tujuan<br />
<br />
a. Menarik perhatian petani-nelayan terhadap suatu hal dalam usaha tani<br />
<br />
b. Meningkatkan prestasi petani-nelayan dalam beruasaha tani yang lebih baik dan lebih menguntungkan<br />
<br />
c. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan peran serta petani-nelayan dan kerjasama diantara mereka<br />
<br />
4.15.3 Jenis Perlombaan<br />
<br />
a. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai :<br />
<br />
1) Perlomabaan cara<br />
<br />
2) Perlombaan hasil<br />
<br />
3) Perlombaan cara dan hasil<br />
<br />
b. Berdasarkan keluarga tani-nelayan<br />
<br />
1) Perlombaan untuk Tani-Nelayan Dewasa<br />
<br />
2) Perlombaan untuk Taruna Tani-Nelayan<br />
<br />
3) Perlombaan untuk Wanita Tani-Nelayan<br />
<br />
c. Berdasarkan jumlah peserta dan pendekatan penyuluhan<br />
<br />
1) Perlombaan perorangan<br />
<br />
2) Perlombaan kelompok<br />
<br />
3) Perlombaan massal<br />
<br />
4.15.4 Prinsip-prinsip perlombaan<br />
<br />
Agar suatu perlombaan dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:<br />
<br />
a. Ada peraturanperlombaan dan kriteria penilaian<br />
<br />
b. Ada tim penilai yang sesuai dengan keahliannya<br />
<br />
c. Ada pemberitahuan dan penjelasan mengenai peraturan perlombaan kepada semua peserta<br />
<br />
d. Harus diketahui orang banyak<br />
<br />
e. Usahakan agar semua peserta merasakan manfaat perlombaan<br />
<br />
f. Harus ada pengakuan dan penghargaan kepada mereka yang berprestasi.<br />
<br />
4.15.5 Langkah-langkah Penyelenggaraan Perlombaan<br />
<br />
a. Persiapan<br />
<br />
1) Menentukan jenis perlombaan yang sesuai dengan tujuan kegiatannya<br />
<br />
2) Menentukan calon-calon peserta, sesuai dengan persyaratan perlombaan<br />
<br />
3) Menetukan peraturan perlombaan yang disepakati oleh semua pihak<br />
<br />
4) Menetukan kriteria penilaian<br />
<br />
5) Menentukan petugas penilai yang memenuhi persyaratan<br />
<br />
6) Menentukan waktu, tempat dan biaya perlombaan<br />
<br />
7) Menentukan bentuk penghargaan<br />
<br />
b. Pelaksanaan<br />
<br />
1) Memberitahukan dan menjelaskan kepada semua peserta mengenai ketentuan-ketentuan perlombaan<br />
<br />
2) Pendaftaran peserta sesauai dengan persyaratan<br />
<br />
3) Membimbing dan mengawasi peserta perlombaan pada saat perlombaan sedang berjalan<br />
<br />
4) Melakukan penilaian<br />
<br />
5) Menetapkan pemenang<br />
<br />
6) Memberikan penghargaan kepada pemenang.<br />
<br />
4.15.6 Keunggulan<br />
<br />
Secara swadaya meningkatkan mental, perhatian ataupun ketrampilan tentang sesuatu yang dianggap penting oleh pemerintah<br />
<br />
4.15.7 Kelemahan<br />
<br />
Apabila perencanaannya kurang baik akan sangat mempengaruhi tercapainya tujuan perlombaan<br />
<br />
<br />
<br />
4.16 Pertemuan Diskusi<br />
<br />
4.16.1 Pengertian<br />
<br />
Peretemuan diskusi adalah suatau pertemuan yang jumlah pesertanya tidak lebih dari 20 orang dan biasanya diadakan untuk bertukar pikiran mengenai suatu kegiatan yang akan diselenggarakan, atau guna mengumpulkan saran-saran untuk memecahkan persoalan<br />
<br />
4.16.2 Tujuan<br />
<br />
Mengajak petani nelayan untuk membicarakan dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan penerapan teknologi baru, penyaluran sarana produksi, pemasaran hasil, pengorganisasian kegiatan kelompok tani-nelayan dan kelestarian sumberdaya alam.<br />
<br />
4.16.3 Teknik pelaksanaan<br />
<br />
a. Di dalam pertemuan perlu ditetapkan seorang pemimpin diskusi, seorang penulis dan seorang atau beberapa orang penasehat/konsultan<br />
<br />
b. Pertemuan dapat dipimpin oleh penyuluh atau oleh kontak tani, tergantung materi yang dibicarakan<br />
<br />
c. Semua peserta diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya<br />
<br />
d. Kesimpulan dan saran-saran sebaiknya segera dibuat pada akhir pertemuan<br />
<br />
4.16.4 Keunggulan<br />
<br />
a. Menumbuhkan kreativitas<br />
<br />
b. Menumbuhkan rasa ikut bertanggungjawab terhadap sesuatu kegiatan<br />
<br />
4.16.5 Kelemahan<br />
<br />
a. Kemungkinan sulit untuk mendapat orang-orang yang dapat berpartisipasi dengan baik dalam diskusi<br />
<br />
b. Keputusan yang diambil kemungkinan tidak memuaskan semua pihak yang ikut dalam pertemuan ini.<br />
<br />
4.17 Pertemuan umum<br />
<br />
4.17.1 Pengertian<br />
<br />
Pertemuan umum adalah suatu rapat atau pertemuan yang melibatkan instansi pemerintah terkait, tokoh masyarakat dan organisasi-organisasi yang ada di masyarakat. Pada pertemuan ini disampaikan beberapa informasi tertentu untuk dibahas bersama dan menjadikan kesepakatan yang dicapai sebagai pedoman pelaksanaannya.<br />
<br />
4.17.2 Tujuan<br />
<br />
a. Melayani kepentinngan orang bnayak secara efektif dan efisien<br />
<br />
b. Menyiapkan peserta untuk kegiatan tertentu<br />
<br />
c. Mengetahui tanggapan/reaksi orang mengenai kegiatan<br />
<br />
d. Membicarakan topik-topik untuk kegiatan penyuluhan pertanian diantaranya rencana pelaksanaan programa penyuluhan pertanian dan lain-lain.<br />
<br />
4.17.3 Teknik Pelaksanaan<br />
<br />
a. Persiapan<br />
<br />
1) Konsultasi dengan atasan menngenai maksud pertemuan umum<br />
<br />
2) Buat rencana pertemuan umum<br />
<br />
3) Konsultasi dengan pimpinan pemerintah setempat<br />
<br />
4) Hubungi para pembicara dan narasumber<br />
<br />
5) Umumkan dan sampaikan undangan<br />
<br />
b. Pelaksanaan<br />
<br />
1) Tempat pertemuan yang strategis dengan akomodasi yang sesuai dengan keperluan<br />
<br />
2) Waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan jadwal kegiatan petani nelayan<br />
<br />
3) Gunakan metode tanya jawab atau diskusi<br />
<br />
c. Pembuatan dan penyampaian laporan<br />
<br />
4.17.4 Keunggulan<br />
<br />
a. Mengetahui reaksi dan pendapat masyarakat terhadap sesuatu gagasan<br />
<br />
b. Mempercepat proses adopsi inovasi baru<br />
<br />
c. Pelaksanaan kegiatan menjadi lancar<br />
<br />
4.17.5 Kelemahan<br />
<br />
a. Pembahasan masalah tidak dapat mendalam<br />
<br />
b. Waktu untuk berdiskusi terbatas<br />
<br />
c. Bila peserta yang hadir sedikit, tidak tercapai sasaran.<br />
<br />
4.18 Rembug Paripurna<br />
<br />
4.18.1 Pengertian<br />
<br />
Rembug paripurna merupakan pertemuan/musyawarah kontak tani-nelayan andalan se-Indonesia yang dihadiri oleh utusan/wakil KTNA propinsi guna meninjau kembali dan atau memantapkan kepengurusan KTNA Nasional untuk periode kepengurusan berikutnya serta membahas masalah-masalah umum kegiatan KTNA Nasional.<br />
<br />
4.18.2 Tujuan<br />
<br />
Melakukan konsolidasi kepengurusan dan kegiatan KTNA Nasional dalam rangka penijauan kembali pemilihan dan atau pemantapan kepengurusan KTNA nasional untuk kepengurusan berikutnya.<br />
<br />
4.18.3 Teknik Pelaksanaan<br />
<br />
a. Musyawarah dipimpin oleh ketua periode lama dan atau dipilih berdasarkan kesepakatan peserta<br />
<br />
b. Menetapkan agenda musyawarah dan tata tertib berdasarkan atas kesepakatan peserta<br />
<br />
c. Merumuskan kesepakatan-kesepakatan hasil musyawarah<br />
<br />
d. Menyusun laporan tertulis hasil musyawarah<br />
<br />
4.18.4 Keunggulan<br />
<br />
a. Merupakan wadah pertukaran informasi sesama kontak tani-nelayan andalan se-Indonesia<br />
<br />
b. Memantapklan kepengurusan KTNA nasional untuk periode berikutnya<br />
<br />
4.18.5 Kelemahan<br />
<br />
a. Tidak dapat menyerap peserta lebih banyak<br />
<br />
b. Kurang efisien dalam pelaksanaan<br />
<br />
4.19 Rembug Utama<br />
<br />
4.19.1 Pengertian<br />
<br />
Rembug utama merupakan pertemuan kelompok kontak tani-nelayan andalan nasional dalam rangka menilai, memperbaiki, mengembangkan kontak tani-nelayan dalam kegiatan pembangunan pertanian<br />
<br />
<br />
<br />
4.19.2 Tujuan<br />
<br />
a. Mengevaluasi perkembangan pelaksanaan hasil pertemuan<br />
<br />
b. Memantapkan keterpaduan kelompok tani-nelayan dengan instansi lain serta dimantapkannya kelembagaan petani, peranan dan peran serta petani dalam pembangunan pertanian<br />
<br />
c. Menyusun program kerja KTNA Nasional;<br />
<br />
4.19.3 Teknik Pelaksanaan<br />
<br />
a. Rembug utama dipimpin oleh ketua terpilih<br />
<br />
b. Ketua terpilih diwakili oleh anggiota kelompok kontak tani-nelayan masing-masing propinsi, yang menyampaikan evaluasi pelaksanaan kegiatan periode tahun lalu<br />
<br />
c. Rembug utama menetapkan rencana kerja yang akan datang<br />
<br />
d. Rembug utama menetapkan kesepakatan nasional dan regional dengan utusan petani nelayan ASEAN<br />
<br />
e. Sekretaris rembug utama membuat laporan secara tertulis<br />
<br />
4.19.4 Keungulan<br />
<br />
Keterpaduan KTNA se-Indonesia dengan instansi terkait lainnya dapat terjalin<br />
<br />
4.19.5 Kelemahan<br />
<br />
a. Tidak dapat dipakai untuk topik yang lain<br />
<br />
b. Tidak dapat menyerap peserta yang lebih banyak<br />
<br />
<br />
<br />
4.20 Siaran pedesaan melalui radio dan televisi.<br />
<br />
4.20.1 Pengertian<br />
<br />
Siaran pedesaan melalui radio adalah siaran khusus yang ditujukan bagi para petani dan keluarganya dengan maksud menyebarkan secara cepat informasi-informasi dan pengetahuan baru dibidang pertanian seluas-luasnya. Dengan mengorganisasikan kelompok pendengar maka efektivitas penangkapan informasi ditingkatkan sehingga memungkinkan terjadinya adopsi. Metode siaran pedesaan tidak bisa berdiri sendiri. Ia hanya efektif sebagai penunjang metode-metode lain. Siaran pedesaan selain melalui radio juga dapat dilakukan melalui televisi.<br />
<br />
4.20.2 Tujuan<br />
<br />
a. Membangkitkan kesadaran dan perhatian<br />
<br />
b. Menumbuhkan minat dan keingintahuan<br />
<br />
c. Menyebarluaskan informasi secara tepat dan meluas.<br />
<br />
d. Menyabarluaskan pengertian teknologi baru dibidang pertanian<br />
<br />
e. Membangkitkan kesadaran dan perhatian akan pentingnya pemeliharaan kelestarian sumberdaya alam, teknologi baru, pemasaran hasil.<br />
<br />
f. Mendorong minat untuk meningkatkan produksi pertanian dalam hal kuantitas dan kualitas<br />
<br />
g. Membangkitkan apresiasi dan sikap positif terhadap kegiatan pembangunan pertanian.<br />
<br />
4.20.3 Teknik pelaksanaan<br />
<br />
a. Lakukanlah kerjasama dengan stasiun radio, atau televisi setempat<br />
<br />
b. Mintakan jam siaran yang sesuai dengan kebiasaan dan waktu senggang dari pendengar<br />
<br />
c. Waktu siaran tidak perlu panjang: 5 sampai 10 menit sudah cukup (seluruh acara siaran biasanya 30 menit)<br />
<br />
d. Tumbuhkan kelompok pendengar atau bina kelompok pendengar yang sudah ada, dalam bentuk:<br />
<br />
1) Mengaktifkan kegiatan pendengar secara teratur.<br />
<br />
2) Membimbing kegiatan diskusi<br />
<br />
3) Mendorong kegiatan berkorespondensi (berkirim surat) kepada penyelenggara<br />
<br />
4) Mendorong tumbuhnya kegiatan kelompok<br />
<br />
e. Kunjungi kelompok pendengar secara teratur dan berikan kepada mereka, bila ada, bahan-bahan bacaan yang menunjang isi acara siaran pedesaan<br />
<br />
f. Ajak penyelanggara siaran ke desa atau tempat kelompok pendengar untuk melakukan wawancara dengan mereka. Hasilnya disiarkan.<br />
<br />
g. Bahan-bahan yang akan disiarkan hendaknya memenuhi persyaratan:<br />
<br />
1) Mudah dimengerti<br />
<br />
2) Melingkupi satu masalah saja.<br />
<br />
3) Bahasanya sederhana<br />
<br />
4) Singkat tetapi lengkap<br />
<br />
5) Tidak menyiarkan terlalu banyak masalah ketrampilan melainkan lebih banyak pengetahuan umum<br />
<br />
6) Gunakan bahasa yang dapat atau mudah dimengerti<br />
<br />
7) Hangat (actual)<br />
<br />
8) Bersifat memecahkan masalah<br />
<br />
9) Terjamin kebenarannya<br />
<br />
4.20.4 Keunggulan<br />
<br />
a. Metode ini relatif murah<br />
<br />
b. Sangat cepat dan meluas dalam menyebarkan informasi<br />
<br />
c. Efektif untuk mendorong adopsi dalam tahap sadar dan minat<br />
<br />
4.20.5 Kelemahan<br />
<br />
a. Tidak langsung, tidak spesifik dan tidak dapat mengajarkan keterampilan<br />
<br />
b. Tidak semua petani memiliki radio atau televisi.<br />
<br />
c. Gangguan cuaca dan pesawat pemancar serta penerima sangat berpengaruh.<br />
<br />
4.21 Surat menyurat<br />
<br />
Surat menyurat kepada perorangan merupakan metode yang bermanfaat untuk :<br />
<br />
a. Menyampaikan dan memperoleh informasi<br />
<br />
b. Memperoleh dukungan kerjasama<br />
<br />
c. Memberikan penghargaan atas prestasi kerja dan ucapan terima kasih atas kerja sama yang diberikan<br />
<br />
d. Memberikan saran, misalnya tentang pelaksanaan demonstrasi hasil, dan<br />
<br />
e. Menghindarkan salah pengertian, karena daya ingat yang terbatas, dan bahasa lisan kadang-kadang sulit dipahami<br />
<br />
Surat menyuurat kepada perorangan ini sebaiknya pendek, menggunakan bahasa yang jelas, dan meningkatakan hubungan yang bersahabat dengan petani, walaupun petani penerima surat itu harus meminta bantuan orang lain untuk membacakan surat tersebut.<br />
<br />
4.22 Temu Akrab<br />
<br />
4.22.1 Pengertian<br />
<br />
Temu akrab adalah ramah tamah antara peserta suatu pertemuan dari seluruh Indonesia/satu proppinsi/satu kabupaten/satu kecamatan/satu desa dengan masyarakat setempat<br />
<br />
4.22.2 Tujuan<br />
<br />
Untuk saling mengenal secara pribadi antara peserta pertemuan dengan pemuka masyaratakat, pamong/aparat desa/kecamatan setempat.<br />
<br />
4.22.3 Teknik pelaksanaan<br />
<br />
a. Temu akrab dilakasanakan di lokasi pertemuan peserta pada tempat dan waktu yang ditetapkan (Lapangan Bali Desa dan balai pertemuan lainnya).<br />
<br />
b. Pertemuan diatur oleh Pemda/ Panitia lokal setempat bekerja sama dengan ketua kontingen masing-masing daerah.<br />
<br />
c. Untuk menyemarakan acara Temu Akrab dapat diadakan acara kesenian secara spontanitas.<br />
<br />
4.22.4 Keunggulan<br />
<br />
a. Dapat lebih mempererat hubungan sesama peserta pertemuan<br />
<br />
b. Pelaksanaan lebih santai<br />
<br />
c. Dapat menampung peserta lebih banyak<br />
<br />
4.23 Temu Karya<br />
<br />
4.23.1 Pengertian<br />
<br />
Temu karya adalah pertemuan antar petani-nelayan, untuk bertukar pikiran dan pengalaman serta belajar atau saling mengajarkan sesuatu keterampilan dan pengetahuan untuk diterapkan.<br />
<br />
4.23.2 Tujuan<br />
<br />
a. Membuka kesempatan tukar menukar pengalaman dan keterampilan<br />
<br />
b. Mempercepat penerapan teknologi baru<br />
<br />
c. Memperluas cakrawala berpikir<br />
<br />
d. Meningkatkan keakraban antar petani-nelayan<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
4.23.3 Teknik pelaksanaan<br />
<br />
a. Persiapan<br />
<br />
1) Konsultasi dengan berbagai pihak yang terkait<br />
<br />
2) Undangan disampaikan kepada peserta<br />
<br />
3) Mempersipakan tempat dan peralatan temu karya<br />
<br />
b. Pelaksanaan<br />
<br />
1) Pimpinan sidang, sebaiknya kontak tani-nelayan<br />
<br />
2) Pembicara/demonstrator, yaitu petani-nelayan<br />
<br />
3) Penulis ditetapkan oleh penyelenggra<br />
<br />
4) Materi dipersiapkan dan disampaikan sendiri oleh pembicara/ demonstrator<br />
<br />
5) Acara dilakukan di ruangan atau di lapangan<br />
<br />
4.23.4 Keunggulan<br />
<br />
Untuk menumbuhkan keyakinan, kepercayaan diri dan swadaya petani-nelayan dalam penerapan teknologi pertanian.<br />
<br />
4.24 Temu Lapang<br />
<br />
4.24.1 Pengertian<br />
<br />
Temu lapang adalah pertemuan antara para petani-nelayan dengan peneliti untuk saling tukar menukar informasi tentang teknologi yang dihasilkan oleh peneliti dan umpan balik dari petani-nelayan<br />
<br />
4.24.2 Tujuan<br />
<br />
a. Membuka kesempatan bagi petani nelayan untuk mendapatkan informasi teknologi hasil pertanian<br />
<br />
b. Membuka kesempatan bagi para peneliti untuk mendapatkan umpan balik dari hasil-hasil penelitiannya<br />
<br />
c. Menyalurkan teknologi dikalangan petani nelayan secara lebih cepat<br />
<br />
d. Menjalin hubungan akrab antara peneliti, penyuluh dan petani-nelayan.<br />
<br />
4.24.3 Teknik pelaksanaan<br />
<br />
a. Penyelenggara mengadakan kontak pendahuluan<br />
<br />
b. Penyuluh menyiapkan lahan dan petani-nelayan<br />
<br />
c. Undangan dipersiapkan oleh penyelenggara<br />
<br />
d. Moderator, sebaiknya oleh kontak tani yang ditetapkan oleh penyelenggara<br />
<br />
e. Pembicara, yaitu para peneliti yang ditunjuk dan ditetapkan sebelumnya.<br />
<br />
f. Narasumber, yaitu para peneliti lainnya yang sesuai/berhubungan erat dengan materi yang dibicarakan.<br />
<br />
g. Penulis ditetapkan oleh penyelenggara<br />
<br />
h. Materi dipersiapkan dan disampaikan sendiri oleh pembicara<br />
<br />
i. Acaranya dapat dilakukan di ruangan atau di lapangan<br />
<br />
4.24.4 Keunggulan<br />
<br />
a. Jumlah sasaran dapat lebih besar<br />
<br />
b. Mempercepat proses adopsi (sadar dan minat) secara murah dan cepat<br />
<br />
c. Menjajagi reaksi dan pendapat masyarakat terhadap sesuatu gagasan<br />
<br />
4.24.5 Kelemahan<br />
<br />
a. Tidak dapat digunakan untuk membahas masalah secara mendalam<br />
<br />
b. Waktu bertukar pikiran terbatas<br />
<br />
c. Bila peserta/pengunjung kurang, dapat merusak tujuan acara<br />
<br />
4.25 Temu Tugas<br />
<br />
4.25.1 Pengertian<br />
<br />
Temu tugas adalah pertemuan berkala antara pengemban fungsi penyuluhan, penelitian, pengaturan dan pelayanan dalam lingkup Departemen Pertanian.<br />
<br />
4.25.2 Tujuan<br />
<br />
Mencapai suatau kesatuan pandangan, sikap dan perilaku dalam melaksanakan suatu kegiatan pembangunan pertanian.<br />
<br />
4.25.3 Teknik Pelaksanaan<br />
<br />
a. Mempersiapkan topik acara dan isi kegiatan<br />
<br />
b. Konsultasi dengan kontak tani dan aparat setempat.<br />
<br />
c. Menyampaikan undnagan kepada para peserta sebelumnya topik yang akan dibahas<br />
<br />
d. Memberikan kesempatan kepada semua peserta untuk mengemukakan pendapatnya dan hindarkan dominasi beberapa orang saja<br />
<br />
e. Hindarkan perdebatan yang mengarah pertengkaran<br />
<br />
f. Membuat kesimpulan pembicaraan dan saran-saran yang disampaikan kepada para peserta pada saat penutupan<br />
<br />
4.25.4 Keunggulan<br />
<br />
a. Merupakan tempat tukar menukar informasi bagi pengemban tugas dan fungsi penyuluhan, serta peneliti dan sebagainya<br />
<br />
b. Dapat menampung gagasan baru untuk ditindak lanjuti<br />
<br />
c. Menumbuhkan rasa ikut bertangung jawab terhadap suatu gagasan<br />
<br />
4.25.5 Kelemahan<br />
<br />
a. Tidak dapat dipakai untuk membahas masalah secara mendalam<br />
<br />
b. Waktu tukar pikiran terbatas<br />
<br />
4.26 Temu Usaha<br />
<br />
4.26.1 Pengertian<br />
<br />
Temu usaha adalah pertemuan antara petani-nelayan dengan pengusaha di bidang pertanian<br />
<br />
4.26.2 Tujuan<br />
<br />
a. Menumbuhkan rangsangan ke arah usaha tani komersial, kerjasama usaha dan kewiraswastaan<br />
<br />
b. Membuka kesempatan bagi petani-nelayan untuk mempromosikan hasil usahanya<br />
<br />
c. Membuka kesempatan untuk menambah pengetahuan dibidang pemasaran serta di bidang teknologi produksi dan pengolahan hasil<br />
<br />
d. Mengadakan transaksi usaha yang menguntungkan kedua belah pihak<br />
<br />
4.26.3 Teknik pelksanaan<br />
<br />
a. Persiapan:<br />
<br />
1) Penyuluh pertanian yang diberi wewenang mengadakan kontak pendahuluan untuk membicarakan materi temu usaha<br />
<br />
2) Kirimkan undangan kepada calon peserta<br />
<br />
3) Lokasi dan peralatan dipersiapkan oleh penyelenggara sesuai dengan keperluannya<br />
<br />
<br />
<br />
b. Pelaksanaan :<br />
<br />
1) Pemimpin sidang, sebaiknya kontak tani nelayan<br />
<br />
2) Narasumber dan notullis ditetapkan oleh penyelenggara<br />
<br />
3) Buatlah kontrak kerja/kesempatan antara petani-nelayan dengan pengusaha secara tertulis.<br />
<br />
4.26.4 Keunggulan<br />
<br />
Menumbuhkan kegiatan usaha tani nelayan yanng berorientasi kepada pasar sehingga keuntungan yang diperoleh petani-nelayan meningkat.<br />
<br />
4.27 Temu Wicara<br />
<br />
4.27.1 Pengertian<br />
<br />
Temu wicara adalah adalah pertemuan antara petani-nelayan dengan pemerintah, untuk bertukar informasi mengenai kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan, khususnya pembangunan pertanian, serta mengenai keinginan gagasan, dan pelaksanaan pembangunan oleh petani-nelayan di lapangan<br />
<br />
4.27.2 Tujuan<br />
<br />
a. Meningkatkan pengetahuan dan pengertian petani nelayan tentang pembangunan pertanian pada khususnya serta pembangunan nasional<br />
<br />
b. Meningkatkan motoivasi petani nelayan untuk melaksanakan kegiatan pembangunan pertanian<br />
<br />
c. Meningktakan keakraban antara petani nelayan dengan pemerintah dan peserta lainnya<br />
<br />
d. Membuka saluran umpan balik dari masyarakat tani kepada pemerintah<br />
<br />
4.27.3 Teknik Pelaksanaan<br />
<br />
a. Pelaksanaan<br />
<br />
1) Konsultasi dengan pemerintah setempat dan berbagai pihak yang terkait untuk mempersiapkan segala sesuatunya<br />
<br />
2) Undangan dibuat oleh penyelenggara dan disampaikan langsung kepada peserta dan pejabat pemerintah yang terkait<br />
<br />
3) Tempat penyelenggaraan temuwicara hendaknya cukup luas dan nyaman. Peralatan (pengeras suara, alat peraga, kursi dll) yang diperlukan, disediakan sesuai dengan keperluan.<br />
<br />
b. Pelaksanaan<br />
<br />
1) Pimpinan sidang, dan notulis sebaiknya kontak tani-nelayan<br />
<br />
2) Susunan acara dibuat sesuai dengan keperluan<br />
<br />
3) Materi temu wicara, berupa uraian tentang kebijaksanaan pemerintah dan pelaksanaannya di daerah, serta gagasan dan masalah-masalah petani.<br />
<br />
4) Penyelenggara menyediakan panduan bagi peserta<br />
<br />
5) Pimpinan sidang bertindak sebagai pengatur waktu, acara tanya jawab, dan menyimpulkan hasil temuwicara<br />
<br />
4.27.4 Keunggulan<br />
<br />
Untuk menumbuhkan komunikasi tatap muka dan saluran umpan balik yang sehat, antara penentu kebijakan pembangunan pertanian dengan petani nelayan<br />
<br />
4.28 Widya Wisata<br />
<br />
4.28.1 Pengertian<br />
<br />
Widyawisata adalah suatu perjalanan bersama yang dilakukan oleh kelompok tani nelayan, untuk belajar dengan melihat suatu penerapan teknologi dalam keadaan yang sesungguhnya, atau melihat suatu akibat tidak diterapkannya teknologi di suatu tempat<br />
<br />
Metode widya wisata sering dikelirukan dengan metode karya wisata. Prinsip utama widyawisata adalah belajar dengan minat, sedangkan prinsip utama karya wisata adalah belajar dengan berbuat.<br />
<br />
4.28.2 Tujuan<br />
<br />
a. Meyakinkan peserta dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk melihat sendiri hasil penerapan suatu teknologi, demonstrasi suatu keterampilan, alat baru dan sebagainya<br />
<br />
b. Membantu peserta mengenal masalah, menumbuhkan minat dan perhatian, serta memotivasi untuk melakukan sesuatu hal<br />
<br />
4.28.3 Teknis Pelaksanaan<br />
<br />
a. Penentuan tempat yang akan dikunjungi seta apa yang akan dilihat dan dipelajari (antara lain demonstrator budidaya dan pengolahan hasil, daerah-daerah agrowisata, gambaran tentang tempat/obyek yang akan dikunjungi), perjalanan, biaya pelaksanaannya, susunan peserta dan pimpinannya serta menghubungi pejabat yang akan dikunjungi.<br />
<br />
b. Selalu mengupayakan kepentingan kelompok<br />
<br />
c. Di tiap tempat yang dikunjungi, beri kesempatan seluas-luasnya kepada peserta untuk melihat, mendengar dan bertukar pikiran<br />
<br />
d. Bantu mereka dalam membuat catatan-catatan yang diperlukan<br />
<br />
e. Atur agar acara kunjungan tidak terlalu padat dan membosankan<br />
<br />
f. Perhatikan dan usahakan agar ada rekreasi, kesenangan perjalanan dan kegembiraan kelompok<br />
<br />
g. Pilih kelompok yang serba sama (homogen untuk kunjungan yang bersifat khusus dan kelompok yang mewakili segala golongan untuk kunjungan yang bersifat umum<br />
<br />
h. Pada setiap kunjungan usahakan agar para peserta diberikan kesempatan juga untuk menguraikan hasil usaha mereka sendiri<br />
<br />
i. Segala biaya pelaksanaannya ditanggung oleh semua peserta, atau bantuan dari instansi<br />
<br />
4.28.4 Keunggulan<br />
<br />
a. Membina keakraban daiantara peserta dan antara peserta dengan petani nelayan/kelompok yang dikunjungi<br />
<br />
b. Menimbulkan pengertian yang lebih jelas<br />
<br />
c. Memperluas wawasan<br />
<br />
d. Memotivasi peserta untuk melakukan suatu kegiatan<br />
<br />
e. Menumbuhkan sikap kepemimpinan diantara pesertaAdministratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-69874244460225004482011-08-14T11:09:00.000-07:002011-08-14T11:09:22.231-07:00Manajemen Perubahan Menuju Perubahan OrganisasiDalam kehidupan sehari-hari kita mengenal berbagai jenis organisasi yang mempengaruhi semua tingkatan kehidupan manusia itu sendiri. Fakta menunjukan bahwa secara tak sadar manusia sejak ia lahir telah mendapat sebuah perlakuan keorganisasian hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa semua manusia terlahir dari sebuah organisasi kecil yang dinamakan keluarga itu sendiri. Menurut Mc Farland organisasi adalah suatu kelompok manusia yang dapat dikenal yang menyumbangkan usahanya terhadap tercapainya suatu tujuan. <a name='more'></a><br />
Organisasi merupakan elemen yang amat penting dalam kehidupan manusia modern dewasa ini. Organisasi membantu kita melaksanakan hal-hal atau kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan oleh manusia sebagai individu, maka diperlukan adanya kerja sama dan dukungan orang lain dalam mewujudkan tujuan manusia lewat sebuah wadah yang disebut organisasi itu. Organisasi dapat memenuhi aneka macam kebutuhan manusia misalnya kebutuhan akan ekonomi, spiritual, politik, psikologis, kultur dan lainnya yang kesemuanya hanya dapat dilakukan apabila ada wadah resmi dalam wujud struktur atau organisasi untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut.<br />
Organisasi sebagai suatu wadah yang menampung individu-individu untuk mewujudkan satu visi dan misi yang disepakati bersama. Organisasi senatiasa berjalan dengan tiga opsi, yaitu opsi maju, mundur, dan stagnan. Ketiga opsi tersebut secara teoritis tidak terlalu jelimet. Namun, praktiknya yang kerapkali menimbulkan sebuah usaha decode prediction di luar perkiraan. Secara kosmologis, seluruh komponen kehidupan senantiasa meyakini perubahan. Termasuk pada usaha, bisnis atau sebuah organisasi. Dalam berorganisasi, eksisitensi seperti roda yang kadang ada dibawah, dan kadang ada diatas. Otomatis, semakin besar suatu organisasi, semakin kompleks pula struktur dan sistem kerjanya dan semakin berpeluang menghasilkan produktifitas melalui prigresifitas yang mampuni. Namun, keberadaan sesuatu yang kompleks membutuhkan kinerja dan loyalitas yang tinggi pula. Semua organisasi harus berubah karena adanya tekanan di dalam lingkungan internal maupun eksternal. Walaupun perubahan yang terjadi lebih pada lingkungan, namun pada umumnya menuntut perubahan lebih pada organisasional, dan organisasi-organisasi bisa melakukan lebih banyak perubahan ataupun lebih sedikit. Organisasi-organisasi bisa merubah tujuan dan strategi-strategi, teknologi, desain pekerjaan, struktur, proses-proses, dan orang. Perubahan-perubahan pada orang senantiasa mendampingi perubahan-perubahan pada faktor-faktor yang lain.<br />
Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling sering dan menonjol adalah “penolakan atas perubahan itu sendiri”. Istilah yang sangat populer dalam manajemen adalah resistensi perubahan (resistance to change). Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif karena justru karena adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Penolakan atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam bentuk yang standar. Penolakan bisa jelas kelihatan (eksplisit) dan segera, misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya; atau bisa juga tersirat (implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi meningkat, dan lain sebagainya. <br />
Proses perubahan pada umumnya mencakup sikap dan perilaku saat ini yang unfreezing, perubahan-perubahannya dan akhirnya kepemilikan sikap dan perilaku yang baru yang refreezing. Sejumlah isu-isu kunci dan problem harus dihadapi selama dalam proses perubahan umum. Pertama adalah, diagnosis yang akurat mengenai situasi dan kondisi saat ini. Kedua adalah, penolakan yang ditimbulkan oleh adanya unfreezing dan perubahan. Terakhir adalah, isu pelaksanaan evaluasi yang memadai dari usaha perubahan yang sukses, di mana evaluasi-evaluasi semacam itu kebanyakan lemah atau bahkan tidak ada sama sekali.<br />
Masalah yang dirumuskan pada penulisan makalah ini adalah hanya membahas dan melihat manajemen mengelola sebuah organisasi yang sedang bergerak menuju sebuah perubahan. Karena kita ketahui bersama bahwa jaman semakin berubah dari waktu ke waktu maka organisasi juga harus berubah mengikuti perkembangan jaman tersebut, walau tidak jarang terdapat pula terdapat sebuah resistensi atau penolakan terhadap perubahan tersebut.<br />
Kajian terhadap perubahan organisasi dilakukan dengan melihat perubahan struktur pada organisasi perangkat daerah pemerintah kota Makassar yang bertambah nomenklaturnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007. Apakah perubahan ini membawa dampak yang baik terhadap organisasi atau tidak atau bahkan menimbulkan resistensi atau penolakan atas perubahan tersebut serta apa langkah-langkah, tahap-tahap dan pendekatan perubahan yang dapat dilakukan ketika organisasi mengalami perubahan akan dibahas selengkapnya pada isi dari makalah ini.<br />
1. Organisasi menurut Chester L. Barnard adalah sebagai sebuah sistem tentang aktivitas kerjasama dua orang atau lebih dari sesuatu yang tidak berwujud dan tidak pandang bulu, yang sebagian besar tentang persoalan silaturahmi. Menurut James D. Money organisasi adalah sebagai bentuk setiap perserikatan orang-orang untuk mencapai suatu tujuan bersama, dan menurut Hebert A. Simon organisasi adalah sebagai pola komunikasi yang lengkap dan hubungan-hubungan lain di dalam suatu kelompok orang-orang.<br />
2. Manajemen Perubahan adalah upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam organisasi. Perubahan dapat terjadi karena sebab-sebab yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut<br />
3. Perubahan organisasi atau pembaharuan organisasi (organizational change) didefinisikan sebagai pengadopsian ide-ide perilaku baru oleh sebuah organisasi. Perubahan organisasi dicirikan dengan berbagai usaha penyesuaian-penyusaian disain organisasi di waktu mendatang. Thomas dan Bennis mendefinisikan perubahan yang direncanakan sebagai perancangan dan implementasi inovasi struktural, kebijaksanaan atau tujuan baru, atau suatu perubahan dalam filsafat, iklim dan gaya pengoprasian secara sengaja.<br />
4. Pengembangan Organisasi yang dikemukakan oleh Pareek 1978 ” Suatu usaha yang direncanakan, yang dimulai oleh para ahli proses untuk membantu sebuah organisasi mengembangkan keterampilan diagnostiknya, kemampuan penguasaannya, strategi hubungannya dalam bentuk sistem-sistem sementara atau setengah tetap, dan persamaan budaya ”.<br />
5. Resistance to change adalah penolakan atas perubahan itu sendiri, biasanya terjadi apabila dalam organisasi ada dua kelompok yang berlawanan yakni yang menghendaki resistensi dan yang menolak resistensi ( Kurt Lewin ).<br />
Perubahan atau berubah secara etimologis dapat bermakna sebagai usaha atau perbuatan untuk membuat sesuatu berbeda dari sebelumnya. Dalam istilah perubahan organisasi, dikenal istilah senada yaitu change interventation; sebuah rancangan aksi atau tindakan untuk membuat inovasi merubah sesuatu menjadi berbeda. Dan change again; individu atau kelompok yang bertindak sebagai katalis atau suatu sekte yang bertanggung jawab untuk melakukan manajemen dan menentukan prosedur kerja kedepan. Perubahan organisasi akan mengarah kepada opsi mundur, apabila sistem perencanaan yang ada didalamnya baik satu ataupun banyak komponen yang menyusun mengalami disfungsi. Konsekuensinya akan tampak pada meredupnya kegiatan tanpa ada alasan yang jelas dan timbulnya kesenjangan di dalam organisasi.<br />
Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling sering dan menonjol adalah “penolakan atas perubahan itu sendiri”. Istilah yang sangat populer dalam manajemen adalah resistensi perubahan (resistance to change). Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif karena justru karena adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Richard Beckhard merincikan perubahan itu sebagai berikut : makin meluasnya pasar, unsur produk yang makin singkat saja, orientasi pasara yang makin meningkat, lebih banyak ditekannya fungsi-fungsi staf versus fungsi garis, hubungan keorganisasian yang berganda, otomatisasi pekerjaan yang makin meningkat (terutama diluar negeri).<br />
Penolakan atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam bentuk yang standar. Penolakan bisa jelas kelihatan (eksplisit) dan segera, misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya; atau bisa juga tersirat (implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi meningkat, dan lain sebagainya. <br />
Faktor-faktor yang memunculkan change resistance (menentang perubahan) terkait dengan penyerapan sistem informasi berbasis teknologi informasi yaitu: <br />
a. perasaan malu ( loss of face)<br />
b. kehilangan kendali (Loss of Control)<br />
c. efek yang berbeda (“difference” effect)<br />
d. bisakah saya melakukannya?( “ can I do it?’)<br />
e. more work ( lebih banyak bekerja)<br />
f. tantangan yang nyata (Real Threats)<br />
g. komitmen untuk berkompetisi (Competing Commitments)<br />
h. kerugian yang dihadapi<br />
i. menghadapi ketidakpastian yang berlebih<br />
j. segala sesuatu yang diluar dugaan (surprise)<br />
k. efek yang saling berkaitan<br />
l. kegagalan masa lalu (past resentment)<br />
Perubahan organisasi akan mengarah pada opsi maju apabila ada kesinambungan yang harmonis antara sistem dan pelaksananya. Suasana yang berlangsung pada sistem tersebut tertata dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur atau membuat inovasi yang koorperatif satu sama lain. Contohnya, apabila sebuah organisasi bisnis yang mengalami kenaikan saham pada suatu periode hal itu tidak lepas dari rancangan manajemen POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling) yang mapan. Apabila perencanaan sebuah organisasi mapan, namun kontrolingnya lemah, maka kenaikan saham akan terjadi kalau ada keberuntungan saja.<br />
Perubahan terdiri dari 3 tipe yang berbeda, dimana setiap tipe memerlukan strategi manajemen perubahan yang berbeda pula. Tiga macam perubahan tersebut adalah: <br />
(1) Perubahan Rutin, dimana telah direncanakan dan dibangun melalui proses organisasi; <br />
(2) Perubahan Peningkatan, yang mencakup keuntungan atau nilai yang telah dicapai organisasi; <br />
(3) Perubahan Inovatif, yang mencakup cara bagaimana organisasi memberikan pelayanannya. <br />
Tidak ada satupun pendekatan yang sesuai untuk Manajemen Perubahan. Metoda-metoda yang digunakan untuk komunikasi, kepemimpinan, dan koordinasi kegiatan harus disesuaikan dalam menemukan kebutuhan masing-masing situasi perubahan.<br />
Tujuan perubahan organisasi :<br />
1. Meningkatkan kemampuan organisasi<br />
2. Meningkatkan peranan organisasi<br />
3. Melakukan penyesuaian secara internal dan eksternal<br />
4. Meningkatkan daya tahan organisasi<br />
5. Mengendalikan suasana kerja <br />
Perubahan ini menyangkut kegiatan-kegiatan yang disengaja untuk mengubah status quo. Perubahan yang direncanakan bertujuan untuk menyiapkan seluruh organisasi atau sebagian besar untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan signifikan dalam sasaran dan arah organisasi.<br />
Demikian halnya pada Badan Pemberdayaan Perempuan naik tingkat menjadi Kantor Pemberdayaan perempuan. Kemudian, menyusul Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Keindahan berubah, dan dilebur menjadi Dinas Keindahan dan Pertamanan dan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHK). Sedangkan, Dinas Pendapatan Daerah, Bagian Keuangan dan Bagian Perlengkapan, yang sebelumnya santer diusulkan bergabung menjadi Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) batal dilakukan. <br />
Bukan hanya pada SKPD saja yang berubah, tapi pada Sekretariat daerah (Sekda) ada perubahan hingga penambahan fungsi, di Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra), Bagian Humas, serta Bagian Ekonomi dan Pembangunan. <br />
Perubahan atas struktur organisasi perangkat daerah ini tentunya akan menimbulkan beberapa perubahan baru dalam organisasi pemerintahan daerah ini, antara lain :<br />
a. Bertambahnya jumlah pejabat eselon dalam SKPD<br />
b. Bertambahnya jumlah staf <br />
c. Pekerjaan yang semakin mudah dikerjakan sesuai dengan tugas masing-masing SKPD baru<br />
d. Mengurangi rentang kendali pekerjaan<br />
Tentunya ini akan membuat organisasi semakin berkembang dan semakin mudah dalam melaksanakan apa yang menjadi tugas pokok dan fungsinya tersebut.<br />
Perubahan organisasi seperti contoh diatas tentu akan membuat setiap organisasi tidak selamanya akan menerima perubahan tersebut atau dengan kata lain akan hadir suatu resistansi terhadap perubahan tersebut. Resistensi biasanya terjadi pada tingkat individu dan juga tingkat organisasi. <br />
Organisasi pada hakekatnya memang konservatif, secara aktif mereka menolak perubahan. Misalnya saja, organisasi pendidikan yang mengenal-kan doktrin keterbukaan dalam menghadapi tantangan ternyata merupakan lembaga yang paling sulit berubah. Sistem pendidikan yang sekarang berjalan di sekolah-sekolah hampir dipastikan relatif sama dengan apa yang terjadi dua puluh lima tahun yang lalu, atau bahkan lebih. Begitu pula sebagian besar organisasi bisnis. Terdapat enam sumber penolakan atas perubahan antara lain :<br />
1. Inersia Struktural<br />
Artinya penolakan yang terstrukur. Organisasi, lengkap dengan tujuan, struktur, aturan main, uraian tugas, disiplin, dan lain sebagainya menghasil kan stabilitas. Jika perubahan dilakukan, maka besar kemungkinan stabilitas terganggu. <br />
2. Fokus Perubahan Berdampak Luas<br />
Perubahan dalam organisasi tidak mungkin terjadi hanya difokuskan pada satu bagian saja karena organisasi merupakan suatu sistem. Jika satu bagian diubah maka bagian lain pun terpengaruh olehnya. Jika manajemen mengubah proses kerja dengan teknologi baru tanpa mengubah struktur organisasinya, maka perubahan sulit berjalan lancar.<br />
3. Inersia Kelompok Kerja<br />
Walau ketika individu mau mengubah perilakunya, norma kelompok punya potensi untuk menghalanginya. Sebagai anggota serikat pekerja, walau sebagai pribadi kita setuju atas suatu perubahan, namun jika perubahan itu tidak sesuai dengan norma serikat kerja, maka dukungan individual menjadi lemah.<br />
4. Ancaman Terhadap Keakhlian <br />
Perubahan dalam pola organisasional bisa mengancam keakhlian kelompok kerja tertentu. Misalnya, penggunaan komputer untuk merancang suatu desain, mengancam kedudukan para juru gambar. <br />
5. Ancaman Terhadap Hubungan Kekuasaan Yang Telah Mapan<br />
Mengintroduksi sistem pengambilan keputusan partisipatif seringkali bisa dipandang sebagai ancaman kewenangan para penyelia dan manajer tingkat menengah.<br />
6. Ancaman Terhadap Alokasi Sumber Daya<br />
Kelompok-kelompok dalam organisasi yang mengendalikan sumber daya dengan jumlah relatif besar sering melihat perubahan organisasi sebagai ancaman bagi mereka. Apakah perubahan akan mengurangi anggaran atau pegawai kelompok kerjanya?.<br />
Mengapa harus ada resistensi ? pertanyaan ini layak dikemukakan apabila kita ingin mendapatkan sebuah jawaban atas perubahan organisasi tersebut seperti salah satu perubahan organisasi yang telah dikemukakan di atas. Setiap daerah mempunyai kondisi yang sangat berbeda dengan daerah lain, ada yang mempunyai sumber daya manusia yang baik akan tetapi tidak mempunyai sumber daya alam yang mencukupi pun demikian sebaliknya.<br />
Kondisi ini akan menyebabkan daerah akan melakukan resistensi atau penolakan atas inisiatif PP Nomor 41 Tahun 2007 tersebut, biasanya resistensi terjadi karena kurangnya keterbatasan daerah dalam mengakses sarana yang tersedia. Tentu akan timbul masalah yang negatif dan positif atas perubahan sebagaimana dimaksud di atas. Perampingan atau penambahan struktur organisasi perangkat daerah memungkinkan terjadinya efek positif bagi organisasi dan individu yakni penambahan jumlah personalia, budget, dan lainnya yang berarti kesempatan kerja akan semakin terbuka. <br />
Efek negatif adalah apakah perubahan ini akan menjadi solusi bagi daerah atau akan menjadi pekerjaan rumah baru bagi pemerintah untuk mencari jalan keluar terhadap timbulnya masalah lain yang datang, utang luar negeri bertambah misalnya. Hanya pemerintah yang dapat memberikan solusi jawaban atas kebijakan yang dibuat untuk pembangunan nasional tersebut.<br />
Perubahan ini menyangkut kegiatan-kegiatan yang disengaja untuk mengubah status quo. Thomas dan Bennis mendefinisikan perubahan yang direncanakan sebagai perancangan dan implementasi inovasi struktural, kebijaksanaan atau tujuan baru, atau suatu perubahan dalam filsafat, iklim dan gaya pengoprasian secara sengaja. Perubahan yang direncanakan bertujuan untuk menyiapkan seluruh organisasi atau sebagian besar untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan signifikan dalam sasaran dan arah organisasi.<br />
Ketika anda harus memanaj perubahan, pertama-tama perlu mengidentifikasi tipe dari perubahan tersebut sebagai berikut :<br />
a. Tipe Peningkatan Perubahan seperti penggunaan waktu secara moderat, ini akan memerlukan waktu untuk mencapainya, karena kebiasaan buruk dari staf. Untuk mencapai sukses akan memerlukan manajemen waktu untuk memonitor secara reguler.<br />
b. Tugas kedua adalah mengidentifikasi tujuan-tujuan perubahan. Kemudian merencanakan tujuan-tujuan tersebut secara jelas dan memberikan batasan antara waktu dengan perubahan mana yang dapat diterima. <br />
Perubahan organisasi atau pembaharuan organisasi (organizational change) didefinisikan sebagai pengadopsian ide-ide perilaku baru oleh sebuah organisasi. Organisasi dirancang untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan melalui pembaharuan dan pengembangan internal. Perubahan organisasi dicirikan dengan berbagai usaha penyesuaian-penyusaian disain organisasi di waktu mendatang. Pengelola perubahan secara efektif tidak hanya diperlukan bagi kelangsungan hidup organisasi, tetapi juga sebagai tantangan pengembangan. Dalam pengertian lain perubahan organisasi merupakan proses penyesuaian desain organisasi terhadap kondisi lingkungan yang dihadapi. Perubahan dapat bersifat reaktif dan proaktif.<br />
Perubahan reaktif adalah perubahan yang dilakukan sebagai reaksi terhadap tanda-tanda bahwa perubahan diperlukan melalui pelaksanaan modifikasi sedikit demi sedikit untuk menangani masalah tertentu yang timbul. Organisasi membuat perubahan structural kecil sebagai reaksi terhadap perubahan dalam lingkungan mikro dan makro.<br />
Perubahan proaktif adalah perubahan yang diarahkan melalui inovasi structural, kebijakan atau sasaran baru atau perubahan filosofi operasi yang dengan sengaja didesain dan diimplementasikan. Proses reaktif dilakukan melalui pelaksanaan bebagai investasi waktu dan sumber daya lainnya yang berarti untuk mengubah cara-cara operasi organisasi. Perubahan ini disebut juga sebagai perubahan yang direncanakan (planned change). Perubahan yang direncanakan adalah usaha sistematik untuk mendesain ulang suatu organisasi dengan cara yang akan membantunya melakukan adaptasi pada perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal dan internal.<br />
Kesulitan perubahan, adalah upaya lebih lanjut yang harus dimasukkan dalam perencanaan tujuan. Perencanaan tujuan mengklarifikasi kebutuhan akan situasi dan meningkatkan ketelitian respon. Ini akan memberikan fleksibilitas yang lebih, dalam manajemen perubahan. Kejelasan tujuan memberikan arahan dan petunjuk dalam mengambil keputusan mengenai apa yang harus dilakukan. Dengan membuat perencanaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang spesifik akan mengurangi pemborosan waktu dan upaya. <br />
<br />
<br />
Suatu perubahan terjadi melalui tahap-tahapnya. Pertama-tama adanya dorongan dari dalam (dorongan internal), kemudian ada dorongan dari luar (dorongan eksternal). Untuk manajemen perubahan perlu diketahui adanya tahapan perubahan. Tahap-tahap manajemen perubahan ada empat, yaitu:<br />
Tahap 1 :<br />
yang merupakan tahap identifikasi perubahan, diharapkan seseorang dapat mengenal perubahan apa yang akan dilakukan /terjadi. Dalam tahap ini seseorang atau kelompok dapat mengenal kebutuhan perubahan dan mengidentifikasi tipe perubahan.<br />
Tahap 2 :<br />
adalah tahap perencanaan perubahan. Pada tahap ini harus dianalisis mengenai diagnostik situasional tehnik, pemilihan strategi umum, dan pemilihan. Dalam proses ini perlu dipertimbangkan adanya factor pendukung sehingga perubahan dapat terjadi dengan baik. <br />
Tahap 3 :<br />
merupakan tahap implementasi perubahan dimana terjadi proses pencairan, perubahan dan pembekuan yang diharapkan. Apabila suatu perubahan sedang terjadi kemungkinan timbul masalah. Untuk itu perlu dilakukan monitoring perubahan.<br />
Tahap 4 :<br />
adalah tahap evaluasi dan umpan balik. Untuk melakukan evaluaasi diperlukan data, oleh karena itu dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dan evaluasi data tersebut. Hasil evaluasi ini dapat di umpan balik kepada tahap 1 sehingga memberi dampak pada perubahan yang diinginkan berikutnya.<br />
Suatu perubahan melibatkan perasaan, aksi, perilaku, sikap, nilai-nilai dari orang yang terlibat dan tipe gaya manajemen yang dibutuhkan. Jika perubahan melibatkan sebagian besar terhadap perilaku dan sikap mereka, maka akan lebih sulit untuk merubahnya dan membutuhkan waktu yang lama. <br />
Selain itu terdapat juga beberapa tahapan yang dapat menjawab tantangan perubahan sebuah organisasi sebagai berikut :<br />
Tahap 1 : Membangun Kebutuhan untuk Melakukan Perubahan.<br />
Sebuah proses perubahan tidak akan berhasil tanpa ditopang oleh sebuah kebutuhan yang jelas. Mengapa kita harus berubah; inilah pertanyaan yang perlu dikelola dalam fase ini<br />
Dalam tahapan ini kita perlu memberikan sejumlah alasan untuk bisa menumbuhkan kesadaran untuk berubah. Kita bisa mengungkapkan gap antara situasi saat ini dengan yang dikehendaki. Dan juga melakukan komunikasi untuk menyebarkan ekspektasi yang positif terhadap perubahan. <br />
Tahap 2 : Menciptakan Visi dan Tujuan Perubahan<br />
Setelah kita sadar bahwa perubahan merupakan kebutuhan yang perlu dilakukan, maka dalam fase berikutnya kita mesti membangun tujuan perubahan secara jelas. Visi dan tujuan perubahan akan memberikan arahan yang jelas bagi proses transformasi yang tengah dilakukan.<br />
Dalam hal ini, tujuan perubahan sebaiknya disusun secara artikulatif, jelas, mudah dicerna, dan mampu memotivasi karyawan untuk bersama mencapainya. Tujuan dan visi perubahan mesti diterjemahkan kedalam sasaran (goals) yang lebih rinci dan terukur (measurable). <br />
Tahap 3 : Mengelola Implementasi Proses Perubahan<br />
Tekad dan tujuan perubahan yang sudah dideklarasikan hanya akan sia-sia jika tidak didukung dengan impelemntasi yang jelas dan sistematis. Bahkan kadang dalam fase ini perusahaan banyak yang mengalami kegagalan.<br />
Serangkain tindakan yang bisa dilakukan untuk mendukung proses perubahan antara lain adalah:<br />
• Menciptakan sistem penghargaan yang mendukung proses perubahan merupakan sarana manajemen yang sangat kuat untuk meningkatkan buy-in dan komitmen karyawan<br />
• Membuat anggaran yang lebih mendukung proses perubahan menjadi bagian yang krusial dari proses implementasi<br />
• Membuat aturan dan prosedur pengoperasian yang lebih baru dan lebih sesuai dengan arah implementasi perubahan. Kebijakan dan aturan yang kondusif akan sangat membantu menciptakan iklim kerja dam kultur perusahaan yang mendukung proses perubahan.<br />
Tahap 4 : Memelihara Momentum Perubahan<br />
Fase ini perlu dilakukan agar proses perubahan yang telah dijalankan tetap berada on track, dan tidak mundur lagi ke belakang. Bebarapa tindakan konkrit yang dapat dilakukan disini antara lain adalah membangun support sistem bagi para change agent. Selain itu juga perlu dikembangkan kompetensi dan perilaku baru yang lebih sesuai dengan tujuan perubahan yang hendak diraih.<br />
<br />
<br />
1. Model Tiga Langkah Kurt Lewin <br />
Pendekatan klasik yang dikemukaan oleh Kurt Lewin mencakup tiga langkah. Pertama : UNFREEZING the status quo, lalu MOVEMENT to the new state, dan ketiga REFREEZING the new change to make it pemanent. <br />
Selama proses perubahan terjadi terdapat kekuatan-kekuatan yang mendukung dan yang menolak . Melalui strategi yang dikemukakan oleh Kurt Lewin, kekuatan pendukung akan semakin banyak dan kekuatan penolak akan semakin sedikit.<br />
Unfreezing : Upaya-upaya untuk mengatasi tekanan-tekanan dari kelompok penentang dan pendukung perubahan. Status quo dicairkan, biasanya kondisi yang sekarang berlangsung (status quo) diguncang sehingga orang merasa kurang nyaman.<br />
Movement : Secara bertahap (step by step) tapi pasti, perubahan dilakukan. Jumlah penentang perubahan berkurang dan jumlah pendukung bertambah. Untuk mencapainya, hasil-hasil perubahan harus segera dirasakan.<br />
Refreezing : Jika kondisi yang diinginkan telah tercapai, stabilkan melalui aturan-aturan baru, sistem kompensasi baru, dan cara pengelolaan organisasi yang baru lainnya. Jika berhasil maka jumlah penentang akan sangat berkurang, sedangkan jumlah pendudung makin bertambah.<br />
Ketika hambatan dapat dilalui, bukan berarti hambatan akan hilang secara keseluruhan. Yang bisa kita lakukan adalah mereduksi hambatan itu sendiri untuk merubah dan dapat dipahami dengan mempertimbangkan kompleksitas yang ada dalam merubah proses. <br />
Kurt Lewin dalam bukunya yang berjudul Field Theory in Social Science menyatakan bahwa merubah proses menuju sukses adalah merubah usaha untuk menangani tekanan dari ham batan individual dan konformasi kelompok yang dikenal dengan istilah unfreezing dan menstabilkan change intervention dengan menyeimbangkan manajemen dan mengelola kekuatan yang dikenal dengan istilah refreezing. <br />
Hal itu berarti bahwa unfreezing dilakukan untuk menanggulangi status quo, dan melakukan gerakan ke wilayah ide baru dan refreezing perubahan yang baru dan menjadikannya permanent.<br />
Dalam unfreezing, status quo dikenal dengan tiga metode alternatif, yaitu driving force (mendorong dan menguatkan daya secarsa langsung) dan restraining force (mendorong dan menguatkan daya secara tidak langsung).<br />
2. Action Research<br />
Action Research yaitu proses perubahan yang berlandaskan pengumpulan data secara sistematis dan pemiliahn suatu kegiatan perubahan (change action) yang didasarkan pada apa yang diindikasikan oleh data yang dianalisis (Warrick). Ada lima macam langkah yang ditawarkan sebagai berikut :<br />
a) Diagnosis<br />
b) Analisis ( Analysis )<br />
c) Umpan Balik ( Feed Back )<br />
d) Tindakan ( Action )<br />
e) Evaluasi ( Evaluation )<br />
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa action research sedikitnya memberikan dua macam keuntungan kepada sebuah organisasi. Pertama : ia bersifat terfokuskan pada problem yang dihadapi, kedua bahwa action research sangat intensif melibatkan para karyawan dalam proses yang berlangsung maka penolakan-penolakan terhadap perubahan akan berkurang.<br />
<br />
<br />
<br />
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa perubahan organisasi adalah upaya atau usaha merubah organisasi dari bentuk yang satu menjadi bentuk yang lain secara sistematis dan juga merupakan hal yang mesti terjadi di dalam sebuah organisasi. Maka, perlu manajemen pengelolaan perubahan organisasi yang yang berpedoman kepada perencaan dan aplikasi yang sistematis. Di samping itu juga perlu evaluasi yang berkelajutan, dan yang terpenting adalah bagaimana komponen-komponen yang ada di dalamnya dapat berinteraksi dengan harmonis. Peter Senge menuliskan bahwa "Kini dalam organisasi, kata perubahan dapat dipahami secara berbeda-beda bahkan secara bertentangan. Perubahan dapat berarti perubahan eksternal dalam bentuk perubahan teknologi, pelanggan, pesaing atau struktur pasar bahkan perubahan sosial dan politis. Perubahan juga dapat berarti perubahan dinamika internal seperti perubahan organisasi, praktek kerja, cara pandang, dan strategi dalam menjawab tantangan eksternal.<br />
Mengapa perubahan ditolak, Untuk keperluan analitis dapat dikategorikan sumber penolakan atas perubahan, yaitu penolakan yang dilakukan oleh individual dan yang dilakukan oleh kelompok atau organisasional.<br />
Resistensi Individual biasanya karena persoalan kepribadian, persepsi, dan kebutuhan, maka individu punya potensi sebagai sumber penolakan atas perubahan antara lain karena kebiasaan, rasa aman, faktor ekonomi, takut akan sesuatu yang tidak diketahui, dan persepsi.<br />
Sedangkan Resistensi Organisasional pada hakekatnya memang konservatif. Secara aktif mereka menolak perubahan. Misalnya saja, organisasi pendidikan yang mengenal-kan doktrin keterbukaan dalam menghadapi tantangan ternyata merupakan lembaga yang paling sulit berubah. Sistem pendidikan yang sekarang berjalan di sekolah-sekolah hampir dipastikan relatif sama dengan apa yang terjadi dua puluh lima tahun yang lalu, atau bahkan lebih. Begitu pula sebagian besar organisasi bisnis. Terdapat enam sumber penolakan atas perubahan pada tingkat organisasi antara lain : inersia struktural, fokus perubahan berdampak luas, inersia kelompok kerja, ancaman terhadap keakhlian, ancaman terhadap hubungan kekuasaan yang telah mapan, dan ancaman terhadap alokasi sumberdaya.<br />
Coch dan French Jr. mengusulkan ada enam taktik yang bisa dipakai untuk mengatasi resistensi perubahan yakni :<br />
1. Pendidikan dan Komunikasi. <br />
2. Partisipasi. <br />
3. Memberikan kemudahan dan dukungan. <br />
4. Negosiasi. <br />
5. Manipulasi dan Kooptasi. <br />
6. Paksaan. <br />
Hanya dengan memahami karakter organisasi maka sebuah organisasi dapat melakukan sebuah perubahan kedepan menuju sebuah organisasi yang efektif dan efisien.<br />
Beberapa saran yang perlu diperhatikan antara lain : <br />
<br />
a. Perlu adanya sosialisasi terhadap lapisan-lapisan masyarakat tentang cara melakukan perubahan organisasi yang efektif dan efisien<br />
b. Perlu adanya upaya oleh para organisatoris untuk melakukan aplikasi perubahan organisasi sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi<br />
c. Perlu pelatihan ketrampilan terhadap anggota organisasi secara berkala<br />
d. Sistem keorganisasian mesti di tata lebih baik perubahan yang terjadi dapat di ikuti oleh elemen organisasi tersebut.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
A. Buku-Buku :<br />
Handayaningrat, Soewarno Drs. 1984. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen. Gunung Agung. Jakarta. <br />
Rakhmat. 2009. Teori Administrasi dan Manajemen Publik. Pustaka Arif. Jakarta.<br />
Robbins, SP. 1989. Organizational Behavior. Prentince-Hall. USA.<br />
S U, Syamsi Ibu. 1994. Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen. Rineka Cipta. Jakarta.<br />
Winardi J. 2009. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta. <br />
B. Peraturan-Peraturan :<br />
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Struktur Organisasi Perangkat Daerah.<br />
C. Pustaka Elektronik :<br />
www.google.com<br />
<br />
Salam. <br />
<br />
Diposkan oleh E. Maturbongs di 11:21 <br />
<br />
Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-5433829253672402912011-08-07T20:53:00.000-07:002011-08-07T20:53:27.240-07:00PADI BERVITAMIN A SEGERA DI TANAM DI INDONESIA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-4UzJgyuEGIo/Tj9deJQ6VZI/AAAAAAAAAMo/PBHIEYHQ6hY/s1600/Clip_60_golden_rice.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-4UzJgyuEGIo/Tj9deJQ6VZI/AAAAAAAAAMo/PBHIEYHQ6hY/s1600/Clip_60_golden_rice.jpg" /></a></div> Masyarakat Indonesia akan diberikan pilihan baru dalam hal mengonsumsi beras. Nantinya, tidak hanya memenuhi unsur karbohidrat, varietas benih padi juga dapat disisipkan pro vitamin A.<a name='more'></a><br />
<br />
Masyarakat Indonesia akan diberikan pilihan baru dalam hal mengonsumsi beras. Nantinya, tidak hanya memenuhi unsur karbohidrat, varietas benih padi juga dapat disisipkan pro vitamin A. Paling tidak jenis tanaman biotek (rekayasa genetika) atau Genetically modified organism (Gmo)> itu sudah dapat dikomersialisasi pada 2014-2015 mendatang.<br />
<br />
Adapun varieties padi tanaman biotek itu bernama golden rice ditemukan oleh lembaga peneltian padi internasional (IRRI) di Los Banos, Philipina.<br />
<br />
Ketua Dewan International Service for the Acquisition of Agri-biotech Applications (ISAAA), Clive James, mengatakan, saat ini golden rice masih berupa gen. Tampilannya berwarna kuning jingga karena mengandung beta –karotena (pro vitamin A) atau dapat saja digabungkan dengan varietias tanaman padi yang ada di Tanah Air, misalnya Ciherang. Dengan begitu, tampilannya bisa tetap berwarna putih.<br />
<br />
"Varietas tanaman biotek itu dapat menjadi alternatif bagi pemerintah untuk meningkatkan produktifitas hasil tanam sekaligus memperbaiki kandungan nutrisi padi yakni menambah pro vitamin A. Tidak dikonsumsinya buah atau sayur mayur mengandung vitamin A yang hilang akan tergantikan," terangnya.<br />
<br />
Menurutnya, dalam kurun waktu 15 tahun setelah komersialisasi, akumulasi tanaman biotek melebihi 1 miliar hectare (ha) pada tahun lalu. Tidak hanya diadopsi oleh Amerika Serikat (AS), tanaman biotek juga ditanam 15,4 juta petani di 29 negara. Brazil, Paraguay, Afrika Selatan, Cina, Pakistan hingga Mynamar berhasil merevolusi sistem pertaniannya melalui adopsi tanaman biotek.<br />
<br />
Dalam praktiknya penerapan tanaman biotek dinegara-negara berkembang itu, sambung Clive, merupakan petani miskin sumberdaya rendah dan berskala kecil . Pengembangan gen golden rice mampu menekan populasi manusia yang kekurangan vitamin A. "Selanjutnya kita berharap, Bangladesh, Vietnam dan Indonesia juga mengikutinya," terangnya.<br />
<br />
Namun, Clive menambahkan, sebelum dipasarkan ke Indonesia, varietas padi hasil tanaman biotek itu tetap diteliti terlebih dahulu oleh Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetika. Kajian itu disadari untuk diteliti lebih komprehensif apakah memenuhi standar keamanan pangan yang berlaku yang ditetapkan pemerintah Indonesia.<br />
<br />
Meski begitu, Direktur Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology (SAMEO BIOTROP) Bambang Purwantara mengatakan, komersialisasi tanaman biotek di Tanah Air khususnya golden rice sangat bergantung pada aksebilitas semua pemangku kepentingan,baik pemerintah selaku regulator maupun dunia usaha. Karena itu, kesinambungan sosialisasi dan edukasi mengenai tanaman biotek menjadi fokus institusinya.Sumber Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-3FKpdXFBfwY/Tj9cqaY93KI/AAAAAAAAAMc/5VysNMhubmY/s1600/Clip_60_golden_rice.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-ni6j2B_rBt8/Tj9c340IgJI/AAAAAAAAAMk/aljRZBgroco/s1600/Clip_60_golden_rice.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div>Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-10278276559939320542011-07-18T22:45:00.000-07:002011-07-18T22:45:30.261-07:00PEDOMAN PENERAPAN PERTANIAN ORGANIK<!--[if !mso]> <style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves>false</w:TrackMoves> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="header"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="footer"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="page number"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Body Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Body Text Indent"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Body Text 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Body Text 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Body Text Indent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Body Text Indent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Block Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="No List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Balloon Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";}
table.MsoTableGrid
{mso-style-name:"Table Grid";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-unhide:no;
border:solid windowtext 1.0pt;
mso-border-alt:solid windowtext .5pt;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-border-insideh:.5pt solid windowtext;
mso-border-insidev:.5pt solid windowtext;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";}
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <o:shapedefaults v:ext="edit" spidmax="2050"/> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <o:shapelayout v:ext="edit"> <o:idmap v:ext="edit" data="1"/> </o:shapelayout></xml><![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<h3 style="line-height: 150%; margin-left: 27pt; text-indent: -27pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; font-size: 14pt; line-height: 150%;">I.<span> </span>PENDAHULUAN</span></h3><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -27pt;"><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">1.1<span> </span>Latar Belakang</span></b></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 3.7pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.1pt;">Pertanian merupakan suatu bidang kegiatan usaha yang tidak </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.1pt;">akan lepas dari kehidupan manusia dan alam, sebab secara hirarkhi di ekosistem </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;">beberapa komponen kehidupan membentuk mata rantai yang saling mempengaruhi. T</span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.1pt;">erputusnya salah satu mata rantai tersebut akan </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">mengakibatkan atau berpengaruh terhadap kelangsungan makhluk </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">hidup yang lain sehingga </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.1pt;">harus dilestarikan.<a name='more'></a> </span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">Manusia sebagai pengelola dan sekaligus sebagai pengguna (konsumen) produk pertanian merupakan komponen yang selalu </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.4pt;">aktif mengadakan eksploitasi lahan sawah dalam proses budida tanaman dengan input teknologi </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">penggunaan bahan kimia dan bahan an-organik lainya yang sulit dirombak</span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.1pt;">, misalnya untuk meningkatkan </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.05pt;">hasil suatu produk pertanian dalam proses budidaya tanaman menggunakan </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">pestisida untuk pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT), zat pengatur tumbuh </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">untuk merangsang pembelahan sel atau meningkatkan aktifitas auxin <span style="letter-spacing: 0.15pt;">sehingga pertumhuhan dapat optimal, penggunaan pupuk anorganik </span><span style="letter-spacing: -0.05pt;">yang mudah didapat dan mudah aplikasinya sebagai penyedia unsur </span>hara yang dibutuhkan tanaman.</span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Hasil yang diperoleh dari usahatani demikian apabila diperhatikan sekilas memang bagus, baik kuali<span style="letter-spacing: -0.2pt;">tas maupun kuantitasnya, tetapi jika kita kaji lebih mendalam, ternyata </span><span style="letter-spacing: 0.2pt;">dibalik keherhasilan tersebut terdapat suatu kerugian yang tidak kalah </span><span style="letter-spacing: 0.25pt;">besarnya, yaitu adanya pencemaran lingkungan dan produk pertanian, pemutusan mata rantai </span><span style="letter-spacing: -0.05pt;">kehidupan, penurunan tingkat kesuburan tanah serta sifat fisik tanah sebagai akibat perlakuan di atas. </span></span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.55pt;">Efek residu dari penggunaan pestisida antara lain dapat </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;">mencemari tanah disertai matinya beberapa organisme perombak </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.7pt;">tanah, mematikan serangga dan binatang lain yang mungkin </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.1pt;">sebenarnya binatang tersebut dapat bermanfaat bagi kita sehingga </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.15pt;">terputusnya rantai makanan bagi hewan pemakan serangga hama.<span> </span></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Efek negatif yang berkepanjangan pada suatu areal pertanian akan menurunkan produktifitas lahan itu sendiri. <span> </span>Dengan demikian <span style="letter-spacing: 0.4pt;">tujuan yang semula untuk memaksimalisasi produktivtas lahan pertanian</span><span style="letter-spacing: 0.1pt;"> justru terbalik, bahkan akan menjadikan bumerang bagi </span><span style="letter-spacing: -0.2pt;">kita.</span></span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span> <table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="6" width="25"><br />
</td> </tr>
<tr> <td><br />
</td> <td><img height="235" src="file:///C:/Users/Aji/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" width="384" /></td> </tr>
</tbody></table></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.2pt;"> </span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><br />
</div><br clear="ALL" /> <div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.15pt;">Hal lain </span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.05pt;">yang tidak kalah menariknya untuk kita renungkan adalah </span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">bahan aktif pestisida yang tertinggal pada tanaman yang akan di<span style="letter-spacing: 0.05pt;">konsurnsi dapat meracuni kita dan akan terakumulasi di dalam tubuh, maka tidak heran banyak gejala </span><span style="letter-spacing: 0.3pt;">penyakit yang salah satu penyebabnya adalah bahan kimia </span><span style="letter-spacing: 0.05pt;">tersebut, misainya kanker, radang, penyakit kulit dan lain-lain bahkan ada yang teracuni langsung, yaitu orang mengkonsumsi komponen </span><span style="letter-spacing: -0.05pt;">tanaman (buah, daun, bunga, umbi dan lain-lain) yang jelas-jelas masih </span>mengandung pestisida. <span style="letter-spacing: -0.2pt;"></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Aspek lain yang yang sering menjadi bahan eksploitasi adalah tanah, padahal tanah merupakan salah satu faktor dari 4 faktor utama yang mempengaruhi hasil tanaman, karena tanah selain berfungsi sebagai media tumbuh bagi tanaman juga berfungsi sebagai sistem kehidupan yang penting untuk berproduksi secara biologi, mengikat banyak air, udara dan nutrisi dalam menciptakan dan menjaga kesehatan tanaman. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Banyak hal yang menyebabkan terjadinya penurunan kulaitas tanah tersebut, antara lain: <span> </span>a) Penanaman monokultur secara terus menerus, b) Peningkatan IP 300 yang memungkinkan tanah tidak<span> </span>mengalami<span> </span>istirahat, c) Penggunaan pupuk buatan yang berlebihan tanpa diimbangi pupuk organik, sehingga tanah menjadi miskin bahan organik, <span> </span>d) Penggunaan pestisida yang berlebihan sehingga keseimbangan biota tanah terganggu.<span> </span>Agar fungsi-fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik, ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan, yaitu kesehatan tanah secara fisik, kimia maupun biologi.<span> </span>Secara umum kondisi tanah, baik dilihat dari faktor fisik, kimia maupun biologi setiap musim tanam kualitas tanah terus menurun dan keadaannya sudah mengkhawatirkan.<span> </span>Hal tersebut dapat dirasakan dan dibuktikan, antara lain tanah menjadi keras dan padat, bidang olah dangkal, aerasi di dalam tanah menurun, mikroorganisme dalam tanah berkurang, pecahnya permukaan tanah pada musim kemarau dan cepat terjadi run off atau banjir di musim hujan, sehingga provitas padi sawah makin lama makin turun dan terjadi <i>levelling off</i> atau peningkatan produksi yang menurun.</span></div><div class="MsoBodyText3" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Dari beberapa penyebab tadi apabila tidak dilakukan upaya secara sistematis dan berkelanjutan, bukan hal yang mustahil kondisi tanah di Jawa Barat akan menjadi lahan tandus.<span> </span>Sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki kesehatan tanah adalah meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga kandungan bahan organik tanah berada pada taraf 3% - 5%, karena bahan organik dapat berperan dalam meningkatkan kemampuan tanah menjerap air, m</span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; line-height: 150%;">eningkatkan kemampuan tanah menjerap nutrisi,</span><span style="line-height: 150%;"> m</span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; line-height: 150%;">emperbaiki aerasi tanah, sumber unsur hara tanaman yang lengkap, sumber energi dan media hidup mokroorganisme tanah, dan memperbaiki warna tanah</span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor <span style="letter-spacing: 0.6pt;">pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang </span><span style="letter-spacing: 0.15pt;">mempertahankan keseimbangan lingkungan dan keuntungan ekonomi. Salah satu teknologi </span><span style="letter-spacing: -0.05pt;">pertanian yang berwawasan lingkungan dan telah kita laksanakan adalah </span><b><span style="letter-spacing: 0.15pt;">Pertanian Organik, khususnya Pertanian padi Organik</span></b><span style="letter-spacing: 0.15pt;">.<span> </span></span><span style="letter-spacing: 0.2pt;">Pertanian Padi Organik merupakan suatu tekhnologi budidaya padi yang pada </span><span style="letter-spacing: 0.05pt;">penerapannya disesuaikan dengan keadaan lingkungan, agar tidak terjadi perubahan ekosistem secara drastis sehingga tidak menggangu dan memutuskan </span><span style="letter-spacing: -0.05pt;">mata rantai makhluk hidup.<span> </span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="Style3" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.55pt;">1.2<span> </span>Tujuan </span></b></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">Tujuan utama pertanian padi organik, antara lain :</span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -36pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;"><span>a)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">Menghasilkan pangan, khususnya beras yang <span> </span>berkualitas tinggi, bebas residu pestisida, residu pupuk kimia organik sistetik, dan bahan kimia lainnya untuk membantu meningkatkan kesehatan masyarakat</span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -36pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;"><span>b)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">Melindungi dan melestarikan keragaman hayati agar dapat berfungsi secara alami dalam mempertahankan interaksi di ekosistem pertanian sesuai sistem alami</span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -36pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;"><span>c)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">Memasyarakatkan kembali budidaya organik untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan guna menunjang sistem usahatani yang berkelanjutan</span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -36pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;"><span>d)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">Mengurangi ketergantungan petani terhadap masukan sarana produksi dari luar yang harganya mahal dan berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga petani dapat memperhitungkan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan pertanian organik dan pengolahannya</span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -36pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;"><span>e)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">Mendorong meningkatnya siklus biologi dalam sistem usahatani dengan melibatkan tanah, tanaman, ternak, flora dan fauna dalam ekosistem </span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -36pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;"><span>f)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">Mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang secara berkelanjutan</span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -36pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;"><span>g)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">Efisiensi penggunaan air</span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -36pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;"><span>h)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">Memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya alam secara lokalita untuk mendukung sistem pertanian organik</span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -36pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;"><span>i)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">Mengembangkan keseimbangan yang harmonis antara produksi pertanian dan peternakan</span></div><h4 style="line-height: normal;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"> </span></h4><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="Style3" style="line-height: normal; margin-left: 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;"><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; font-size: 14pt; letter-spacing: 0.55pt;">II.<span> </span>PENGERTIAN DAN <span> </span>BATASAN PERTANIAN PADI ORGANIK</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 21pt; text-align: justify; text-indent: -21pt;"><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>2.1<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span> </span>Pengertian Pertanian Padi Organik</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pertanian Padi Organik adalah kegiatan usahatani padi secara menyeluruh dari proses produksi sampai proses pengolahan hasil yang dikelola secara alami dan ramah lingkungan tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan rekayasa genetik sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergizi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 21pt; text-align: justify; text-indent: -21pt;"><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>2.2<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span> </span>Batasan Pertanian Padi Organik</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Sistem usahatani bisa dikatagorikan pertanian organik apabila :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Lokasi, lahan dan tempat penyimpanan harus terpisah secara fisik dengan batas alami dari pertanian non organik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Masa konversi lahan dari pertanian padi non organik menjadi pertanian padi organik diperlukan waktu minimal 12 bulan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Bahan tanaman ( Benih/bibit) bukan berasal dari hasil rekayasa genetika dan tidak diperlakukan dengan bahan kimia sintetik ataupun zat pengatur tumbuh.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Media tumbuh tidak menggunakan bahan kimia sintetik </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Perlindungan tanaman tidak menggunakan bahan kimia sintetik, tapi berupa pengaturan sistem tanam/pola tanam , pestisida nabati, agens hayati dan bahan alami lainnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>f.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pengelolaan produk harus terpisah dari produk non organik dan tidak menggunakan bahan yang mengandung additive. </span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="Style4" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="Style4" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="Style3" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; font-size: 14pt; letter-spacing: 0.55pt; line-height: 150%;">III.<span> </span>PROSPEK PERTANIAN PADI ORGANIK </span></b></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 25.2pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.25pt;">Prospek pertanian padi organik di masa mendatang mempunyai peluang usaha yang sangat baik </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.05pt;">dan cerah, karena secara faktual ketersediaan lahan cenderung menurun, kesadaran konsumen untuk menkonsumsi sumber makanan yang sehat dan bergizi semakin meningkat.<span> </span>Kesadaran k</span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.25pt;">onsumen bukan hanya memperhatikan porsi </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.2pt;">yang ideal serta makanan yang baik dan sehat saja akan tetapi turut </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.15pt;">memperhatikan dan peduli tentang suatu proses produksi dan damp</span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">ak-dampaknya.</span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">Hasil produksi dari pertanian organik ternyata lebih bermutu </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">dibanding dengan budidaya pertanian biasa. Beberapa kriteria yang <span style="letter-spacing: -0.1pt;">mempunyai nilai lebih antara lain rasa lebih enak, lebih awet disimpan, </span><span style="letter-spacing: -0.35pt;">warnanya lebih menarik dan pasti lebih sehat karena tidak mengandung residu </span><span style="letter-spacing: -0.05pt;">bahan-bahan kimia.</span></span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; margin-right: 3.6pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.4pt;">Produk pertanian yang </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">tidak </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.25pt;">mengandung residu bahan kimia berbahaya disukai konsumen saat ini </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.35pt;">dan masa mendatang, karena masyarakat yang telah memahami </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.7pt;">tentang kesehatan akan memilih dan </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.1pt;">mengkonsumsi makanan yang tidak merugikan kesehatannya.</span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 27pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.15pt;">Dalam proses penerapan budidaya pertanian padi organik memang agak sulit dibandingkan </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.05pt;">dengan budidaya biasa yang menggunakan bahan kimia (anorganik).<span> </span>Untuk itu orang yang akan mengembangkan pertanian padi organik harus </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.4pt;">mempunyai jiwa juang yang ulet serta mencintai lingkungan.<span> </span>Mempunyai kemauan untuk </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.1pt;">mengenal alam dimana prosess budidaya pertanian padi organic dilaksanakan, mengembangkan cara-cara bertani </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.75pt;">yang sesuai dengan keadaan alam setempat, mengenali dan </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">mengembangkan sumber-sumber daya yang ada di tempat itu.<span> </span></span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; margin-right: 3.6pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">Hal </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">yang tidak kalah pentingnya dalan penerapan pertanian padi organik adalah pemahaman tentang makhluk hidup dalam hubungannya dengan lingkungan, sehingga<span> </span><span style="letter-spacing: -0.25pt;">mutlak dituntut kejelian dan ketelitian dalam setiap pengambilan keputusan serta tindakan di lahan usahataninya.<span> </span></span>Sistem usahatani yang cocok untuk daerah tertentu belum tentu cocok untuk daerah lainnya, karena berkaitan dengan varietas yang ditanam akan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kesuburan tanah, s<span style="letter-spacing: 0.3pt;">uhu, kelembaban, serta intensitas cahaya </span><span style="letter-spacing: 0.05pt;">matahari.<span> </span>Selain itu jenis hama dan penyakit yang berkembang akan ditentukan oleh varietas yang ditanam, perlakuan budidaya dan pengaruh lingkungan setempat, sehingga </span><span style="letter-spacing: -0.15pt;">kita harus menyesuai</span><span style="letter-spacing: 0.2pt;">kan keadaan setempat untuk </span><span style="letter-spacing: 0.05pt;">menjaga hubungan yang harmonis antara </span><span style="letter-spacing: 0.1pt;">manusia dengan tumbuhan, binatang, mikroorganisme, tanah, udara </span>dan unsur-unsur yang lainnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;"><b><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; font-size: 14pt;">IV.<span> </span>PENERAPAN PERTANIAN PADI ORGANIK </span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Proses belajar dalam pelaksanaan kegiatan Penerapan Pertanian Padi Organik didukung dengan fasilitasi kegiatan Sekolah Lapangan (SL) bagi petani peserta dan Demonstrasi Penerapan Pertanian Padi Organik pada lahan seluas 10 ha di masing-masing kelompok tani.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 27pt; text-indent: -27pt;"><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>4.1<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Sekolah Lapangan (SL)</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 27pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Sekolah Lapangan merupakan metode belajar yang dirasakan epektif bagi petani karena mengacu pada beberapa prinsip dasar, anatara lain :</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 27pt; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-indent: -36pt;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">a.<span> </span></span></b><b><span lang="EN-GB" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Belajar dari pengalaman</span></b><b><span lang="IN" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"></span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt; text-indent: 0cm;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Proses belajar di mulai dari penghayatan langsung melalui pengamatan agroekosistem, kemudian pengungkapan pengalaman, pengkajian hasil pengalaman, dan pengambilan kesimpulan </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -27pt;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">b.<span> </span></span></b><b><span lang="EN-GB" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Partisipatoris</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt; text-indent: 0cm;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pemandu dan warga belajar melakukan kerjasama yang harmonis dalam setiap proses kegiatan</span><span lang="EN-GB" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -27pt;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">c.<span> </span></span></b><b><span lang="EN-GB" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Demokrasi</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt; text-indent: 0cm;"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pemandu dan warga belajar mempunyai hak, kewajiban, kedudukan yang sama dalam proses kegiatan</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-indent: -36pt;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">d.<span> </span></span></b><b><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Lahan sebagai sarana utama dalam belajar</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt; text-indent: 0cm;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Lahan usahatani merupakan sebuah ekosistem pertanian, terjadi proses interaksi antar unsur- unsur </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span> </span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">ekosistem.<span> </span></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Oleh karena itu proses belajar hampir 80 % </span><span lang="IN" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">d</span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">ilakukan di lahan usahatani.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><span lang="IN" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pola penyelenggaraan kegiatan sekolah lapangan pertanian padi organik seperti gambar di bawah ini :</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><span> <table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="2" width="0"><br />
</td> </tr>
<tr> <td><br />
</td> <td><img height="292" src="file:///C:/Users/Aji/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif" width="432" /></td> </tr>
</tbody></table></span><span lang="IN" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"> </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><br clear="ALL" /> <div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Setiap kelompok tani melakukan demonstrasi budidaya pertanian padi organik pada lahan seluas 10 Ha.<span> </span>Pada lahan 10 Ha ditentukan lahan seluas 1 Ha sebagai Laboratorium Lapangan (LL) sebagai media belajar penghayatan perkembangan agroekostem padi organik selama 1 musim tanam. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Tujuan dilaksanakannya penerapan pertanian padi organik dengan pendekatan sekolah lapangan adalah sebagai berikut :</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">a. <span> </span>Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam penerepan teknologi pertanian padi organic secara spesifik lokalita</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">b. Secara bertahap proses budidaya pertanian organik dapat diterapkan dan dikembangkan oleh petani sesuai dengan keadaan setempat</span><b><span lang="IN" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"></span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span> </span></span></b><b><span lang="IN" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; font-size: 5pt; line-height: 150%;"></span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Sekolah lapangan diselenggarakan selama 1 musim tanam (12 kali pertemuan dan 1 kali temu lapangan).<span> </span>Selama 1 musim tanam, petani peserta dan pemandu bersama-sama mempelajari dan menganalisis perkembangan agroekosistem secara berkala/ mingguan sebagai dasar untuk mengambil keputusan tindakan yang akan dilaksanakan dalam proses budidaya tanaman.<span> </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Gambaran agroekosistem yang dalam keadaan seimbang adalah seperti gambar di bawah ini</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><span> <table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="1" width="11"><br />
</td> </tr>
<tr> <td><br />
</td> <td><img height="314" src="file:///C:/Users/Aji/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.gif" width="432" /></td> </tr>
</tbody></table></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"> </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><br clear="ALL" /> <div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 27pt; text-indent: -27pt;"><b><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>4.2<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Demonstrasi Penerapan Pertanian Padi organik</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><b><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">4.2.1<span> </span>Metode Demonstrasi</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Lahan Demonstrasi Penerapan Pertanian Padi Organik merupakan salah satu fasilitas dalam proses belajar yang sangat menentukan. Lahan yang digunakan adalah lahan milik petani/ kelompok tani peserta yang lokasi dan tata letaknya sesuai persyaratan suatu petak demontrasi.<span> </span>Luas lahan demonstrasi di masing-masing kelompok tani seluas ± 10 Ha yang dikelola bersama oleh seluruh anggota kelompok tani terutama yang menjadi peserta sekolah lapangan.<span> </span></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Perlakuan demonstrasi penerapan budidaya pertanian padi organik sesuai ketentuan/syarat-syarat penerapan pertanian organik yang mengacu ke Sistem of Rice Intensification (SRI).<span> </span>Dari sistem tersebut dalam aplikasinya di tingkat lapangan sesuai dengan keadaan/kebutuhan di masing-masing lokasi. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-indent: 27pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><b><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">4.2.2<span> </span>Komponen Teknologi SRI</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Proses budidaya padi organik melalui pendekatan system SRI melalui penerapan teknologi hasil kajian yang telah dilaksanakan di berbagai lokasi pada beberapa musim tanam dengan mengacu pada pengelolaan komponen utama agroekosistem, yaitu :</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><span> <table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="15" width="12"><br />
</td> </tr>
<tr> <td><br />
</td> <td><img height="210" src="file:///C:/Users/Aji/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif" width="343" /></td> </tr>
</tbody></table></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"> </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><br />
</div><br clear="ALL" /> <div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Adapun komponen teknologi system SRI adalah sebagai berikut :</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 6pt 0cm 6pt 18pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pemilihan Varietas Unggul </span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Varietas yang dipilih merupakan varietas unggul yang sesuai di masing-masing lokasi yang mempunyai daya hasil tinggi, umur grnjah, serta toleran terhadap hama dan penyakit. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Penggunaan Benih Bermutu</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Benih bermutu tinggi adalah benih yang kemurnian dan daya kecambah lebih besar dari 90%.<span> </span>Selain itu benih yang akan disebar/ditanam harus dilakukan seleksi melalui perendaman pada larutan air garam dapur 3% (atau apabila telur ayam dimasukkan pada larutan air garam terapung, maka garam yang dilarutkan pada air telah cukup). </span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: 0cm;"><img align="left" height="183" hspace="12" src="file:///C:/Users/Aji/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image010.jpg" width="218" /><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Perendaman benih pada larutan garam dimaksudkan untuk memperoleh benih yang bernas, ditandai dengan tenggelamnya benih pada larutan air garam.<span> </span>Perendaman jangan lebih dari 15 menit agar tidak terjadi salinitas yang dapat mengakibatkan kerusakan pada lembaga dan benih yang tenggelam segera dibilas dengan air bersih.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><img align="left" height="146" hspace="12" src="file:///C:/Users/Aji/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image012.jpg" width="218" /><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pesemaian</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pesemaian dibuat sesuai dengan kebutuhan dan pola/sistem tanam<span> </span>yang akan digunakan yaitu :</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pesemaian dilakukan pada baki/pipiti/bak kecil terbuat dari kayu atau di lapangan</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%;"><img align="left" height="173" hspace="12" src="file:///C:/Users/Aji/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image014.jpg" width="192" /><img align="left" height="173" hspace="12" src="file:///C:/Users/Aji/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image016.jpg" width="177" /><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"></span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Benih : 7 – 10 Kg/ha, benih bukan berasal dari hasil rekayasa genetika dan tidak diperlakukan dengan bahan kimia sintetik ataupun zat pengatur tumbuh dan bahan lain yang mengandung additive.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Media : campuran tanah dengan pupuk organik dengan perbandingan 1 : 1</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Umur pesemaian 7 – 10 HSS</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pengolahan Lahan dan Pemupukan</span></b><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"></span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span lang="FI" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pengolahan tanah dilakukan sebayak 3 kali,<span> </span>yaitu pembajakan, penggaruan, dan perataan tanah (ngangler). Setelah pembajakan selesai, pupuk organik ditaburkan secara merata dengan dosis rata-rata 7.000 kg/ha (5 – 10 ton/ha) atau sesuai kebutuhan setempat berdasarkan analisis tanah dan analisis pupuk. Pupuk organik diberikan pada saat pengolahan tanah ke II dan pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang bukan berasal dari kotoran ayam ras, tapi merupakan pupuk organik yang dihasilkan dari fermentasi bahan organik (bokasi).</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span lang="FI" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pada saat dilakukan penggaruan dan pertaan tanah (ngangler) keadaan air macak-macak harus dipertahankan (pintu pemasukan dan pengeluaran air ditutup) agar tanah dan unsur hara tidak terbawa hanyut.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span lang="FI" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Setelah selesai perataan tanah dibuat saluran air tengah dan saluran air pinggir di sekeliling pematang, dan dilakukan pencaplakan untuk pengaturan jarak tanam. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: 0cm;"><img align="left" height="162" hspace="12" src="file:///C:/Users/Aji/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image018.jpg" width="204" /><img align="left" height="163" hspace="12" src="file:///C:/Users/Aji/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image020.jpg" width="182" /><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"></span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Penanaman dan Penyulamam</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Penanaman disesuaikan dengan kebutuhan di masing-masing lokasi, seperti :</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Umur benih : 7 – 10 HSS (benih muda)</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Jumlah tanam/lubang : 1 batang/tunas</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span>-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Jarak tanam disesuaikan dengan kebutuhan setempat (20 cm x 20 cm, 22,5 cm x 22,5 cm, 25 cm x 25 cm, dst)</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 90pt; text-indent: 0cm;"><img align="left" height="194" hspace="12" src="file:///C:/Users/Aji/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image022.jpg" width="206" /><a href=""><img align="left" border="0" height="192" hspace="12" src="file:///C:/Users/Aji/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image024.jpg" title="" width="192" /></a><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"></span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: 0cm;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Untuk memudahkan dalam pemeliharaan, menekan persaingan unsur hara dan cahaya, dianjurkan menggunakan tanam sistem legowo <span> </span><span> </span>2 : 1, 3 : 1 atau<span> </span>4 : 1.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman yang mati atau terkserang OPT yang bersifat sistemik (virus) dengan menggunakan varietas dan umur yang sama (tanaman cadangan).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -63pt;"><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>f.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pemeliharaan</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pemeliharaan tanaman yang sangat penting diperhatikan adalah pemberian air, penyiangan, dan pengendalian OPT.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><b><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pemberian air</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pemberian air harus diatur dengan menggunakan saluran pengairan keliling pematang dan saluaran bedengan sehingga keadaan tanah tidak tergenang, tapi hanya lembab dengan tujuan menghemat air, memberikan kesempatan pada akar untuk mendapatkan udara (O<sub>2</sub>) sehingga dapat berkembang lebih dalam, mencegah terjadinya keracunan besi (Fe), dan mencegah penimbunan asam organik dan H<sub>2</sub>S yang dapat menghambat perkembangan akar.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pengaturan pemberian air dilakukan dengan cara pemberian air berselang (intermittent), yaitu sebagai berikut :</span></div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: medium none; margin-left: 41.4pt; width: 396px;"><tbody>
<tr> <td style="border: 1pt solid windowtext; padding: 0cm 5.4pt; width: 162pt;" valign="top" width="216"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: center;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">FASE<span> </span>PERTANAMAN</span></b></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: center;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">PEMBERIAN AIR</span></b></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 162pt;" valign="top" width="216"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pesemaian (7 0- 10 Hari)</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Lembab</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 162pt;" valign="top" width="216"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pengolahan Tanah</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Macak-macak</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 162pt;" valign="top" width="216"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pertumbuhan ( ± 70 hari)</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Lembab</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 162pt;" valign="top" width="216"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Penyiangan ( 3 – 5 kali)</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Digenang (1 – 3 cm)</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 162pt;" valign="top" width="216"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pembungaan ( ± 30 hari)</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Digenang (1 – 3 cm)</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 162pt;" valign="top" width="216"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pemasakan ( ± 15 hari)</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Dikeringkan</span></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><b><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Penyiangan </span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Penyiangan dilakukan sesuai kebutuhan agar tidak terjadi kompetisi anatara gulma dengan tanaman.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><b><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pengendalian OPT </span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pengendalian OPT tidak menggunakan bahan kimia sintetik, tapi berupa pengaturan sistem budidaya, pestisida nabati, agens hayati dan bahan alami lainnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Khusus untuk pestisida dan agens hayati di bahas lebih lanjut pada BAB V. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -63pt;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>g.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><b><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Panen</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Pengelolaan produk harus dipisah dari produk non </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">organik dan tidak menggunakan bahan yang mengandung additive. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="Style3" style="line-height: normal; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><b><span lang="ES" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.05pt;">V.<span> </span>SARANA UTAMA PENERAPAN PERTANIAN PADI ORGANIK</span></b></div><div class="Style3" style="line-height: 150%; margin-left: 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;"><br />
</div><div class="Style3" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><b><span lang="ES" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.05pt;">5. 1 <span> </span>Pupuk Organik</span></b></div><div class="Style3" style="line-height: normal; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><b><span lang="ES" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.05pt;">5.1.1<span> </span>Jenis Pupuk Organik dan Teknologi Pembuatan Pupuk Organik</span></b></div><div class="Style3" style="line-height: 150%; margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="ES" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.15pt;">Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan alami </span><span lang="ES" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dan dirombak dengan bantuan microorganisme dekomposer seperti bakteri dan cendawan</span><span lang="ES" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.15pt;"> menjadi unsur-unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman.</span><span lang="ES" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"> </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Proses perombakan bahan organik menjadi pupuk organik itu dapat berlangsung secara alami <span style="letter-spacing: -0.1pt;">atau buatan. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.1pt;">Penggunaan pupuk organik dalam proses budidaya tanaman sudah dilakukan sejak dulu oleh nenek moyang kita, b</span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">aik secara sengaja seperti pemanfaatan kotoran ternak/pupuk kandang atau secara tidak sengaja, yaitu adanya seresah yang tertimbun dan akhirnya <span style="letter-spacing: -0.1pt;">menjadi humus.<span> </span>Proses alami yang terjadi sebagai anugrah, terus dipelajari dan dilaksanakan pengembangan teknologi sehingga prosesnya menjadi lebih cepat bila dibandingkan berjalan murni secara alami.</span></span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 27pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Bukan suatu teknologi yang tertinggal apabila kita meninjau kemb<span style="letter-spacing: 0.35pt;">ali adanya komponen-komponen organik sehagai bahan bahan </span>yang dapat membantu memperbaiki ekosistem pertanian, j<span style="letter-spacing: 0.55pt;">ustru merupakan suatu tantangan dan kewajiban bagi kita untuk </span><span style="letter-spacing: 0.3pt;">memperbaiki kerusakan-kerusakan yang telah terjadi. Adanya pengolahan dan pengembalian sisa-sisa tumbuhan dan bahan organik lainnya </span><span style="letter-spacing: -0.1pt;">menjadi substrat penyusun tanah </span><span style="letter-spacing: 0.05pt;">dengan cara pembuatan pupuk-pupuk organik, adalah langkah yang </span>mulia dalam proses kehidupan manusia. </span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 27pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span> </span><span style="letter-spacing: 0.15pt;">Penambahan pupuk organik pada </span>sistem pertanian organik adalah sangat penting karena dapat memperbaiki sifat fisik tanah (stuktur dan <span style="letter-spacing: 0.35pt;">tekstur tanah), sifat kimia tanah</span> (sumber paling utama tersedianya hara tanah, karena unsur hara yang terkandung jenisnya lengkap), juga dapat dapat memperbaiki sifat biologi tanah (media hidup mikroorganisme tanah yang bermanfaat)<span style="letter-spacing: 0.35pt;">.</span></span></div><h6 style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; font-size: 12pt; font-weight: normal; letter-spacing: 0.35pt; line-height: 150%;">Secara umum </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; font-size: 12pt; font-weight: normal; line-height: 150%;">Peranan/Fungsi Pupuk Organik, adalah sebagai berikut : </span></h6><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Meningkatkan kemampuan tanah menjerap air</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Meningkatkan kemampuan tanah menjerap nutrisi</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Memperbaiki aerasi tanah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Sumber unsur hara tanaman yang lengkap</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NO-BOK" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="NO-BOK" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Sumber energi dan media hidup mokroorganisme tanah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Memperbaiki warna tanah</span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="Style4" style="line-height: 150%; text-indent: 27pt;"><span lang="ES" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.35pt;">Pupuk organik dapat berupa pupuk cair dan pupuk </span><span lang="ES" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.3pt;">padat. Pupuk cair biasanya berupa air saringan dari pupuk padat, </span><span lang="ES" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.05pt;">dimaksudkan agar penggunaannya lehih mudah tidak mengandung </span><span lang="ES" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.15pt;">kotoran dan sekaligus untuk menjaga kelembaban tanah.<span> </span></span><span lang="ES" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.1pt;">Pupuk padat dapat berupa pupuk hijau, pupuk seresah, kompos, </span><span lang="ES" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.05pt;">maupun pupuk kandang. Kesemuanya adalah berpengaruh positif </span><span lang="ES" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.15pt;">terhadap tanah, jika pemberiannya setelah pupuk itu matang.</span></div><div class="Style4" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 12.6pt -3.1pt 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span lang="NL" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.15pt;">A.<span> </span>PUPUK ORGANIK PADAT (KERING)<span> </span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: 165.55pt; text-align: justify;"><b><span lang="NL" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.1pt;">1.<span> </span></span></b><b><span lang="NL" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.8pt;">Pupuk Hijau</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="NL" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">Pupuk hijau merupakan pupuk yang bahannya berasal dari tanaman atau </span><span lang="NL" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.5pt;">komponen tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah. Jenis </span><span lang="NL" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">tanaman yang banyak digunakan dan memang lebih baik kualitasnya dibanding tanaman lain adalah jenis/familia Leguminoceae. <span style="letter-spacing: 0.25pt;">Jenis tanaman tersebut mengandung unsur hara yang </span><span style="letter-spacing: 0.05pt;">lehih baik, terutama unsur Nitrogen dibanding tanaman lain.<span> </span>Jenis tanaman leguminosa </span><span style="letter-spacing: -0.1pt;">mempunyai daya serap hara yang lebih besar dan mempunyai bintil </span><span style="letter-spacing: -0.2pt;">akar. Di dalam metabolismenya bersimbiosis dengan bakteri Rhizobi</span><span style="letter-spacing: 0.05pt;">um yang dapat mengikat unsur nitrogen dari udara.<span> </span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="NL" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Keuntungan yang didapat jika menggunakan pupuk hijau :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NL" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">a. <span> </span>Mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta <span style="letter-spacing: -0.15pt;">infiltrasi air.</span></span></div><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NL" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.05pt;">b.<span> </span>Mencegah adanya erosi</span></div><div class="Style2" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NL" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">c. <span> </span>Sangat bermanfaat pada daerah-daerah yang sulit dijangkau <span style="letter-spacing: 0.1pt;">untuk suplai pupuk anorganik.</span></span></div><div class="Style2" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NL" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.75pt;">d.<span> </span></span><span lang="NL" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Manfaat lain spesies pupuk hijau dapat dijadikan sebagai pakan ternak, <span style="letter-spacing: 0.1pt;">kayu bakar bahkan sebagai makanan manusia.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -3.2pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="NL" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.2pt;">Syarat-syarat tanaman pupuk hijau yang akan di pilih adalah sebagai berikut </span><span lang="NL" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.1pt;">: </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 28.8pt 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol; letter-spacing: -0.25pt;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.25pt;">Menghasilkan banyak biomas.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm -3.2pt 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol; letter-spacing: 0.05pt;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.15pt;">Dapat menekan dan mengendalikan gulma. </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.05pt;"></span></div><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol; letter-spacing: -0.2pt;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.15pt;">Prosentase produksi daun lebih besar dari pada bagian yang </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.2pt;">berkayu.</span></div><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol; letter-spacing: -0.2pt;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.1pt;">Mempunyai kemampuan </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.6pt;">kemampuan mengikat </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.2pt;">nitrogennya tinggi dan </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.1pt;">melepaskan nutrisi pada tanah.</span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.2pt;"></span></div><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol; letter-spacing: -0.2pt;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;">Berumur pendek, cepat tumbuh, mempunyai kemampuan </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.2pt;">megakumulasi hara.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.4pt;">Tanaman yang berfungsi sebagai pupuk hijau, selain tanaman kacang-kacangan/</span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.05pt;">polong-polongan, jenis rumput-rumputan </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.1pt;">( </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.05pt;">rumput gajah </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.1pt;">), dan Azolla </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.65pt;">juga </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">baik sebagai bahan pupuk hijau. Tanaman pupuk hijau yang cocok ditanam pada lahan pematang tanaman padi maupun lahan-lahan yang kosong, sedangkan Azolla adalah merupakan jenis tanaman pakuan air yang hidup di perairan.<span> </span>Seperti halnya tanaman leguminosae, Azolla mampu menambat N<sub>2 </sub>udara karena berasosiasi dengan sianobakteri (<i>Anabaena azollae</i>) yang hidup di dalam rongga daun Azolla.<span> </span>Menurut Khan (1983), kemampuan Azolla mengikat N<sub>2</sub> dari udara berkisar antara 400 – 500 kg N/ha/tahun.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><img align="left" height="256" hspace="12" src="file:///C:/Users/Aji/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image026.gif" width="420" /><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Azolla berkembang Sangat cepat dan dapat meghasilkan<span> </span><span> </span>biomassa <span> </span>sebanyak<span> </span><span> </span>10-15 ton/ha </span></div><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 26.9pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.2pt;">Sumber : BPTP Lembang, 2007</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">dengan C/N ratio 12 – 18, sehingga dalam waktu satu minggu Azolla telah terdekomposisi dengan sempurna. </span></div><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify;"><br />
</div><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">Cara pembuatan pupuk dari pupuk hijau </span></b><b><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.1pt;">:</span></b></div><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.2pt;">Gali tanah sebagai tempat bakal pupuk yang ukurannya </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.1pt;">disesuaikan dengan volume bahan yang akan dipendam. </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.45pt;">Pupuk hijau dibiarkan di dalam tanah kurang lebih empat minggu </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">atau menunggu pupuk benar-benar sudah siap dipakai. </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">Untuk mempercepat proses pembusukan sebaiknya bahan </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.3pt;">dicincang kecil-kecil.</span></div><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><br />
</div><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">2. <span> </span></span></b><b><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.65pt;">Pupuk Kompos.</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.3pt;">Pupuk kompos merupakan pupuk yang bahannya berasal dari pemanfaatan limbah atau </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">komponen tanaman yang sudah tidak terpakai, misalnya jerami <span style="letter-spacing: 0.1pt;">kering, bonggot jerami, rumput tebasan, tongkol jagung, dan lain</span><span style="letter-spacing: -0.3pt;">lain</span><span style="letter-spacing: 0.1pt;"></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.4pt;">Pada teknis pembuatan pupuk dari serasah memerlukan </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.3pt;">bio activator untuk mengoptimalkan peran mikroorganisme decomposer agar proses perombakan berjalan cepat, kotoran ternak dan </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.1pt;">hijauan</span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.3pt;"> sebagai bahan tambahan.</span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.1pt;"> Selain itu kotoran ternak setelah terinku</span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.15pt;">basi merupakan bahan yang mengandung banyak unsur hara.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><img align="left" height="198" hspace="12" src="file:///C:/Users/Aji/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image028.gif" width="423" /><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Sumber pupuk organik yang berasal dari jerami padi sangat baik untuk dikelola dan dimanfaatkan di lahan sawah, sehingga tidak berlebihan apabila ada petani yang membakar jerami di sawahnya merupakan tindakan yang sangat keliru karena akan terjadi proses pentandusan tanah secara perlahan.<span> </span>Kandungan hara yang terdapat pada jerami, antara lain seperti pada tabel di bawah ini.<span style="letter-spacing: 0.15pt;"> </span></span></div><div class="Style1" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; font-size: 4pt; letter-spacing: 0.1pt; line-height: 150%;">[[[[[[[</span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; font-size: 4pt; letter-spacing: 0.15pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="Style1" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="Style1" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="Style1" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="Style1" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="Style1" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 27.35pt;"><img align="left" height="27" hspace="12" src="file:///C:/Users/Aji/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image030.gif" width="184" /><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;"></span></div><div class="Style1" style="line-height: normal; margin-left: 0cm; text-align: justify;"><br />
</div><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;">Langkah-langkah dalam proses pembuatan pupuk organik yang bahan baku utamanya dari serasah dimaulai dari perbanyakan bio activator, selanjutnya beru pelaksanaan pembuatan pupuk organic kompos dari bahan serasah tersebut dengan langkah-langkah sebagai berikut :</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 26.95pt; text-align: justify; text-indent: -26.95pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>1)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Proses perbanyakan mikroorganisme pengurai/ perombak bahan organik</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -45pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Bahan yang diperlukan :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">1 kg dedak halus</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">2 ons terasi</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">2,5 ons gula</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">2 liter nira atau 2 liter air kelapa</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">liter air bersih</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Alat yang diperlukan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Ember plastik ukuran 10 liter</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Kain kassa/saringan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">½ m Plastik</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span>c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Cara Perbanyakan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Nira/air kelapa diangin-anginkan ditempat teduh selama 3 hari</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Terasi dilarutkan dengan air panas sebanyak 1 liter</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Gula dan dedak dicampur , masukkan 2 liter air panas kemudian diaduk</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IT" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="IT" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Campurkan no1 dan no 2, biarkan sampai dingin</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Masukkan air nira/air kelapa pada campuran no 1 dan no 2 yang telah dingin kemudian diaduk sampai rata </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Tutup rapat dengan plastik dan simpan di tempat teduh, setiap 2 hari diaduk kemudian tutup yang rapat</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Setelah 5-7 hari proses sudah selesai , dengan tanda campuran berbusa dan bau asam<span> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Saring dan simpan pada zerigen yang bersih</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">2)<span> </span>Proses pembuatan pupuk organik</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">a.<span> </span>Bahan yang diperlukan :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">60 % Jerami</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">20 % kotoran khewan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">10 % serbuk gergaji/sekam</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">10 % bahan lain yang tersedia di tempat <span> </span>( Daun Kipait, Kirinyuh, dll.) </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">1 kg dedak halus untuk setiap M kubik bahan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Air</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Tanah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><ol start="2" style="margin-top: 0cm;" type="a"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"><span> </span>Alat yang diperlukan</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Ember plastik </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Golok</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Cangkul garpu</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">c.<span> </span>Cara Pembuatan :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Buatlah pembatas dari kayu atau batang pisang denga ukuran : tinggi 1 m, panjang dan lebar disesuaikan dengan kebutuhan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Buatlah larutan mikroorganisme hasil perbanyakan dengan perbandingan 250 cc (1 Gelas ) untuk 20 liter air</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Potong- potong jerami dengan ukuran panjang 10-20 cm</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Campurkan semua bahan menjadi satu sambil disiram sehingga basahnya merata</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Tumpuklah bahan tadi pada tempat yang disediakan secara bertahap dan setiap tahap tingginya 25 cm</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Setiap tahapan ditaburi dedak halus sebanyak ¼ kg, kemudian disemprot/disirami larutan mikroorganisme sebanyak 5 liter.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Lakukan tahapan tadi sampai mencapai 4 tahap<span> </span>( tinggi 1 m )</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Tahapan terakhir ditutup dengan tanah setebal 3–5 cm.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Akan lebih baik apabila diberi naungan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Hal yang perlu diperhatikan agar proses kompos berjalan baik adalah kelembaban diupayakan tetap 60% dan suhu 30<sup>0</sup> C, apabila kering dan panas segera disiram.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.35pt;">3. <span> </span></span></b><b><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.45pt;">Pupuk Kandang</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.45pt;">Pada penerapan pertanian organik, penggunaan pupuk kandang </span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.55pt;">merupakan manifestasi dari penggabungan peternakan dan </span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">pertanian yang sekaligus merupakan persyaratan mutlak atau dasar </span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">untuk konsep pertanian organik. Tingkat besarnya peternakan atau <span style="letter-spacing: -0.05pt;">prosentase antara peternakan dan pertanian tidakah terikat.<span> </span>Hanya saja pada areal pertanian organik yang jauh dari keberadaan pupuk </span>kandang, mestinya harus diperhitungkan seberapa banyak dan jenis ternak apa yang harus dipelihara.<span> </span><span style="letter-spacing: -0.1pt;">Selain hal tersebut ada juga alternatif lain yaitu menggunakan </span><span style="letter-spacing: 0.05pt;">jenis pupuk-pupuk organik yang lain.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.3pt;">Pupuk kandang dapat diperoleh dari ternak sapi, kerbau, </span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.15pt;">kambing, babi, ayam dan binatang lainnya. </span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.1pt;">Pupuk kandang mempunyai beberapa sifat-sifat yang lebih baik </span><span lang="FI" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">dibanding pupuk organik lainnya, antara lain :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><br />
</div><div class="Style5" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.35pt;">a.<span> </span>Pupuk kandang merupakan humus</span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.1pt;"> </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.15pt;">hasil proses degradasi sisa-sisa tanaman dan hewan, terdiri </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.2pt;">dari zat organik yang mengalami pelapukan</span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.15pt;">. </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">Humus yang terbentuk dapat memperbaiki struktur tanah </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.15pt;">sehingga tanah mudah diolah dan sirkulasi udara menjadi lebih baik sehingga ketersediaan O<sub>2</sub> di tanah lebih terjamin. Hasil </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;">percobaan menunjukan bahwa penambahan pupuk kandang </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">yang meningkat akan meningkatkan kesuburan dan produktivitas tanaman.</span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.1pt;"> Selain itu tanah akan lebih banyak menahan air dan </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.05pt;">unsur hara yang berada akan terlarut dan </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.45pt;">mudah diserap oleh tanaman.</span></div><div class="Style5" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="Style5" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.1pt;">b. Pupuk kandang merupakan sumber unsur hara makro maupun </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.15pt;">mikro yang dalam keadaan seimbang Unsur Makro seperti N, </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;">P, K Ca dan lain-lain sangat penting untuk pertumbuhan dan </span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">perkembangan tanaman. Unsur mikro yang tidak terdapat pada <span style="letter-spacing: 0.05pt;">pupuk lain, tersedia dalam pupuk kandang misalnya</span><span style="letter-spacing: 0.15pt;"> Mn, Co, Br dan lain-lain. </span></span></div><div class="Style5" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="Style5" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.35pt;">c.<span> </span>Pupuk kandang banyak mengandung mikroorganisme yang berfungsi</span><span lang="SV" style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";"> sebagai penghancur sampah-sampah sehinga menjadi <span style="letter-spacing: 0.3pt;">humus dalam tanah.<span> </span></span></span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Mikroorganisme juga dapat mensintesa senyawa-senyawa <span style="letter-spacing: 0.15pt;">tertentu yang sangat berguna bagi tanaman, s</span><span style="letter-spacing: 0.1pt;">ehingga pupuk kandang merupakan suatu pupuk yang sangat </span><span style="letter-spacing: 0.2pt;">diperlukan bagi tanah dan tanaman. </span></span></div><div class="Style5" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Prosentase kandungan unsur dalam pupuk kandang bermacam-macam, karena dipengaruhi oleh<span style="letter-spacing: -0.1pt;"> jenis ternak, j</span><span style="letter-spacing: 0.45pt;">enis makanan ternak, dan f</span><span style="letter-spacing: 0.35pt;">ungsi ternak sendiri (sebagai pekerja, pedaging, perah dan lain-lain), s</span><span style="letter-spacing: 0.4pt;">ehingga hasil penelitian para ahlipun kadang-kadang berbeda-</span><span style="letter-spacing: 0.3pt;">beda.<span> </span>Kandungan hara </span></span></div><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.3pt;">pupuk kandang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. <span> </span></span></div><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify;"><br />
</div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 0.9pt; width: 410px;"><tbody>
<tr style="height: 38pt;"> <td style="border: 1pt solid windowtext; height: 38pt; padding: 0cm; width: 66.15pt;" valign="top" width="88"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 10.3pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.45pt;">Jenis ternak</span></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 38pt; padding: 0cm; width: 31.4pt;" valign="top" width="42"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.35pt;">% air</span></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 38pt; padding: 0cm; width: 26.55pt;" valign="top" width="35"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.35pt;">BO</span></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 38pt; padding: 0cm; width: 28.05pt;" valign="top" width="37"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.45pt; text-align: center;"><i><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">N%</span></i></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 38pt; padding: 0cm; width: 30.7pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.55pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.4pt;">P</span><sub><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">2</span></sub><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.4pt;">0</span><sub><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">5</span></sub><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.4pt;"></span></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 38pt; padding: 0cm; width: 31.15pt;" valign="top" width="42"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.8pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.4pt;">K</span><sub><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">2</span></sub><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.4pt;">0</span></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 38pt; padding: 0cm; width: 38.9pt;" valign="top" width="52"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.8pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">CaO</span></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 38pt; padding: 0cm; width: 54.35pt;" valign="top" width="72"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 2.15pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.25pt;">C/N ratio</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 26.5pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; height: 26.5pt; padding: 0cm; width: 66.15pt;" valign="top" width="88"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 10.3pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.3pt;">Kambing</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.5pt; padding: 0cm; width: 31.4pt;" valign="top" width="42"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 14.4pt 6pt 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">64</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.5pt; padding: 0cm; width: 26.55pt;" valign="top" width="35"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.6pt;">31</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.5pt; padding: 0cm; width: 28.05pt;" valign="top" width="37"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.55pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.05pt;">0,7</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.5pt; padding: 0cm; width: 30.7pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.55pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;">0,4</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.5pt; padding: 0cm; width: 31.15pt;" valign="top" width="42"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.8pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.3pt;">0,25</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.5pt; padding: 0cm; width: 38.9pt;" valign="top" width="52"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.8pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">0,4</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.5pt; padding: 0cm; width: 54.35pt;" valign="top" width="72"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 2.15pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.15pt;">20 </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.4pt;">- </span><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.75pt;">25</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 26.65pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; height: 26.65pt; padding: 0cm; width: 66.15pt;" valign="top" width="88"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 10.3pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Ayam</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.65pt; padding: 0cm; width: 31.4pt;" valign="top" width="42"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 13.8pt 6pt 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.6pt;">57</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.65pt; padding: 0cm; width: 26.55pt;" valign="top" width="35"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.8pt;">29</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.65pt; padding: 0cm; width: 28.05pt;" valign="top" width="37"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.55pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.4pt;">1,5</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.65pt; padding: 0cm; width: 30.7pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.55pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.35pt;">1,3</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.65pt; padding: 0cm; width: 31.15pt;" valign="top" width="42"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.8pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.45pt;">0,8</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.65pt; padding: 0cm; width: 38.9pt;" valign="top" width="52"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.8pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;">4,0</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.65pt; padding: 0cm; width: 54.35pt;" valign="top" width="72"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 2.15pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.15pt;">9- 11</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 26.35pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; height: 26.35pt; padding: 0cm; width: 66.15pt;" valign="top" width="88"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 10.3pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.4pt;">Babi</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.35pt; padding: 0cm; width: 31.4pt;" valign="top" width="42"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 13.9pt 6pt 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.5pt;">78</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.35pt; padding: 0cm; width: 26.55pt;" valign="top" width="35"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.7pt;">17</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.35pt; padding: 0cm; width: 28.05pt;" valign="top" width="37"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.55pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.35pt;">0,5</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.35pt; padding: 0cm; width: 30.7pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.55pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.5pt;">0,4</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.35pt; padding: 0cm; width: 31.15pt;" valign="top" width="42"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.8pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.3pt;">0,4</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.35pt; padding: 0cm; width: 38.9pt;" valign="top" width="52"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.8pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;">0,07</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 26.35pt; padding: 0cm; width: 54.35pt;" valign="top" width="72"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 2.15pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">19-20</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 27.45pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; height: 27.45pt; padding: 0cm; width: 66.15pt;" valign="top" width="88"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 10.3pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.4pt;">Kuda</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 27.45pt; padding: 0cm; width: 31.4pt;" valign="top" width="42"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 13.85pt 6pt 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.55pt;">73</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 27.45pt; padding: 0cm; width: 26.55pt;" valign="top" width="35"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.6pt;">22</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 27.45pt; padding: 0cm; width: 28.05pt;" valign="top" width="37"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.55pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.45pt;">0,5</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 27.45pt; padding: 0cm; width: 30.7pt;" valign="top" width="41"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.55pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">0,25</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 27.45pt; padding: 0cm; width: 31.15pt;" valign="top" width="42"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.8pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.35pt;">0,3</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 27.45pt; padding: 0cm; width: 38.9pt;" valign="top" width="52"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 4.8pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;">0,2</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 27.45pt; padding: 0cm; width: 54.35pt;" valign="top" width="72"> <div align="center" class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 2.15pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.65pt;">24</span></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.3pt;">Sumber : Saifudin Sarief.</span></div><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify;"><br />
</div><div class="Style1" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">Sedangkan k<span style="letter-spacing: 0.1pt;">andungan unsur hara dari urine ternak yang adalah sebagai berikut :</span></span></div><table align="right" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 6.75pt; margin-right: 6.75pt; width: 426px;"><tbody>
<tr style="height: 41.45pt;"> <td style="border: 1pt solid windowtext; height: 41.45pt; padding: 0cm; width: 72.8pt;" valign="top" width="97"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 13.7pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.45pt;">Jenis <span> </span>ternak</span></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 41.45pt; padding: 0cm; width: 38.45pt;" valign="top" width="51"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.45pt;">% air</span></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 41.45pt; padding: 0cm; width: 33.75pt;" valign="top" width="45"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 5.3pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;">BO</span></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 41.45pt; padding: 0cm; width: 37.7pt;" valign="top" width="50"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 8.05pt; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.05pt;">N%</span></i></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 41.45pt; padding: 0cm; width: 39.4pt;" valign="top" width="53"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 7.45pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.4pt;">P</span><sub><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">Z</span></sub><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.4pt;">0</span><sub><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">5</span></sub><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.4pt;"></span></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 41.45pt; padding: 0cm; width: 37.95pt;" valign="top" width="51"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 5.25pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.4pt;">K</span><sub><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">2</span></sub><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.4pt;">0</span></div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; height: 41.45pt; padding: 0cm; width: 59.55pt;" valign="top" width="79"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 9.35pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.65pt;">CaO %</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 31.4pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; height: 31.4pt; padding: 0cm; width: 72.8pt;" valign="top" width="97"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 13.45pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.15pt;">Sapi</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 31.4pt; padding: 0cm; width: 38.45pt;" valign="top" width="51"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 1pt;">92</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 31.4pt; padding: 0cm; width: 33.75pt;" valign="top" width="45"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 5.3pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif";">4,8</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 31.4pt; padding: 0cm; width: 37.7pt;" valign="top" width="50"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 8.15pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.35pt;">1,21</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 31.4pt; padding: 0cm; width: 39.4pt;" valign="top" width="53"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 7.45pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;">0,01</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 31.4pt; padding: 0cm; width: 37.95pt;" valign="top" width="51"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 5.25pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">1,35</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 31.4pt; padding: 0cm; width: 59.55pt;" valign="top" width="79"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 9.35pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;">1,35</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 29.2pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; height: 29.2pt; padding: 0cm; width: 72.8pt;" valign="top" width="97"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 13.45pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.2pt;">Kerbau</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 29.2pt; padding: 0cm; width: 38.45pt;" valign="top" width="51"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.9pt;">81</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 29.2pt; padding: 0cm; width: 33.75pt;" valign="top" width="45"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 5.3pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.4pt;">-</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 29.2pt; padding: 0cm; width: 37.7pt;" valign="top" width="50"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 8.15pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.1pt;">0,6</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 29.2pt; padding: 0cm; width: 39.4pt;" valign="top" width="53"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 7.45pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.55pt;">sedikit</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 29.2pt; padding: 0cm; width: 37.95pt;" valign="top" width="51"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 5.25pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.5pt;">61</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 29.2pt; padding: 0cm; width: 59.55pt;" valign="top" width="79"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 9.35pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.6pt;">sedikit</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 30.45pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; height: 30.45pt; padding: 0cm; width: 72.8pt;" valign="top" width="97"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 13.45pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.3pt;">Kambing</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 30.45pt; padding: 0cm; width: 38.45pt;" valign="top" width="51"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.35pt;">86,3</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 30.45pt; padding: 0cm; width: 33.75pt;" valign="top" width="45"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 5.3pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">9,3</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 30.45pt; padding: 0cm; width: 37.7pt;" valign="top" width="50"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 8.15pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">1,47</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 30.45pt; padding: 0cm; width: 39.4pt;" valign="top" width="53"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 7.45pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.3pt;">0,05</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 30.45pt; padding: 0cm; width: 37.95pt;" valign="top" width="51"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 5.25pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.1pt;">1,96</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 30.45pt; padding: 0cm; width: 59.55pt;" valign="top" width="79"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 9.35pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.1pt;">0,16</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 30.95pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; height: 30.95pt; padding: 0cm; width: 72.8pt;" valign="top" width="97"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 13.45pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.45pt;">Babi</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 30.95pt; padding: 0cm; width: 38.45pt;" valign="top" width="51"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;">96,6</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 30.95pt; padding: 0cm; width: 33.75pt;" valign="top" width="45"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 5.3pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.05pt;">1,5</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 30.95pt; padding: 0cm; width: 37.7pt;" valign="top" width="50"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 8.15pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">0,38</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 30.95pt; padding: 0cm; width: 39.4pt;" valign="top" width="53"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 7.45pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.3pt;">0,10</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 30.95pt; padding: 0cm; width: 37.95pt;" valign="top" width="51"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 5.25pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;">0,99</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; height: 30.95pt; padding: 0cm; width: 59.55pt;" valign="top" width="79"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 9.35pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.1pt;">0,20</span></div></td> </tr>
<tr style="height: 21.5pt;"> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; height: 21.5pt; padding: 0cm; width: 72.8pt;" valign="top" width="97"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 13.45pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: -0.4pt;">Kuda</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 21.5pt; padding: 0cm; width: 38.45pt;" valign="top" width="51"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.4pt;">89,6,</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 21.5pt; padding: 0cm; width: 33.75pt;" valign="top" width="45"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 5.3pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.1pt;">8,0</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 21.5pt; padding: 0cm; width: 37.7pt;" valign="top" width="50"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 8.15pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;">1,29</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 21.5pt; padding: 0cm; width: 39.4pt;" valign="top" width="53"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 7.45pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.25pt;">0,01</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 21.5pt; padding: 0cm; width: 37.95pt;" valign="top" width="51"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 5.25pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.15pt;">1,39</span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; height: 21.5pt; padding: 0cm; width: 59.55pt;" valign="top" width="79"> <div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0cm 6pt 9.35pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Century Gothic","sans-serif"; letter-spacing: 0.2pt;">0,45</span></div></td> </tr>
</tbody></table>Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-75215145643968664992011-07-12T06:30:00.000-07:002011-07-12T06:44:58.351-07:00BUDIDAYA DAN KEUNGGULAN PADI ORGANIK METODE SRI (System of Rice Intensification)<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-mVunCzsv3Ew/ThxPugZ1cHI/AAAAAAAAAKs/dy279I3c-pU/s1600/sri1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="149" src="http://2.bp.blogspot.com/-mVunCzsv3Ew/ThxPugZ1cHI/AAAAAAAAAKs/dy279I3c-pU/s200/sri1.jpg" width="200" /></a></div>Budidaya padi organik metode SRI mengutamakan potensi lokal dan disebut pertanian ramah lingkungan, akan sangat mendukung terhadap pemulihan kesehatan tanah dan kesehatan pengguna produknya. Pertanian organik pada prinsipnya menitik beratkan prinsip daur ulang hara melalui panen dengan cara mengembalikan sebagian biomasa ke dalam tanah, dan konservasi air, mampu memberikan hasil yang lebih tinggi ibandingkan dengan metode konvensional. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Kata kunci ( Key Words) : SRI, Pertanian Organik <br />
<br />
<br />
BUDIDAYA DAN KEUNGGULAN PADI ORGANIK <br />
METODE SRI (System of Rice Intensification) <br />
<br />
1. 1novasi metode SRI <br />
<br />
SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara <br />
mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan <br />
produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%. <br />
<br />
Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983 -84 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana. Oleh penemunya, metododologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan Ie Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI. <br />
<br />
Tahun 1990 dibentuk Association Tefy Saina (ATS), sebuah LSM Malagasy untuk memperkenalkan <br />
SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institution for Food, Agriculture and Development <br />
(CIIFAD), mulai bekerja sama dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana <br />
National Park di Madagaskar Timur, didukung oleh US Agency for International Development. SRI <br />
telah diuji di Cina, India, Indonesia, Filipina, Sri Langka, dan Bangladesh dengan hasil yang positif. <br />
<br />
SRI menjadi terkenal di dunia melalui upaya dari Norman Uphoff (Director CIIFAD). Pada tahun <br />
1987, Uphoff mengadakan presentase SRI di Indonesia yang merupakan kesempatan pertama SRI <br />
dilaksanakan di luar Madagaskar <br />
<br />
Hasil metode SRI sangat memuaskan. Di Madagaskar, pada beberapa tanah tak subur yang produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 – 15 ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha. Metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai petani. Hanya saja diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk bereksperimen. Dalam SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, bukan diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi. Semua unsur potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya. <br />
<br />
2 . Prinsip-prinsip budidaya padi organik metode SRI <br />
<br />
1. Tanaman bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai (hss) ketika bibit masih berdaun helai <br />
2. Bibit ditanam satu pohon perlubang dengan jarak 30 x 30, 35 x 35 atau lebih jarang <br />
3. Pindah tanam harus sesegera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hati-hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal <br />
4. Pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu dikeringkan sampai pecah <br />
(Irigasi berselang/terputus) <br />
5. Penyiangan sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari <br />
6. Sedapat mungkin menggunakan pupuk organik (kompos atau pupuk hijau) <br />
<br />
3. Keunggulan metode SRI <br />
<br />
1. Tanaman hemat air, Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen memberikan air <br />
max 2 cm, paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah <br />
retak ( Irigasi terputus) <br />
2. Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg/ha. Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak <br />
memerlukan biaya pindah bibit, tenaga tanam kurang dll. <br />
3. Hemat waktu, ditanam bibit muda 5 - 12 hss, dan waktu panen akan lebih awal <br />
4. Produksi meningkat, di beberapa tempat mencapai 11 ton/ha <br />
5. Ramah lingkungan, tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan <br />
pupuk organik (kompos, kandang dan Mikro-oragisme Lokal), begitu juga penggunaan <br />
pestisida. <br />
<br />
4. Teknik Budidaya Padi Organik metode SRI <br />
4.1. Persiapan benih <br />
Benih sebelum disemai diuji dalam larutan air garam. Larutan air garam yang cukup untuk menguji benih adalah larutan yang apabila dimasukkan telur, maka telur akan terapung. Benih yang baik untuk dijadikan benih adalah benih yang tenggelam dalam larutan tersebut. Kemudian benih telah diuji direndam dalam air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2 hari, kemudian disemaikan pada media tanah dan pupuk organik (1:1) di dalam wadah segi empat ukuran 20 x 20 cm (pipiti). Selama 7 hari. Setelah umur 7-10 hari benih padi sudah siap ditanam <br />
4.2. Pengolahan tanah <br />
Pengolahan tanah Untuk Tanam padi metode SRI tidak berbeda dengan cara pengolahan tanah untuk tanam padi cara konvesional yaitu dilakukan untuk mendapatkan struktur tanah yang lebih baik bagi tanaman, terhidar dari gulma. Pengolahan dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan menggunakan traktor tangan, sampai terbentuk struktur lumpur. Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air. <br />
4.3. Perlakuan pemupukan <br />
Pemberian pupuk pada SRI diarahkan kepada perbaikan kesehatan tanah dan penambahan unsur hara yang berkurang setelah dilakukan pemanenan. Kebutuhan pupuk organik pertama setelah menggunakan sistem konvensional adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan sampai 2 musim taman. Setelah kelihatan kondisi tanah membaik maka pupuk organik bisa berkurang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua agar pupuk bisa menyatu dengan tanah. <br />
4.4. Pemeliharaan <br />
Sistem tanam metode SRI tidak membutuhkan genangan air yang terus menerus, cukup dengan kondisi tanah yang basah. Penggenangan dilakukan hanya untuk mempermudah pemeliharan. Pada prakteknya pengelolaan air pada sistem padi organik dapat dilakukan sebagai berikut; pada umur 1-10 HST tanaman padi digenangi dengan ketinggian air rata-rata 1cm, kemudian pada umur 10 hari dilakukan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan tanaman tidak digenangi. Untuk perlakuan yang masih membutuhkan penyiangan berikutnya, maka dua hari menjelang penyiangan tanaman digenang. Pada saat tanaman berbunga, tanaman digenang dan setelah padi matang susu tanaman tidak digenangi kembali sampai panen. <br />
Untuk mencegah hama dan penyakit pada SRI tidak digunakan bahan kimia, tetapi dilakukan pencengahan dan apabila terjadi gangguan hama/penyakit digunakan pestisida nabati dan atau digunakan pengendalian secara fisik dan mekanik <br />
<br />
5. Pertanian Padi Organik Metode SRI dan Konvesional . <br />
<br />
Sistem tanam padi SRI, pada prakteknya memiliki banyak perbedaan dengan sistem tanam </div><div style="text-align: justify;"> 6. Perbedaan Hasil Cara SRI dengan Konvensional <br />
Kebutuhan pupuk organik dan pestisida untuk padi organik metode SRI dapat diperoleh dengan cara mencari dan membuatnya sendiri. Pembuatan kompos sebagai pupuk dilakukan dengan memanfaatkan kotoran hewan, sisa tumbuhan dan sampah rumah tangga dengan menggunakan aktifator MOL (Mikro-organisme Lokal) buatan sendiri, begitu pula dengan pestisida dicari dari tumbuhan behasiat sebagai pengendali hama. Dengan demikian biaya yang keluarkan menjadi lebih efisien dan murah. Penggunaan pupuk organik dari musim pertama ke musim berikutnya mengalami penurunan rata-rata 25% dari musim sebelumnya. Sedangkan pada metode konvensional pemberian pupuk anorganik dari musim ke musim cenderung meningkat, kondisi ini akan lebih sulit bagi petani konvensional untuk dapat meningkatkan produsi apalagi bila dihadapkan pada kelangkaan pupuk dikala musim tanam tiba. <br />
Pemupukan dengan bahan organik dapat memperbaiki kondisi tanah baik fisik, kimia maupun biologi tanah, sehingga pengolahan tanah untuk metode SRI menjadi lebih mudah dan murah, sedangkan pengolahan tanah yang menggunakan pupuk anorganik terus menerus kondisi tanah semakin kehilangan bahan organik dan kondisi tanah semakin berat, mengakibatkan pengolahan semakin sulit dan biaya akan semakin mahal </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hasil panen pada metode SRI pada musim pertama tidak jauh berbeda dengan hasil sebelumnya (metode konvensional) dan terus meningkat pada musim berikutnya sejalan dengan meningkatnya bahan organik dan kesehatan tanah. Beras organik yang dihasilkan dari sistem tanam di musim pertama memiliki harga yang sama dengan beras dari sistem tanam konvesional, harga ini didasarkan atas dugaan bahwa beras tersebut belum tergolong organik, karena pada lahan tersebut masih ada pupuk kimia yang tersisa dari musim tanam <br />
sebelumnya. Dan untuk musim berikutnya dengan menggunakan metode SRI secara berturut-turut, maka sampai musim ke 3 akan diperoleh beras organik dan akan memiki harga yang lebih tinggi dari beras padi dari sistem konvensional. <br />
<br />
7. Manfaat Sistem SRI <br />
<br />
Secara umum manfaat dari budidaya metode SRI adalah sebagai berikut 1. Hemat air (tidak digenang), Kebutuhan air hanya 20-30% dari kebutuhan air untuk cara konvensional 2. memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan keseimbangan ekologi tanah 3. Membentuk petani mandiri yang mampu meneliti dan menjadi ahli di lahannya sendiri. Tidak tergantung pada pupuk dan pertisida kimia buatan pabrik yang semakin mahal dan terkadang langka 4. membuka lapangan kerja dipedesaan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan keluarga petani 5. menghasilkan produksi beras yang sehat rendemen tinggi, serta tidak mengandung residu kimia 6. mewariskan tanah yang sehat untuk generasi mendatang <br />
<br />
8. KESIMPULAN <br />
<br />
Metode SRI menguntungkan untuk petani, karena produksi meningkat sampai 10 ton/ha, selain itu karena tidak mempergunakan pupuk dan pestisida kimia, tanah menjadi gembur, mikroorganisme tanah meningkat jadi ramah lingkungan. Untuk mempercepat penyebaran metode SRI perlu dukungan dengan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah. <br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA <br />
<br />
Entun Santosa, 2005. Rice organic farming is a programme for strengtenning food security in <br />
sustainable rural development, Makalah disampaikan pada seminar Internasinal Kamboja <br />
ROF. <br />
<br />
Kuswara dan Alik Sutaryat, 2003. Dasar Gagasan dan Praktek Tanam Padi Metode SRI (System of <br />
Rice Intencification). Kelompok Studi Petani (KSP). Ciamis <br />
<br />
Mutakin, J. 2005. Kehilangan Hasil Padi Sawah Akibat Kompetisi Gulma pada Kondisi SRI (Systen of <br />
Rice Intencification). Tesis. Pascasarjana. Unpad Bandung <br />
<br />
Sampurna Untuk Indonesia, 2008. SRI Sytem Rice intensification, Pasuruan <br />
<br />
<br />
IDENTITAS PENULIS <br />
<br />
Nama : JENAL MUTAKIN <br />
Tempat/ Tanggal lahir : Garut, 5 Maret 1967 <br />
Pendidikan Terakhir : (S2) Magister Pertanian <br />
Pekerjaan : Dosen tetap Yayasan Universitas Garut <br />
Tempat tinggal sekarang : Kp. Cikubang RT 02 RW 05 Kelurahan <br />
Lebakjaya Kec. Karangpawitan Garut <br />
Tlp. (0262)239 852 </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-20474931541657833462011-07-11T21:15:00.000-07:002011-07-11T21:15:54.162-07:00METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN PERTANIANMata kuliah Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan, wawasan, orientasi, sikap serta pandangan Anda dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Proses penyuluhan pertanian merupakan proses belajar dengan bekerja yang sistematik, berkelanjutan dan berprogram. <a name='more'></a> Ketepatgunaan metode dan teknik penyuluhan pertanian merupakan salah satu faktor yang menentukan daya guna, kelancaran dan keberlanjutan proses belajar dengan bekerja tersebut. Perkembangan penyuluhan pertanian membawa konsekuensi terhadap profesionalisme para penyuluh. Untuk dapat melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya baik sebagai komunikator, organisator, inisiator, dinamisator, motivator maupun sebagai fasilitator, penyuluh pertanian harus memiliki 3 (tiga) kompetensi. Kompetensi tersebut adalah (1) kompetensi pribadi yaitu sebagai individu yang berbudi luhur, rajin dan tekun serta Pancasilais, (2) kompetensi sosial, yaitu sebagai individu yang mampu bekerja sama dengan masyarakat sekitarnya dan bersifat pembaharu, serta (3) kompetensi profesi, yaitu memiliki kemampuan penguasaan materi (Content Expertise) dan kemampuan dalam proses penyampaian materi kepada sasaran (Delivery Process Expertise). <br />
Untuk memberikan bekal penguasaan atau kemampuan dalam proses penyampaian materi (Delivery Process Expertise) kepada Anda, materi dalam modul ini meliputi Teori dan Praktik Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Materi tersebut tertuang dalam 9 modul yang diuraikan dalam 13 kegiatan belajar serta dilengkapi dengan 7 unit kegiatan praktikum.<br />
Setelah mempelajari modul mata kuliah ini Anda diharapkan dapat:<br />
1. memahami dan menguasai berbagai macam metode dan teknik penyuluhan pertanian sesuai landasan filosofis dan landasan psikologisnya;<br />
2. menganalisis dan mengevaluasi metode dan teknik penyuluhan pertanian yang sedang dikembangkan;<br />
3. menerapkan metode dan teknik penyuluhan pertanian yang relevan dengan kondisi sosial dan kultur sasaran serta berorientasi agribisnis.<br />
<br />
Mengenai judul modul dan kegiatan belajar tersebut adalah sebagai berikut.<br />
Modul 1 : Mempelajari konsep dasar serta landasan Filosofis dan Psikologis Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Modul ini terdiri dari 2 Kegiatan Belajar. Kegiatan Belajar 1 tentang Konsep Dasar Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Kegiatan Belajar 2 tentang Landasan Filosofis dan Psikologis Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian.<br />
Modul 2 : Mempelajari Penggolongan serta Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian.<br />
Modul ini terdiri dari 2 Kegiatan Belajar, yaitu Kegiatan Belajar 1 tentang Penggolongan Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Sedangkan Kegiatan Belajar 2 tentang Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian.<br />
Modul 3 : Mempelajari Berbagai Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian secara individual. Modul ini terdiri dari 2 Kegiatan Belajar, yaitu Kegiatan Belajar 1 tentang Metode dan Teknik Kunjungan Rumah/Usahatani serta Kegiatan Belajar 2 tentang Metode dan Teknik Inkuiri; Kontak Informil; Petani Model dan Bendera Lapangan.<br />
Modul 4 : Mempelajari Berbagai Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian secara Kelompok. Modul ini terdiri dari 3 Kegiatan Belajar, yaitu Kegiatan Belajar 1 tentang Metode dan Teknik Ceramah; Demonstrasi Cara/Hasil; Diskusi, Kontes dan Magang. Kegiatan Belajar 2 tentang Metode dan Teknik Sekolah Lapangan; Hari Lapangan Petani; Widyawisata dan Klinik. Sedangkan Kegiatan Belajar 3 tentang Metode dan Teknik Mimbar Sarasehan; Temu Wicara; Temu Usaha dan Temu Karya.<br />
Modul 5 : Mempelajari tentang Berbagai Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian secara Massal. Modul ini terdiri dari 2 Kegiatan Belajar, yaitu Kegiatan Belajar 1 tentang Metode dan Teknik secara Massal serta Kegiatan Belajar 2 tentang Metode dan Teknik dengan media tak terproyeksi.<br />
Modul 6 : Mempelajari tentang Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian dengan Media Elektronik/Media Terproyeksi dan Media Interaktif. Modul ini terdiri dari 2 Kegiatan Belajar, yaitu Kegiatan Belajar 1 tentang Metode dan Teknik dengan Media Elektronik/Terproyeksi dan Kegiatan Belajar 2 tentang Metode dan Teknik dengan Media Interaktif.<br />
Modul 7 : Mempraktikkan Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian secara Individual. Modul ini terdiri dari 2 Unit Praktikum, yaitu Unit 1 tentang Praktikum Metode dan Teknik Kunjungan Rumah. Unit 2 tentang Praktikum Metode dan Teknik Bendera Lapangan.<br />
Modul 8 : Mempraktikkan Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian secara kelompok. Modul ini terdiri dari 3 unit Praktikum. Unit 3 Praktikum Metode dan Teknik Demonstrasi Cara. Unit 4 Praktikum metode dan teknik diskusi. Unit 5 Praktikum Metode dan Teknik Sekolah Lapangan.<br />
Metode 9: Mempraktikkan Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian secara massal. Modul ini terdiri Dari 2 Unit Praktikum, yaitu unit 6 Praktikum tentang Metode dari Teknik dengan menggunakan Brosur, Leaflet dan Folder. Sedangkan unit 7 Praktikum Metode dan Teknik melalui siaran Televisi.<br />
<br />
<span style="color: red;"><strong>Modul 1</strong></span><br />
Konsep Dasar serta Landasan Filosofis dan Psikologis Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 1</strong></span><br />
<h2>Konsep Dasar Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian</h2><br />
Metode dan teknik penyuluhan pertanian merupakan cara dan prosedur yang dilakukan penyuluh dalam menyampaikan pesan kepada sasaran agar terjadi perubahan perilaku sesuai tujuan yang ingin dicapai.<br />
Tujuan pemilihan metode dan teknik penyuluhan pertanian untuk mendorong terjadinya efek/perubahan perilaku yang sebanyak-banyaknya dari sasaran, untuk meningkatkan komunikasi dan mengurangi gangguan komunikasi, untuk meningkatkan daya anut sasaran serta untuk mendorong munculnya sifat keterbukaan dan kemandirian petani.<br />
<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 2</strong></span><br />
<h2>Landasan Filosofis dan Psikologis Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian</h2>Untuk dapat memilih serta menggunakan metode dan teknik penyuluhan pertanian dengan baik, seorang penyuluh perlu memahami filsafat pendidikan teori belajar/pembelajaran dan strategi pembelajaran. Filsafat pendidikan yang dipakai dalam penyuluhan pertanian antara lain idealisme, pragmatisme dan realisme.<br />
Ada 3 (tiga) rumpun teori belajar yang dibahas dalam modul ini, yaitu (1) rumpun teori disiplin mental, (2) rumpun teori behaviorisme, dan (3) teori cognitive gestalt field.<br />
Jenis-jenis belajar ada 3 (tiga), yaitu (1) belajar konsep (concept learning), (2) Belajar prinsip (principal learning), dan (3) Belajar pemecahan masalah (problem solving learning).<br />
Strategi pembelajaran mengandung makna untuk mengurangi sampai pada titik minimal penggunaan metode dan teknik penyuluhan dengan sasaran yang "pasif". Strategi pembelajaran lebih mengembangkan penggunaan metode dan teknik yang mendorong sasaran untuk "aktif".<br />
<br />
<strong>Daftar Pustaka</strong><br />
<br />
Anonymous. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yayasan Pengembangan Sinar Tani. <br />
<br />
Axinn, George H. (1988). Guide on Alternative Extension Approaches. Rome: FAO. <br />
<br />
Hamalik, Oemar. (1986). Strategi Belajar-Mengajar Pertanian. Bandung: Pustaka Martim. <br />
<br />
Ingalls, John D. (1973). A Trainer Guide to Andragogy Concepts, Experience and Application. Washington DC.<br />
<br />
Kusnadi, T. (1993). Teknik Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
<br />
Mardikanto, T. (1992). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret Press. <br />
<br />
Morgan, Barton et.al. (1976). Methods in Adult Education. Dunville, Illinois: The Interstate Printer & Publisher, Inc. <br />
<br />
Padmowihardjo, Soedijanto. (2001). Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
<br />
Soedarmanto. (1996). Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian.<br />
<br />
Swanson, Burton E. (1984). Agricultural Extension. Rome: FAO. <br />
<br />
_______________. (1990). Report of the Global Consultation on Agricultural Extension. Rome: FAO.<br />
<br />
Tajima, Takashi. (1999). Agricultural Research and Extension Interface in Asia. Tokyo: APO. <br />
<br />
Van Den Ban, A.W., dan Hawkins. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta.<br />
<br />
<span style="color: red;"><strong>Modul 2</strong></span><br />
Penggolongan serta Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 1</strong></span><br />
<h2>Penggolongan Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian</h2>Metode dan teknik penyuluhan pertanian dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan tergantung pada dasar sudut pandangnya, yaitu (1) berdasarkan strategi pembelajaran; (2) berdasarkan teknik komunikasi; (3) berdasarkan jumlah sasaran; (4) berdasarkan penggunaan media.<br />
<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 2</strong></span><br />
<h2>Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian</h2><br />
Agar proses penyuluhan pertanian dapat berlangsung secara efektif serta memperoleh efek perubahan perilaku sebagaimana diharapkan maka pemilihan metode dan teknik harus mempertimbangkan beberapa faktor secara komprehensif dan bijaksana.<br />
Beberapa dasar pertimbangan yang dipergunakan dalam pemilihan metode dan teknik penyuluhan pertanian adalah:(1) tujuan penyuluhan pertanian (tujuan instruksional), (2) karakteristik sasaran, (3) karakteristik penyuluh, (4) karakteristik daerah, (5) materi penyuluhan, (6) sarana dan biaya, serta (7) kebijaksanaan Pemerintah.<br />
<br />
<strong>Daftar Pustaka</strong><br />
Anonymous. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yayasan Pengembangan Sinar Tani. <br />
Axinn, George H. (1988). Guide on Alternative Extension Approaches. Rome: FAO. <br />
Hamalik, Oemar. (1986). Strategi Belajar-Mengajar Pertanian. Bandung: Pustaka Martim. <br />
Ingalls, John D. (1973). A Trainer Guide to Andragogy Concepts, Experience and Application. Washington DC.<br />
Kusnadi, T. (1993). Teknik Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
Mardikanto, T. (1992). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret Press. <br />
Morgan, Barton et.al. (1976). Methods in Adult Education. Dunville, Illinois: The Interstate Printer & Publisher, Inc. <br />
Padmowihardjo, Soedijanto. (2001). Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
Soedarmanto. (1996). Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian.<br />
Swanson, Burton E. (1984). Agricultural Extension. Rome: FAO. <br />
_______________. (1990). Report of the Global Consultation on Agricultural Extension. Rome: FAO. <br />
Tajima, Takashi. (1999). Agricultural Research and Extension Interface in Asia. Tokyo: APO. <br />
Van Den Ban, A.W., dan Hawkins. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta.<br />
<span style="color: red;"><br />
<strong>Modul 3</strong></span><br />
Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian secara Individual<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 1</strong></span><br />
<h2>Metode dan Teknik "Kunjungan Rumah/Usahatani"</h2><br />
Tujuan pokok kunjungan rumah/usahatani adalah untuk(1) memantapkan hubungan antara petani dan keluarganya dengan penyuluh serta menumbuhkan kepercayaan petani terhadap penyuluh; (2) mendorong timbulnya keterbukaan petani dan keluarganya dalam mengemukakan pendapat dan argumentasi; (3) memberikan informasi secara detail dan bantuan apabila diperlukan petani. Prosedur atau mekanisme kunjungan rumah maupun usahatani meliputi 3 kegiatan, yaitu pra-kunjungan; saat kunjungan dan pasca-kunjungan. Kunjungan dilakukan secara terencana, dan tidak mengganggu kesibukan petani/sasaran.<br />
<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 2</strong></span><br />
<h2>Metode dan Teknik "Inkuiri", "Kontak Informil", "Petani Model", dan "Bendera Lapangan"</h2>Metode dan teknik penyuluhan pertanian secara individual selain kunjungan rumah/usahatani adalah kunjungan kantor (inkuiri); kontak informil; petani model dan bendera lapangan. Inkuiri merupakan kunjungan petani ke kantor atau ke penyuluh untuk mencari informasi dan bantuan. Kontak informil adalah pertemuan yang tidak terstruktur dan/atau tidak terencana antara penyuluh dengan sasaran, yang dimanfaatkan untuk membahas atau menyampaikan informasi atau untuk wahana pembelajaran. Petani model merupakan metode dan teknik penyuluhan pertanian dengan jalan menampilkan atau menekankan pada sosok petani yang dapat dijadikan contoh oleh petani-petani lainnya. Bendera lapangan merupakan metode dan teknik penyuluhan pertanian dengan memanfaatkan bendera sebagai media komunikasi antara penyuluh dan petani dalam penyampaian pesan-pesan berkaitan dengan masalah usahatani.<br />
<br />
<strong>Daftar Pustaka</strong><br />
Anonymous. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yayasan Pengembangan Sinar Tani. <br />
Axinn, George H. (1988). Guide on Alternative Extension Approaches. Rome: FAO. <br />
Hamalik, Oemar. (1986). Strategi Belajar-Mengajar Pertanian. Bandung: Pustaka Martim. <br />
Ingalls, John D. (1973). A Trainer Guide to Andragogy Concepts, Experience and Application. Washington DC.<br />
Kusnadi, T. (1993). Teknik Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
Mardikanto, T. (1992). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret Press. <br />
Morgan, Barton et.al. (1976). Methods in Adult Education. Dunville, Illinois: The Interstate Printer & Publisher, Inc. <br />
Padmowihardjo, Soedijanto. (2001). Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
Soedarmanto. (1996). Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian.<br />
Swanson, Burton E. (1984). Agricultural Extension. Rome: FAO. <br />
_______________. (1990). Report of the Global Consultation on Agricultural Extension. Rome: FAO. <br />
Tajima, Takashi. (1999). Agricultural Research and Extension Interface in Asia. Tokyo: APO. <br />
Van Den Ban, A.W., dan Hawkins. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta.<br />
<br />
<span style="color: red;"><strong>Modul 4</strong></span><br />
Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian secara Kelompok<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 1</strong></span><br />
<h2>Metode dan Teknik "Ceramah", "Demonstrasi", "Diskusi", "Kontes", dan "Magang"</h2>Ceramah merupakan metode dan teknik penyuluhan pertanian yang dilakukan dengan jalan penyajian informasi secara verbal oleh pembicara tunggal terhadap sekelompok pendengar/sasaran. Demonstrasi cara merupakan metode dan teknik penyuluhan pertanian dengan mempertunjukkan bagaimana melakukan sesuatu (teknologi) setahap demi setahap. Adapun demonstrasi hasil merupakan metode dan teknik penyuluhan pertanian dengan memperlihatkan bahwa suatu praktik atau teknologi yang disampaikan memberikan hasil yang berbeda dengan atau lebih baik daripada yang bisa dilakukan setempat.<br />
Diskusi/diskusi kelompok merupakan metode dan teknik penyuluhan pertanian dengan jalan menyampaikan permasalahan dan bertukar pendapat untuk memperoleh pemecahan masalah. Kontes merupakan metode dan teknik penyuluhan pertanian yang didasarkan pada prinsip-prinsip kompetisi dan aktivitas berorientasi komunitas/ kelompok.<br />
Magang merupakan proses pembelajaran antarsesama petani dengan jalan praktik langsung di tempat usahatani/perusahaan petani lain yang lebih tinggi dan lebih baik.<br />
<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 2</strong></span><br />
<h2>Metode dan Teknik "Sekolah Lapangan"; "Hari Lapangan Petani"; "Klinik" dan "Widyawisata"</h2>Sekolah Lapangan merupakan metode dan teknik penyuluhan pertanian yang melaksanakan proses pembelajaran dalam situasi nyata (di lapangan) dan menganut prinsip learning by doing dan discovery learning serta mengikuti daur AKOSA. FFD merupakan metode dan teknik penyuluhan pertanian dengan memanfaatkan sehari atau beberapa hari untuk memamerkan atau mendisplaykan keberhasilan suatu usahatani/teknologi pertanian secara terbuka.<br />
Klinik merupakan metode dan teknik penyuluhan pertanian melalui suatu pertemuan atau serangkaian pertemuan antara petani dan sasaran, guna membahas suatu masalah khusus. Widyawisata merupakan metode dan teknik penyuluhan pertanian dengan melakukan perjalanan bersama untuk melihat dan mempelajari suatu objek atau kemajuan teknologi di suatu tempat.<br />
<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 3</strong></span><br />
<h2>Metode dan Teknik "Mimbar Sarasehan", "Temu Wicara", "Temu Usaha", dan "Temu Karya"</h2>Metode dan teknik penyuluhan pertanian secara kelompok dapat dilaksanakan melalui beberapa pertemuan khusus, yaitu mimbar sarasehan, temu wicara, temu usaha dan temu karya. Mimbar sarasehan adalah pertemuan pejabat pemerintah dengan petani (andalan) untuk memperoleh klarifikasi dan persamaan persepsi terhadap kebijaksanaan pemerintah. Hasil pertemuan dirumuskan dalam bentuk kesepakatan tertulis.<br />
Temu wicara, adalah pertemuan pejabat pemerintah dengan petani untuk memberikan kesempatan kepada petani siapa pun untuk mengerti kebijaksanaan pembangunan pedesaan pada umumnya dan pembangunan pertanian khususnya serta memberikan kesempatan petani untuk mengemukakan masalah, pendapat dan pengalaman. Hasilnya tidak dirumuskan dalam bentuk kesepakatan.<br />
Adapun temu usaha, yaitu pertemuan untuk meningkatkan hubungan kelembagaan dan kemitraan petani dengan pengusaha bidang pertanian. Hasilnya dirumuskan dalam bentuk kesepakatan.<br />
Sedangkan temu karya, yaitu pertemuan antara petani maju dengan petani belum maju untuk menciptakan proses pembelajaran petani belajar kepada petani lain. Hasil pertemuan berupa pengetahuan dan keterampilan tentang suatu inovasi/teknologi untuk diterapkan.<br />
<br />
<strong>Daftar Pustaka</strong><br />
Anonymous. (1995). Daur Belajar dengan Mengalami. Jakarta: Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian. Deptan. <br />
__________. (2001) Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yayasan Pengembangan Sinar Tani.<br />
Axinn, George H. (1988). Guide on Alternative Extension Approaches. Rome: FAO. <br />
Hamalik, Oemar. (1986). Strategi Belajar-Mengajar Pertanian. Bandung: Pustaka Martim. <br />
Ingalls, John D. (1973). A Trainer Guide to Andragogy Concepts, Experience and Application. Washington DC.<br />
Kusnadi, T. (1993). Teknik Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
Mardikanto, T. (1992). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret Press. <br />
Morgan, Barton et.al. (1976). Methods in Adult Education. Dunville, Illinois: The Interstate Printer & Publisher, Inc. <br />
Padmowihardjo, Soedijanto. (2001). Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
Soedarmanto. (1996). Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian.<br />
Swanson, Burton E. (1984). Agricultural Extension. Rome: FAO. <br />
_______________. (1990). Report of the Global Consultation on Agricultural Extension. Rome: FAO.<br />
Tajima, Takashi. (1999). Agricultural Research and Extension Interface in Asia. Tokyo: APO. <br />
Van Den Ban, A.W., dan Hawkins. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta.<br />
<br />
<span style="color: red;"><strong>Modul 5</strong></span><br />
Metode dan Teknik Penyuluhuan Pertanian secara Massal melalui Media Tak Terproyeksi <br />
<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 1</strong></span><br />
<h2>Metode dan Teknik "Kampanye" dan "Pameran"</h2>Kampanye merupakan metode dan teknik penyuluh secara massal yang dilaksanakan dalam periode waktu tertentu, dengan menggunakan berbagai sumber daya secara terkoordinasi untuk memusatkan perhatian masyarakat (sasaran) terhadap permasalahan tertentu dan pemecahannya.<br />
Pameran merupakan metode dan teknik penyuluhan pertanian secara massal yang dilakukan dengan jalan mempertunjukkan secara sistematis berbagai teknologi baru/inovasi pada suatu tempat tertentu.<br />
<br />
<span style="color: blue;">K</span><span style="color: blue;"><strong>egiatan Belajar 2</strong></span><br />
<h2>Metode dan Teknik melalui "Media Cetak"</h2>Metode dan teknik penyuluhan melalui media cetak digunakan untuk menjangkau jumlah sasaran yang tak terbatas. Media cetak yang lazim dipakai adalah brosur, leaflet/folder, majalah, dan surat kabar. Brosur berupa buku yang diperuntukkan para penyuluh, leaflet dan folder ditujukan kepada sasaran/petani. Surat kabar untuk masyarakat secara luas dan majalah untuk masyarakat luas yang telah dikelompokkan menjadi sasaran yang lebih spesifik.<br />
<br />
<strong>Daftar Pustaka</strong><br />
Anonymous. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yayasan Pengembangan Sinar Tani. <br />
Axinn, George H. (1988). Guide on Alternative Extension Approaches. Rome: FAO. <br />
Hamalik, Oemar. (1986). Strategi Belajar-Mengajar Pertanian. Bandung: Pustaka Martim. <br />
Ingalls, John D. (1979). A Trainer Guide to Andragogy Concepts, Experience and Application. Washington DC.<br />
Kusnadi, T. (1999). Teknik Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
Mardikanto, T. (1992). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret Press. <br />
Morgan, Barton et.al. (1976). Methods in Adult Education. Dunville, Illinois: The Interstate Printer & Publisher, Inc. <br />
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (1990). Media Pengajaran. Pusat Penelitian Pengajaran dan Pembidangan Ilmu. Bandung: Lembaga Penelitian IKIP Bandung.<br />
Padmowihardjo, Soedijanto. (2001). Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
Soedarmanto. (1996). Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian.<br />
Swanson, Burton E. (1984). Agricultural Extension. Rome: FAO. <br />
________________. (1990). Report of the Global Consultation on Agricultural Extension. Rome: FAO.<br />
Tajima, Takashi. (1999). Agricultural Research and Extension Interface in Asia. Tokyo: APO. <br />
Umi Wahjuti. (2000). Media Penyuluhan Pertanian. Malang: Diktat I. Akademi Penyuluhan Pertanian. <br />
Van Den Ban, A.W. dan Hawkins. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta<br />
<br />
<span style="color: red;"><strong>Modul 6</strong></span><br />
Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian melalui Media Elektronik; Terproyeksi dan Interaktif <br />
<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 1</strong></span><br />
<h2>Metode dan Teknik melalui Media Elektronik "Siaran Radio" dan "Televisi"</h2>Metode dan teknik penyuluhan pertanian melalui siaran radio merupakan cara dan prosedur penyajian pesan menggunakan media audio kepada sasaran secara luas. Pendayagunaan metode dan teknik ini dilakukan melalui 3 tahap, yaitu tahap persiapan siaran, tahap pelaksanaan siaran, dan tahap pasca-siaran.<br />
Metode dan teknik penyuluhan pertanian melalui siaran televisi merupakan cara dan prosedur penyajian pesan menggunakan media audio-visual kepada sasaran secara luas. Siaran televisi di samping menekankan tata suara, tata bunyi juga tata gerak. Pendayagunaan metode dan teknik melalui tayangan televisi dilakukan melalui 3 tahap, yaitu tahap pra-produksi, tahap produksi, dan tahap pasca-produksi.<br />
<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 2</strong></span><br />
<h2>Metode dan Teknik melalui "Pemutaran Film" dan "Internet"</h2>Metode dan teknik melalui pemutaran film adalah cara dan prosedur penyajian materi penyuluhan pertanian yang dikemas dalam bentuk film menggunakan alat optik. Film yang baik dan efektif adalah yang memenuhi persyaratan teknis, unsur-unsur estetik dan faktor-faktor narasi. Pendayagunaan metode dan teknik melalui pemutaran film dilakukan melalui 3 tahap, yaitu 1) tahap pra-produksi, (2) tahap produksi, dan (3) tahap pasca-produksi. <br />
Metode dan teknik melalui media internet merupakan penyajian informasi yang dapat mengakses seluruh masyarakat dari segala penjuru dunia menggunakan sistem komputer.<br />
<br />
<strong>Daftar Pustaka</strong><br />
Anonymous. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yayasan Pengembangan Sinar Tani. <br />
Axinn, George H. (1988). Guide on Alternative Extension Approaches. Rome: FAO. <br />
Hamalik, Oemar. (1986). Strategi Belajar-Mengajar Pertanian. Bandung: Pustaka Martim. <br />
Ingalls, John D. (1979). A Trainer Guide to Andragogy Concepts, Experience and Application. Washington DC.<br />
Kusnadi, T. (1999). Teknik Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
Mardikanto, T. (1992). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret Press. <br />
Morgan, Barton et.al. (1976). Methods in Adult Education. Dunville, Illinois: The Interstate Printer & Publisher, Inc. <br />
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (1990). Media Pengajaran. Pusat Penelitian Pengajaran dan Pembidangan Ilmu. Bandung: Lembaga Penelitian IKIP Bandung.<br />
Padmowihardjo, Soedijanto. (2001). Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
Soedarmanto. (1996). Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian.<br />
Swanson, Burton E. (1984). Agricultural Extension. Rome: FAO. <br />
________________. (1990). Report of the Global Consultation on Agricultural Extension. Rome: FAO.<br />
Tajima, Takashi. (1999). Agricultural Research and Extension Interface in Asia. Tokyo: APO. <br />
Umi Wahjuti. (2000). Media Penyuluhan Pertanian. Malang: Diktat I. Akademi Penyuluhan Pertanian. <br />
Van Den Ban, A.W. dan Hawkins. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta<br />
<br />
<span style="color: red;"><strong>Modul 7</strong></span><br />
Praktikum Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian secara Individual<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 1</strong></span><br />
Unit 1<br />
<h2>Praktikum Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian "Kunjungan Rumah Petani"</h2>Agar pelaksanaan metode dan teknik kunjungan rumah petani menjadi lebih efektif perlu dilakukan persiapan-persiapan sebelumnya yang meliputi persiapan: tujuan, sasaran, jadwal, materi, alat dan bahan, daftar pertanyaan serta media lain bila diperlukan. Selanjutnya, apabila kunjungan telah dilakukan maka dilanjutkan pula dengan monitoring untuk melihat apakah ada perubahan perilaku sasaran. Begitu pula penyuluh harus memenuhi janji yang telah disampaikan kepada petani.<br />
<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 2</strong></span><br />
Unit 2<br />
<h2>Praktikum Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian "Bendera Lapangan"</h2>Penggunaan metode dan teknik bendera lapangan merupakan komunikasi tertulis dari penyuluh kepada petani. Pelaksanaan metode dan teknik bendera lapangan ini harus benar-benar diperhatikan karena kertas berisi pesan bisa hilang sebelum sempat dibaca petani. Bagi penyuluh metode dan teknik ini menguntungkan karena waktu yang dipergunakan relatif cepat.<br />
<br />
<strong>Daftar Pustaka</strong><br />
Anonymous. (2000). Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Badan Pengembangan SDM. Deptan. <br />
_________. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yayasan Pengembangan Sinar Tani. <br />
Axinn, George H. (1988). Guide on Alternative Extension Approaches. Rome: FAO. <br />
Hamalik, Oemar. (1986). Strategi Belajar-Mengajar Pertanian. Bandung: Pustaka Martim. <br />
Ingalls, John D. (1973). A Trainer Guide to Andragogy Concepts, Experience and Application. Washington DC.<br />
Kusnadi, T. (1999). Teknik Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
Mardikanto, T. (1992). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret Press. <br />
Mascelli, Joseph V. (1986). Sinematografi. Terjemahan H.M.Y. Biran. Jakarta: Yayasan Citra. <br />
Morgan, Barton et.al. (1976). Methods in Adult Education. Dunville, Illinois: The Interstate Printer & Publisher, Inc. <br />
Padmowihardjo, Soedijanto. (2001). Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
Soedarmanto. (1996). Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian.<br />
Swanson, Burton E. (1984). Agricultural Extension. Rome: FAO. <br />
___________. (1990). Report of the Global Consultation on Agricultural Extension. Rome: FAO.<br />
Tajima, Takashi. (1999). Agricultural Research and Extension Interface in Asia. Tokyo: APO. <br />
Van Den Ban, A.W. dan Hawkins. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta<br />
<br />
<span style="color: red;"><strong>Modul 8</strong></span><br />
Praktikum Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian secara Kelompok <br />
<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 1</strong></span><br />
Unit 3<br />
<h2>Praktikum Metode dan Teknik "Demontrasi Cara"</h2><br />
Metode dan teknik demonstrasi cara dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa: <br />
1. Tingkat perkembangan berpikir tiap individu berbeda.<br />
2. Sifat materi yang disampaikan tidak semua sama.<br />
3. Tipe belajar tiap individu berbeda.<br />
<br />
Agar penggunaan metode dan teknik demonstrasi cara lebih efektif maka langkah kerja meliputi persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut secara cermat.<br />
<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 2</strong></span><br />
Unit 4<br />
<h2>Praktikum Metode dan Teknik "Diskusi"</h2>Metode dan teknik diskusi merupakan cara penyajian materi penyuluhan pertanian dengan bertukar pendapat, yaitu sasaran dihadapkan kepada suatu permasalahan untuk dipecahkan bersama. Dalam penggunaan metode dan teknik ini ditetapkan personel-personel yang terlibat dalam diskusi, meliputi (1) pimpinan diskusi atau moderator; (2) pemrasaran atau penyaji; (3) notulis; (4) narasumber; (5) audience.<br />
<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 3</strong></span><br />
Unit 5<br />
<h2>Praktikum Metode dan Teknik "Sekolah Lapangan"</h2>Sekolah lapangan merupakan metode dan teknik penyuluhan pertanian menggunakan strategi pembelajaran penemuan/discovery learning, cara belajar lewat pengalaman (CBLP) dan diselenggarakan dalam situasi nyata. Fungsi penyuluh adalah sebagai fasilitator atau pemandu bukan pengajar, melainkan membantu menyiapkan kondisi belajar yang kondusif. Isi materi dan prinsip-prinsip ilmu diperoleh sendiri oleh sasaran melalui proses penemuan/pengalaman.<br />
<br />
<strong>Daftar Pustaka</strong><br />
Anonymous. (2000). Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Badan Pengembangan SDM. Deptan. <br />
_________. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yayasan Pengembangan Sinar Tani. <br />
Axinn, George H. (1988). Guide on Alternative Extension Approaches. Rome: FAO. <br />
Hamalik, Oemar. (1986). Strategi Belajar-Mengajar Pertanian. Bandung: Pustaka Martim. <br />
Hatidjo, G. (1989). Media Pembelajaran. Bandung: FIP IKIP Bandung.<br />
Ingalls, John D. (1973). A Trainer Guide to Andragogy Concepts, Experience and Application. Washington DC.<br />
Kusnadi, T. (1993). Teknik Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
Mardikanto, T. (1992). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret Press. <br />
Mascelli, Joseph V. (1986). Sinematografi. Terjemahan H.M.Y. Biran. Jakarta: Yayasan Citra. <br />
Morgan, Barton et.al. (1976). Methods in Adult Education. Dunville, Illinois: The Interstate Printer & Publisher, Inc. <br />
Padmowihardjo, Soedijanto. (2001). Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
Soedarmanto. (1996). Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian.<br />
Swanson, Burton E. (1984). Agricultural Extension. Rome: FAO. <br />
___________. (1990). Report of the Global Consultation on Agricultural Extension. Rome: FAO.<br />
Tajima, Takashi. (1999). Agricultural Research and Extension Interface in Asia. Tokyo: APO. <br />
Van Den Ban, A.W. dan Hawkins. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta.<br />
<br />
<span style="color: red;"><strong>Modul 9</strong></span><br />
Praktikum Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian secara Massal<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 1</strong></span><br />
Unit 6<br />
<h2>Praktikum Metode dan Teknik melalui "Media Poster"</h2>Pendayagunaan poster sebagai metode dan teknik penyuluhan pertanian adalah untuk tujuan menarik perhatian masyarakat, membujuk, memotivasi atau memperingatkannya terhadap suatu gagasan atau fakta.<br />
Untuk memperoleh poster yang menarik dan mempunyai efek yang baik maka sebaiknya gambar dan kata-kata harus sederhana, jelas, singkat dan tampak hidup.<br />
<br />
<span style="color: blue;"><strong>Kegiatan Belajar 2</strong></span><br />
Unit 7<br />
<h2>Praktikum Metode dan Teknik melalui "Siaran Televisi"</h2>Metode dan teknik melalui siaran televisi adalah penyajian materi penyuluhan pertanian secara massal melalui media audiovisual. Agar penyajian materi menjadi efektif, ada 2 macam persyaratan, yaitu (1) materi harus menarik, sesuai kebutuhan sasaran, mendukung program pembangunan, dan up to dat, (2) penyajian materi memenuhi persyaratan editorial, yaitu persyaratan teknis, unsur-unsur estetika dan faktor-faktor naratif. Pendayagunaan metode dan teknik ini dilakukan melalui langkah-langkah dalam tahapan berikut ini.<br />
1. Pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi.<br />
2. Penayangan.<br />
3. Tindak Lanjut.<br />
<br />
<strong>Daftar Pustaka</strong><br />
Anonymous. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yayasan Pengembangan Sinar Tani.<br />
Axinn, George H. (1988). Guide on Alternative Extension Approaches. Rome: FAO. <br />
Hamalik, Oemar. (1986). Strategi Belajar-Mengajar Pertanian. Bandung: Pustaka Martim. <br />
Ingalls, John D. (1973). A Trainer Guide to Andragogy Concepts, Experience and Application. Washington DC.<br />
Kusnadi, T. (1999). Teknik Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
Mardikanto, T. (1992). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret Press. <br />
Mascelli, Joseph V. (1986). Sinematografi. Terjemahan H.M.Y. Biran. Jakarta: Yayasan Citra. <br />
Morgan, Barton et.al. (1976). Methods in Adult Education. Dunville, Illinois: The Interstate Printer & Publisher, Inc. <br />
Padmowihardjo, Soedijanto. (2001). Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. <br />
Soedarmanto. (1996). Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian.<br />
Swanson, Burton E. (1984). Agricultural Extension. Rome: FAO. <br />
_______________. (1990). Report of the Global Consultation on Agricultural Extension. Rome: FAO.<br />
Tajima, Takashi. (1999). Agricultural Research and Extension Interface in Asia. Tokyo: APO. <br />
Van Den Ban, A.W. dan Hawkins. (2001). Penyuluhan Pertanian. Jakarta.2<br />
<br />
<span class="article_separator"> </span> <div id="ja-colwrap"> <div id="ja-colwrap-bot"> <div id="ja-colwrap-top"> <div class="ja-innerpad" style="height: 9584px;"> <div id="ja-col1"> <div class="moduletable"> <ul class="menu"><li class="item70"><a href="http://pustaka.ut.ac.id/"><span>Menu Utama</span></a></li>
<li class="item73"><a href="http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=category&id=28&Itemid=73"><span>FEKON</span></a></li>
<li class="item74"><a href="http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=category&id=29&Itemid=74"><span>FISIP</span></a></li>
<li class="item75"><a href="http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=category&id=30&Itemid=75"><span>FKIP</span></a></li>
<li class="active item76" id="current"><a href="http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=category&id=31&Itemid=76"><span>FMIPA</span></a></li>
<li class="item77"><a href="http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=category&id=33&Itemid=77"><span>MKDU</span></a></li>
<li class="item78"><a href="http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=category&id=32&Itemid=78"><span>Pasca Sarjana</span></a></li>
<li class="item80"><a href="http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort"><span>BMP Rangkuman</span></a></li>
</ul></div><div class="moduletable"> <h3><span>Belajar Online</span></h3><ul class="menu"><li class="item5"><a href="http://student.ut.ac.id/" target="_blank"><span>UT Online Learning</span></a></li>
<li class="item4"><a href="http://www.ut.ac.id/html/suplemen/suplemen.htm" target="_blank"><span>Web Suplemen</span></a></li>
<li class="item6"><a href="http://www.ut.ac.id/index.php?option=com_docman&task=doc_download&gid=140&Itemid=95&lang=in" target="_blank"><span>Jadwal Siaran RRI - UT</span></a></li>
<li class="item7"><a href="http://www.ut.ac.id/html/Strategi-bjj/index.html" target="_blank"><span>Belajar Mandiri</span></a></li>
<li class="item8"><a href="http://ebook.ut.ac.id/" target="_blank"><span>Toko Buku Online</span></a></li>
<li class="item27"><a href="http://pandoralom.ut.ac.id/" target="_blank"><span>Learning Object</span></a></li>
<li class="item28"><a href="http://gurupintar.ut.ac.id/" target="_blank"><span>Guru Pintar Online</span></a></li>
<li class="item29"><a href="http://e-humaniora.ut.ac.id/" target="_blank"><span>e-Humaniora</span></a></li>
<li class="item30"><a href="http://bipa.ut.web.id/" target="_blank"><span>BIPA - UT</span></a></li>
</ul></div></div></div></div></div></div><br />
<div class="clearfix" id="ja-footerwrap"> <div class="clearfix" id="ja-footer"> <small></small><small class="ja-copyright"><a href="http://www.joomlart.com/" target="blank" title="Visit Joomlart.com!"><br />
</a> </small> </div></div>Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-37252614280359708642011-07-06T03:15:00.000-07:002011-07-06T03:15:45.616-07:00METODE PENYULUHAN PERTANIAN<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-0TGXmk9L_dc/ThQ1kwsh5CI/AAAAAAAAAKo/LdaRhRozVjU/s1600/DSC00013.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="160" src="http://1.bp.blogspot.com/-0TGXmk9L_dc/ThQ1kwsh5CI/AAAAAAAAAKo/LdaRhRozVjU/s200/DSC00013.JPG" width="200" /></a></div>Metode Penyuluhan Pertanian adalah cara penyampaian materi (isi pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian kepada petani beserta anggota keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau & mampu menggunakan inovasi baru. <a name='more'></a><br />
<br />
Tujuan pemilihan metode penyuluhan adalah : <br />
agar penyuluh pertanian dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa metode yg tepat & berhasil guna, agar kegiatan penyuluhan pertanian yg dilaksanakan untuk menimbulkan perubahan yg dikehendaki yaitu perubahan perilaku petani & anggota keluarganya dapat berdayaguna & berhasilguna.<br />
<br />
Prinsip Metode Penyuluhan Pertanian adalah :<br />
Mengerjakan; artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat utk menerapkan sesuatu.<br />
Akibat; artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yg memberi pengaruh baik.<br />
Asosiasi; artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dg kegiatan lainnya. <br />
<br />
Prinsip dalam metode penyuluhan pertanian meliputi:<br />
1. Upaya Pengembangan berpikir kreatif :<br />
Prinsip ini dimaksudkan melalui penyuluhan pertanian harus mampu menghasilkan petani yg mandiri, mampu mengatasi permasalahan yg dihadapi & mampu mengembangkan kreativitasnya.<br />
<br />
2. Tempat yg paling baik adalah di tempat kegiatan sasaran :<br />
Prinsip ini mendorong petani belajar pada situasi nyata sesuai permasalahan yg dihadapi.<br />
<br />
3. Setiap individu terkait dg lingkungan sosialnya :<br />
Prinsip ini mengingatkan penyuluh bahwa keputusan yg diambil petani dilakukan berdasarkan lingkungan sosialnya.<br />
<br />
4. Ciptakan hubungan yg akrab dg sasaran :<br />
Keakraban hubungan penyuluh & sasaran memungkinkan terciptanya keterbukaan sasaran dalam mengemukakan masalahnya.<br />
<br />
5. Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan. <br />
<br />
Penggolongan Metode Penyuluhan Pertanian.<br />
a. Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan pertanian digolongkan menjadi :<br />
1) komunikasi langsung (direct communication/face to face communication), contoh <br />
: obrolan di sawah, obrolan di balai desa, obrolan di rumah, telepon/HP, <br />
kursus tani, demonstrasi karyawisata, pameran;<br />
2) komunikasi tidak langsung (inderect communication), pesan disampaikan melalui <br />
perantara (medium atau media), contoh : publikasi dalam bentuk cetakan, <br />
poster, siaran radio/TV, pertunjukan film.<br />
<br />
b. Berdasarkan jumlah sasaran yg dicapai digolongkan menjadi : <br />
1) pendekatan perorangan, contoh : kunjungan rumah, kunjungan usaha tani, surat-<br />
menyurat, hubungan telepon; <br />
2) pendekatan kelompok, contoh : diskusi kelompok, demonstrasi (cara atau <br />
hasil), karyawisata, temu lapang, kursus tani;<br />
3) pendekatan massal, contoh : pameran, pemutaran film, siaran pedesaan/TV, <br />
pemasangan poster, pemasangan spanduk, penyebaran bahan bacaan (folder, <br />
leaflet, brosur).<br />
<br />
c. Berdasarkan indera penerima digolongan menjadi :<br />
1) yg diterima indera penglihatan, contoh : poster, film, pemutaran slide; <br />
2) yg diterima indera pendengaran, contoh : siaran TV/radio, pidato, ceramah, <br />
hubungan telepon; <br />
3) yg diterima beberap indera, contoh : demonstrasi (cara atau hasil), siaran TV <br />
, pameran.<br />
<br />
Jenis-jenis Metode Penyuluhan Pertanian<br />
1). Ceramah<br />
- Ceramah adalah menyampaikan informasi kepada sasaran pada suatu rapat/pertemuan<br />
- Tujuan : menyampaikan informasi yg lengkap & cepat dg penjelasan mendalam<br />
- Teknik pelaksanaan :<br />
a. Isi ceramah disesuaikan dg program/kegiatan penyuluh<br />
b. Siapkan topik yg akan disampaikan sebaik-baiknya<br />
c. Beritahukan kepada peserta tentang topik yg akan dibahas<br />
d. Gunakan alat peraga/alat bantu<br />
e. Beri selebaran utk menambah pengertian & mendalami masalah<br />
f. Sebanyak mungkin sertakan peserta dalam pembahasan masalah<br />
- Manfaat<br />
a. Efektivitasnya tinggi<br />
b. Informasi yg disampaikan dapat lebih mendalam<br />
- Kelemahan<br />
Menjemukan apabila materi ceramah disampaikan dg cara yg kurang baik & tanpa alat peraga<br />
<br />
2). Demonstrasi<br />
- Metode demonstrasi adalah menunjukkan suatu cara atau pembuktian suatu hasil usaha tani yg lebih baik secara bertahap<br />
- Tujuan :<br />
a. Meyakinkan petani terhadap suatu cara yg lebih baik & <br />
menguntungkan<br />
b. Menunjukkan hasil suatu cara baru<br />
c. Memperlihatkan suatu keuntungan dari suatu anjuran<br />
d. Memberi kesempatan kepada petani utk berperan aktif<br />
e. Memberi kesempatan kepada petani utk meningkatkan <br />
pengetahuan & ketrampilan secara nyata<br />
- Teknik :<br />
a. Prademonstrasi<br />
* Menentukan isi peragaan<br />
* Mempersiapkan penyajian<br />
b. Pada saat demonstrasi dilaksanakan<br />
* Menempatkan posisi audience/tempat duduk agar dapat <br />
memperhatikan peragaan dg baik<br />
* Setiap langkah proses demonstrasi diperagakan secara hati-hati<br />
* Tuntaskan peragaan tiap langkah sebelum beralih pada peragaan <br />
berikutnya<br />
* Berilah penjelasan mengapa, bagaimana & kapan langkah itu <br />
tepat dilakukan. Tulislah butir-butir inti yg penting dalam papan <br />
tulis<br />
* Peragaan hendaknya mendapat tahapan penjelasan secara lisan atau <br />
dg alat bantu<br />
* Berikan kesempatan pada audience utk mencoba peragaan secara <br />
langsung<br />
* Rangsanglah audience utk bertanya<br />
* Berikan waktu utk berdiskusi<br />
* Berikan rangkuman apa yg telah dilakukan dalam proses peragaan <br />
tersebut<br />
- Jenis Demonstrasi<br />
A. Berdasarkan Materi<br />
a. Demonstrasi Cara<br />
Tujuan : untuk meningkatkan kecakapan & ketrampilan dari <br />
para sasaran<br />
Contoh : pemupukan, penggunaan alat perontok<br />
b. Demonstrasi Hasil<br />
Tujuan : agar sasaran mau & mampu menerapkan teknologi yg <br />
didemostrasi<br />
Contoh : pembuatan pupuk bokasi<br />
c. Demonstrasi Cara & Hasil<br />
Tujuan : Peragaan cara yg memperagakan cara sekaligus hasilnya <br />
agar sasaran memiliki kecakapan & ketrampilan serta <br />
mampu menerapkan dalam usahataninya<br />
B. Berdasarkan Materi & Demonstratornya<br />
a. Demonstrasi Plot Usahatani (Demplot)<br />
Demonstrasi dilakukan secara perorangan dg mengusahakan komoditi <br />
tertentu dg luasan 0,1-0,5 ha atau satu unit usaha peternakan keluarga<br />
b. Demonstrasi Usahatani secara kelompok (Demfarm)<br />
Demonstrasi dilakukan oleh kelompok tani dg luasan 1-5 ha utk komoditi <br />
yg memerlukannya<br />
c. Demonstrasi Usahatani gabungan kelompok (Dem Area)<br />
Demonstrasi dilakukan secara bersama antar kelompok tani dalam satu <br />
wilayah/hamparan<br />
3). Anjangsana/Kunjungan rumah atau tempat usaha<br />
- Adalah kunjungan terencana penyuluh ke rumah/tempat usaha petani<br />
- Tujuan :<br />
a. Penyampaian informasi & atau melakukan bimbingan penerapan teknologi<br />
b. Menjalin keakraban & menumbuhkan kepercayaan petani kepada penyuluh<br />
- Teknis pelaksanaan :<br />
a. Kunjungan sebaiknya dilakukan secara terencana<br />
b. Usahakan agar waktu kunjungan tidak mengganggu petani<br />
c. Bila mungkin siapkan brosur atau bahan lain sebagai bahan informasi<br />
d. Bersikaplah ramah, bersahabat & penuh rasa kekeluargaan<br />
e. Jangan bersikap terlalu resmi atau menggurui<br />
f. Catat : hasil kunjungan, masalah yg dibicarakan & yg belum terpecahkan, pesan petani dalam bentuk risalah<br />
- Manfaat :<br />
a. Membantu memecahkan masalah petani secara langsung<br />
b. Hubungan persahabatan, kekeluargaan, kepercayaan dapat dibina dg baik<br />
c. Mempercepat proses adopsi<br />
- Kelemahan :<br />
a. Memakan banyak waktu & tenaga<br />
b. Jumlah petani yg dapat dikunjungi terbatas karena terbatasnya penyuluh<br />
<br />
4). Kursus Tani<br />
Kursus tani merupakan proses belajr mengajar yang khusus diperuntukan bagi petani dan keluarganya yang diselenggarakan secara sistematis, teratur dan dalam jangka waktu tertentu.<br />
<br />
5). Magang<br />
Magang merukan proses belajar mengajar anatar petani, dimana seorang petani belajar dari pengalaman kerjanya pada suatu usatani dalam keadaan sesungguhnya di lapangan dengan bimbingan petani yang berhasil menjalankan usahanya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
6). Mimbar sarasehan <br />
Mimbar sarasehan merupakan forum konsultasi antar kelompok andalan dan berkesinambungan untuk membicarakan memusyawarah-kan dan mencapai kesepakatan mengenai hal-hal yang menyangkut masalah-masalah pelaksanaan program pemerintah dan kegiatan petani dalam rangka pembangunan pertanian. <br />
<br />
7). Pameran<br />
Pameran merupakan usaha untuk memperhatikan atau mempertunjuk-kan model, contoh, barang, peta, grafik, benda hidup dan sebagainya secara sistematis pada suatu tempat tertentu. Suatu pameran melingkupi tiga tahap usaha komunikasi yaitu menarik perhatian, mengguggah hati dan membangkitkan keinginan serta bila memungkin tahap menyakinkan diharapkan dapat juga tercapai<br />
<br />
8). Perlombaan<br />
Perlombaan merupakan kegiatan dengan aturan tertentu untuk menumbuhkan persaingan yang sehat antar petani untuk mencapai prestasi yang diinginkan secara maksimal<br />
<br />
9). Pertemuan Diskusi<br />
- Adalah pertemuan dg jumlah peserta tidak lebih dari 20 orang, biasanya diadakan utk bertukar pendapat tentang kegiatan yg akan dilakukan atau utk mengumpulakan saran dalam memecahkan masalah<br />
- Tujuan : Mengajak petani membicarakan & memecahkan masalah yg ada<br />
- Teknik :<br />
a. Perlu ditetapkan pemimpin diskusi, penulis & narasumber. Pemimpin & narasumber disesuaikan dg materi yg dibicarakan<br />
b. Semua peserta diberi kesempatan mengemukakan pendapatnya<br />
c. Kesimpulan & sara dibuat diakhir pertemuan & disepakati peserta<br />
- Manfaat :<br />
a. Menumbuhkan kreativitas<br />
b. Menumbuhkan rasa memiliki & bertanggung jawab terhadap kegiatan<br />
- Kelemahan :<br />
a. Kemungkinan utk mendapatkan orang2 yg berpartisipasi baik sulit<br />
b. Keputusan yg diambil kemungkinan tdk dpt memuaskan semua orang<br />
<br />
Peranan pemimpin diskusi :<br />
a. Sebagai pengatur lalu lintas :<br />
- Menujukan pertanyaan pada anggota kelompok tertentu<br />
- Menjaga agar tidak semua anggota berbicara serempak tanpa mengindahkan mengambil bagian secara bergilir<br />
- Mencegah dikuasainya diskusi oleh orang tertentu yg gemar berbicara<br />
- Membuka kesempatan kepada orang tertentu yg pemalu atau pendiam agar menyumbangkan ide<br />
- Mengatur tiap pembicaraan dapat ditangkap dg jelas oleh pendengar<br />
<br />
b. Sebagai dinding penangkis<br />
Menerima pertanyaan2 dari peserta & dikembalikan pada kelompok sehingga tidak terjadi tanya jawab antara sebagian kecil peserta saja<br />
<br />
c. Sebagai penunjuk jalan, langkah yg harus dipahami & dijadikan pedoman adalah :<br />
- Masalah apa yg dihadapi<br />
- Soal penting mana yg terdapat dalam masalah tersebut<br />
- Kemungkinan jawaban yg bagaimanakah yg dapat dirumuskan oleh kelompok diskusi terhadap suatu masalah<br />
- Hal apa & yg mana telah diterima oleh suara terbanyak sebagai persetujuan<br />
- Tindakan apa yg sudah direncanakan, siapa yg meaksanakan & kapan<br />
<br />
<br />
<br />
10). Temu Karya<br />
Temu karya merupakan pertemuan antar petani untuk bertukar pikiran dan pengalaman serta belajar atau saling mengajarkan sesuatu ketrampilan dan pengetahuan untuk diterapkan<br />
<br />
11). Temu Lapang<br />
Temu lapang meruapakan pertemuan antara petani dengan peneliti untuk saling tukar menukar informasi tentang tenologi yang dihasilkan oleh peneliti dan umpan baik dari petani.<br />
<br />
12). Temu Tugas<br />
Temu tugas merupakan pertemuan berkala antara pengemban fungsi penyuluhan, penelitian pengaturan & pelayanan dalam lingkup pertanian.<br />
<br />
13). Temu Usaha<br />
Temu usaha merupakan pertemuan antara petani dengan pengusaha dibidang pertanian<br />
<br />
14). Temu Wicara<br />
Merupakan pertemuan petani dg pemerintah utk bertukar pikiran ttg kebijakan pemerintah dalam pembangunan, khususnya pertanian serta mengenai keinginan, gagasan & pelaksanaan pembangunan oleh petani di lapangan.<br />
<br />
15). Widyawisata<br />
Merupakan perjalanan bersama yg dilakukan kelompok tani, utk belajar dg melihat suatu penerapan teknologi dalam keadaan yg sesungguhnya, atau melihat suatu akibat tidak diterapkannya teknologi di suatu tempat.<br />
<br />
16). Karyawisata<br />
Merupakan perjalanan bersama yg dilakukan kelompok tani, untuk belajar sambil bekerja, melihat penerapan teknologi dalam keadaan sesungguhnya. <br />
<br />
17). Sekolah Lapang<br />
Merupakan kegiatan pertemuan berkala sekelompok petani pada hamparan tertentu, yg diawali dg membahas masalah yg sedang dihadapi, kemudian diikuti curah pendapat, berbagi pengalaman tentang alternatif & pemilihan cara pemecahan masalah yg paling efektif & efisien sesuai dg sumberdaya yg dimiliki.<br />
<br />
<br />
Pemilihan Metode Penyuluhan Pertanian<br />
Pertimbangan dalam pemilihan metoda penyuluhan pertanian :<br />
Karakteristik sasaran (tingkat pengetahuan; ketrampilan dan sikap sasaran; kondisi sosial budaya sasaran penyuluhan; banyaknya sasaran yang dicapai).<br />
Sumber daya penyuluh (Ilmu; Keterampilan; Sikap; Materi Penyuluhan; Sarana dan Biaya)<br />
Karakteristik daerah (Musim dan iklim; Keadaan usahatani; Keadaan lapangan)<br />
Kebijaksanaan pemerintah<br />
<br />
LANGKAH-LANGKAH PEMILIHAN METODE PENYULUHAN<br />
1. Menghimpun dan Menganalisa Data<br />
a. Sasaran<br />
(1) Golongan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan jumlah <br />
masing-masing golongan dan keseluruhan<br />
<br />
(2) Adat kebiasaan, norma-norma dan pola kepemimpinan<br />
<br />
(3) Bentuk-bentuk usaha tani sasaran<br />
<br />
(4) Ketersedian mereka sebagai demonstrator dan jumlah petani maju<br />
<br />
b. Penyuluh dan kelengkapannya<br />
(1) Kemampuan penyuluh, jumlah penyuluh, pengetahuan dan keterampilan <br />
penyuluhan<br />
(2) Materi penyuluhan/pesan <br />
(3) Sarana dan prasarana penyuluhan<br />
(4) Biaya yang ada<br />
c. Keadaan Daerah dan Kebijaksanaan Pemerintah<br />
<br />
(1) Musim/Iklim<br />
(2) Keadaan lapangan (topografi), jenis tanah, sistem pengairan dan pertanaman<br />
(3) Perhubungan jalan, listrik dan telepon<br />
(4) Kebijaksanaan pemerintah Pusat dan Daerah<br />
setempat setelah mempunyai data dasar, ditetapkan <br />
tahap penerapan sasaran<br />
<br />
2. Menetapkan Alternatif Metode Penyuluhan Pertanian<br />
a. Metode dg pendekatan masal dipergunakan untuk menarik perhatian, menumbuhkan <br />
minat & keinginan, serta memberikan informasi selanjutnya<br />
b. Metode dg pendekatan kelompok dipergunakan untuk dapat memberikan informasi <br />
yg lebih rinci tentang teknologi atau praktek. Membantu seseorang dari tahap <br />
menginginkan ke mencoba atau sampai menerapkan<br />
c. Metode pendekatan perorangan, biasanya sangat berguna dalam tahap mencoba <br />
hingga menerapkan<br />
d. Faktor lain yg memegang peranan adalah masa kerja penyuluh di suatu tempat. <br />
Penyuluh yg belum lama bekerja di suatu daerah perlu mengenal situasi & <br />
kondisi daerah kerjanya yg terbaik adalah pendekatan perorangan.<br />
<br />
3. Menetapkan Metode Penyuluhan Pertanian<br />
Apabila lebih dan satu metode penyuluhan yang terpilih, maka pelaksanaannya <br />
dapat di lakukan sebagai berikut :<br />
a. pengulangan: Misalnya kursus tani I diulang dengan yang ke II<br />
dan seterusnya dengan materi yang berlanjut<br />
b. Urutan: Misalnya kursus tani diikuti karyawisata, perlombaan dll<br />
c. Kombinasi: Misalnya pada waktu demontrasi usaha tani <br />
sekali dilaksanakan lomba antar peserta dan publikasi hasil.<br />
Perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :<br />
a. Metode penyuluhan pertanian yang ditentukan harus dapat <br />
mengembangkan swakarsa dan swadaya petani sasaran.<br />
b. Metode penyuluhan pertanian yang ditetapkan harus dapat <br />
memungkinkan disampaikannya penyuluhan yang sesuai dengan <br />
sasaran, cukup dalam jumlah dan mutu, tepat sasaran dan waktu,<br />
mudah diterima dan dimengerti, pengguna fasilitas dan media secara<br />
berhasil guna<br />
c. Metode yang digunakan lebih efisien dan efektif bagi penyuluh<br />
d. Harus dapat memungkinkan kelanjutan pelaksanaannya.<br />
e. Harus memungkinkan turut sertanya secara aktif dari sasaran.<br />
f. Biayah yang diperlukan dalam pelaksanaan metode penyuluhan <br />
pertanian yang terpilih relatif lebih murah <br />
<div class="post-footer"> <div class="post-footer-line post-footer-line-1"><span class="post-author vcard"> Diposkan oleh <span class="fn">POSYANLUH PERTANIAN</span> </span> <span class="post-timestamp"> di <a class="timestamp-link" href="http://bp3kpkerinci.blogspot.com/2011/03/metode-penyuluhan-pertanian.html" rel="bookmark" title="permanent link"><abbr class="published" title="2011-03-16T05:00:00-07:00">05:00</abbr></a> </span> <span class="post-comment-link"> </span> <span class="post-icons"> <span class="item-action"> <a href="http://www.blogger.com/email-post.g?blogID=3992257979625709256&postID=7370611290193962973" title="Posting Email"> <img alt="" class="icon-action" height="13" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_email.gif" width="18" /> </a> </span> <span class="item-control blog-admin pid-267819373"> <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=3992257979625709256&postID=7370611290193962973&from=pencil" title="Edit Entri"> <img alt="" class="icon-action" height="18" src="http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" width="18" /> </a> </span> </span> <div class="post-share-buttons goog-inline-block"> <a class="goog-inline-block share-button sb-email" href="http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=3992257979625709256&postID=7370611290193962973&target=email" target="_blank" title="Kirimkan Ini lewat Email"> <span class="share-button-link-text">Kirimkan Ini lewat Email</span> </a><a class="goog-inline-block share-button sb-blog" href="http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=3992257979625709256&postID=7370611290193962973&target=blog" onclick="window.open(this.href, "_blank", "height=270,width=475");
return false;" target="_blank" title="BlogThis!"> <span class="share-button-link-text">BlogThis!</span> </a><a class="goog-inline-block share-button sb-twitter" href="http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=3992257979625709256&postID=7370611290193962973&target=twitter" target="_blank" title="Berbagi ke Twitter"> <span class="share-button-link-text">Berbagi ke Twitter</span> </a><a class="goog-inline-block share-button sb-facebook" href="http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=3992257979625709256&postID=7370611290193962973&target=facebook" onclick="window.open(this.href, "_blank", "height=430,width=640");
return false;" target="_blank" title="Berbagi ke Facebook"> <span class="share-button-link-text">Berbagi ke Facebook</span> </a><a class="goog-inline-block share-button sb-buzz" href="http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=3992257979625709256&postID=7370611290193962973&target=buzz" onclick="window.open(this.href, "_blank", "height=415,width=690");
return false;" target="_blank" title="Berbagi ke Google Buzz"> <span class="share-button-link-text">Berbagi ke Google Buzz</span> </a> <div class="goog-inline-block dummy-container"><div id="___plusone_0" style="background: none repeat scroll 0% 0% transparent; border-style: none; display: inline-block; float: none; height: 20px; margin: 0pt; padding: 0pt; text-indent: 0pt; width: 90px;"><iframe allowtransparency="true" frameborder="0" hspace="0" id="I1_1309997358905" marginheight="0" marginwidth="0" name="I1_1309997358905" scrolling="no" src="https://plusone.google.com/u/0/_/+1/button?source=blogger&hl=in&jsh=r%3Bgc%2F22203364-e7648d15#url=http%3A%2F%2Fbp3kpkerinci.blogspot.com%2F2011%2F03%2Fmetode-penyuluhan-pertanian.html&size=medium&count=true&id=I1_1309997358905&parent=http%3A%2F%2Fbp3kpkerinci.blogspot.com&rpctoken=147358892&_methods=onPlusOne%2C_ready%2C_close%2C_open%2C_resizeMe" style="height: 20px; left: 0pt; position: static; top: 0pt; visibility: visible; width: 90px;" tabindex="-1" vspace="0" width="100%"></iframe></div></div></div><span class="post-backlinks post-comment-link"> </span> </div></div>Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-60479281583050561372011-07-04T21:17:00.000-07:002011-07-04T21:22:03.011-07:00TIP CEGAH KANKER DENGAN BIJI ANGGUR<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" id="shadow"><tbody>
<tr><td class="inner"><div id="pageberita"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td><div id="news"><div class="pageberita"><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-Vex6gewKx5I/ThKRUsD8WgI/AAAAAAAAAKk/8GuOeQGOKks/s1600/remote_image20110110-17863-yut3f2-0.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="124" src="http://4.bp.blogspot.com/-Vex6gewKx5I/ThKRUsD8WgI/AAAAAAAAAKk/8GuOeQGOKks/s200/remote_image20110110-17863-yut3f2-0.jpg" width="200" /></a></div>Selama ini orang mengenal anggur sebagai buah yang enak dan menyehatkan. Tahukah Anda, makan anggur sekaligus bijinya ternyata jauh lebih berkhasiat karena kandungan antioksidannya yang mampu meredam risiko kanker kulit<br />
<a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;">Selama ini orang mengenal anggur sebagai buah yang enak dan menyehatkan. Tahukah Anda, makan anggur sekaligus bijinya ternyata jauh lebih berkhasiat karena kandungan antioksidannya yang mampu meredam risiko kanker kulit?<br />
<br />
Sebagian orang pasti berpikir dua kali jika diajak makan anggur dengan bijinya sekaligus. Mungkin terasa aneh karena selama ini orang sengaja membuang bijinya. Bahkan, saat sedang asyik menikmati, akan merasa risih jika ada biji yang tersangkut, dan spontan melepehnya. Tak heran, orang lebih mencari buah anggur dengan sedikit atau tanpa biji.<br />
<br />
Mulai sekarang, buang rasa enggan itu. Pasalnya, berbagai penelitian mengungkapkan, selain kaya antioksidan, anggur potensial dikembangkan sebagai solusi alami antikanker, terutama meredam kelainan sel kulit akibat terpapar sinar matahari. Artinya, seperti kulit dan daging buahnya, biji-biji anggur pun berlimpah senyawa berkhasiat.<br />
<br />
Itulah kesimpulan peneliti dari Universitas Alabama, Amerika Serikat, terhadap tikus percobaan. Dalam risetnya, sekelompok tikus tanpa bulu diekspos sinar ultraviolet (UV). Beberapa diberi makanan tambahan (ekstrak) mengandung bahan kimia berasal dari biji anggur (grape seed proanthocyanidins/GSPs), sedangkan tikus lain diberikan makanan biasa tanpa suplemen.<br />
<br />
Berdasarkan pengamatan dan hasil tes laboratorium, tikus yang diberi tambahan ekstrak GSPs bereaksi positif dan cukup efektif menghambat pengaruh buruk UV, yang bisa mencetuskan zat karsinogenik (pencetus kanker). Tumor yang ada di tubuh tikus-tikus itu 78 persen lebih kecil daripada yang tidak diberi ekstrak biji anggur.<br />
<br />
Tekan pembentukan estrogen Dalam presentasi yang disampaikan Dr Santosh K Katiyar dalam suatu konferensi tahunan American Chemical Society, disebutkan bahwa GSPs memiliki antioksidan aktif. Seperti diketahui, sinar UV bisa menghambat sistem kekebalan dan masalah tersebut bisa dihindari berkat GSPs.<br />
<br />
Ia menganjurkan konsumsi ekstrak GSPs secara teratur sebagai suplemen harian untuk meningkatkan imunitas tubuh dari serangan radikal bebas sekaligus menekan risiko dan menghindari bahaya kanker kulit.<br />
<br />
Sementara itu, peneliti Shiuan Chen PhD dari Beckman Research Institute of the City of Hope menjelaskan bahwa jus anggur (dengan bijinya) efektif menekan pertumbuhan sel kanker dengan mencegah sintesis hormon estrogen yang berperan besar dalam perkembangan kanker payudara.<br />
<br />
Melalui tes laboratorium, jus buah dan biji anggur terbukti mampu menghentikan produksi hormon estrogen dalam sel. Penelitian terakhir menggunakan tikus yang ditanami sel tumor menunjukkan, ukuran tumor tikus yang diberi 0,5 mililiter jus anggur selama lima minggu hanya sepertiga dari yang tidak diberi jus anggur. Penelitian tahun lalu menunjukkan, ekstrak anggur merah (bukan anggur putih) mengandung senyawa yang sama dengan yang ada di jus anggur dan dapat menekan pembentukan estrogen.<br />
<br />
Pilih warna gelap Di dalam negeri memang belum ada penelitian resmi, barangkali karena negeri kita bukan penghasil dan konsumen anggur besar. Namun, secara empiris, diakui manfaat biji dan buah anggur bagi kesehatan.<br />
<br />
Hal itu seperti diungkapkan Pudji Rahayu, pengembang tanaman obat di Depok, Jawa Barat. Sudah lama ia memanfaatkan biji anggur sebagai campuran jus untuk ramuan peningkat daya tahan tubuh.<br />
<br />
”Tak usah banyak-banyak, cukup lima sampai sepuluh butir buah anggur jika dijadikan campuran buah atau herba lain. Sebaiknya pilih yang berwarna gelap, seperti ungu dan biru, karena bijinya lebih banyak. Cara ini memudahkan bagi yang kemampuan mengunyahnya mulai berkurang, terutama kaum usia lanjut,” katanya.<br />
<br />
Meski begitu, perlu diperhatikan bahwa mengonsumsi anggur bersama kulit buah dan bijinya bisa membuat iritasi pada penderita gangguan lambung. Karena itu, bila pencernaan Anda termasuk sensitif, sebaiknya jangan mengosumsi ketika perut kosong. Latihlah pencernaan Anda dengan mengosumsinya dalam jumlah terbatas sambil mengamati reaksinya.<br />
<br />
Jadi, mulai sekarang tentu tak ada alasan lagi untuk menolak makan anggur bersama kulit dan bijinya karena lebih bermanfaat dan berkhasiat</div><br />
<b>Sumber</b> : KCM @ Lalang Ken Handita---www.situshijau.com <br />
<b>Penulis</b> : Admin </div></div></td><td></td></tr>
</tbody></table></div></td><td class="shadow_right"></td></tr>
</tbody></table>Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-10865916841364965562011-07-04T20:08:00.000-07:002011-07-04T20:12:47.164-07:00BUDIDAYA DAN KEUNGGULAN PADI ORGANIK METODE SRI<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b> Abstrak<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-jzah2GxM8Mk/ThKA_nsTPgI/AAAAAAAAAKg/H2RS7qBkUIA/s1600/3-large1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://3.bp.blogspot.com/-jzah2GxM8Mk/ThKA_nsTPgI/AAAAAAAAAKg/H2RS7qBkUIA/s200/3-large1.jpg" width="182" /></a></div>Budidaya padi organik metode SRI mengutamakan potensi lokal dan disebut pertanian ramah lingkungan, akan sangat mendukung terhadap pemulihan kesehatan tanah dan kesehatan pengguna produknya. Pertanian organik pada prinsipnya menitik beratkan prinsip daur ulang hara melalui panen dengan cara mengembalikan sebagian biomasa ke dalam tanah, dan konservasi air, mampu memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional<a name='more'></a> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4338076240113141774&postID=1086591684136496556" name="more"></a>.<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">B</span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">UDIDAYA DAN KEUNGGULAN PADI ORGANIK<o:p></o:p> METODE SRI (</span></b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">System of Rice Intensification</span></i>)<o:p></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>1. 1novasi metode SRI<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>SRI </b><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara<b>, </b>terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%. Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983 -84 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana. Oleh penemunya, metododologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan Ie Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Tahun 1990 dibentuk Association Tefy Saina (ATS), sebuah LSM Malagasy untuk untuk memperkenalkan SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institution for Food, Agriculture and Development (CIIFAD), mulai bekerja sama dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana National Park di Madagaskar Timur, didukung oleh US Agency for International Development. SRI telah diuji di Cina, India, Indonesia, Filipina, Sri Langka, dan Bangladesh dengan hasil yang positif.SRI menjadi terkenal di dunia melalui upaya dari Norman Uphoff (Director CIIFAD). Pada tahun 1987, Uphoff mengadakan presentase SRI di Indonesia yang merupakan kesempatan pertama SRI dilaksanakan di luar Madagaskar<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Hasil metode SRI sangat memuaskan. Di Madagaskar, pada beberapa tanah tak subur yang produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 – 15 ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha. Metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai petani. Hanya saja diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk bereksperimen. Dalam SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, bukan diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi. Semua unsur potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>2 . Prinsip-prinsip budidaya padi organik metode SRI<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">1. Tanaman bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai (hss) ketika bibit masih berdaun 2 helai<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">2. Bibit ditanam satu pohon perlubang dengan jarak 30 x 30, 35 x 35 atau lebih jarang<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">3. Pindah tanam harus sesegera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hati-hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">4. Pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu dikeringkan sampai pecah (Irigasi berselang/terputus)<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">5. Penyiangan sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">6. Sedapat mungkin menggunakan pupuk organik (kompos atau pupuk hijau)<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>3. Keunggulan metode SRI</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">1. T<b>anaman hemat air</b>, Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen memberikan air max 2 cm, paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak ( Irigasi terputus)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">2. <b>Hemat biaya</b>, hanya butuh benih 5 kg/ha. Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak memerlukan biaya pindah bibit, tenaga tanam kurang dll.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">3. <b>Hemat waktu</b>, ditanam bibit muda 5 - 12 hss, dan waktu panen akan lebih awal<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">4<b>. Produksi meningkat, </b>di beberapa tempat mencapai 11 ton/ha<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">5. <b>Ramah lingkungan</b>, tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan Mikro-oragisme Lokal), begitu juga penggunaan pestisida.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>4. Teknik Budidaya Padi Organik metode SRI<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>4.1. Persiapan benih<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Benih sebelum disemai diuji dalam larutan air garam. Larutan air garam yang cukup untukmenguji benih adalah larutan yang apabila dimasukkan telur, maka telur akan terapung. Benih yang baik untuk dijadikan benih adalah benih yang tenggelam dalam larutan tersebut. Kemudian benih telah diuji direndam dalam air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2 hari, kemudian disemaikan pada media tanah dan pupuk organik (1:1) didalam wadah segi empat ukuran 20 x 20 cm (pipiti). Selama 7 hari. Setelah umur 7-10 hari benih padi sudah siap ditanam<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>4.2. Pengolahan tanah<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Pengolahan tanah Untuk Tanam padi metode SRI tidak berbeda dengan cara pengolahan tanah untuk tanam padi cara konvesional yaitu dilakukan untuk mendapatkan struktur tanah yang lebih baik bagi tanaman, terhidar dari gulma. Pengolahan dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan menggunakan traktor tangan, sampai terbentuk struktur lumpur. Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>4.3. Perlakuan pemupukan<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Pemberian pupuk pada SRI diarahkan kepada perbaikan kesehatan tanah dan penambahan unsur hara yang berkurang setelah dilakukan pemanenan. Kebutuhan pupuk organik pertama setelah menggunakan sistem konvensional adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan sampai 2 musim taman. Setelah kelihatan kondisi tanah membaik maka pupuk organik bias berkurang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua agar pupuk bisa menyatu dengan tanah.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>4.4.Pemeliharaan<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Sistem tanam metode SRI tidak membutuhkan genangan air yang terus menerus, cukup dengan kondisi tanah yang basah. Penggenangan dilakukan hanya untuk mempermudah pemeliharan. Pada prakteknya pengelolaan air pada sistem padi organik dapat dilakukan sebagai berikut; pada umur 1-10 HST tanaman padi digenangi dengan ketinggian air ratarata 1cm, kemudian pada umur 10 hari dilakukan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan tanaman tidak digenangi. Untuk perlakuan yang masih membutuhkan penyiangan berikutnya, maka dua hari menjelang penyiangan tanaman digenang. Pada saat tanaman berbunga, tanaman digenang dan setelah padi matang susu tanaman tidak digenangi kembali sampai panen. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Untuk mencegah hama dan penyakit pada SRI tidak digunakan bahan kimia, tetapi dilakukan pencengahan dan apabila terjadi gangguan hama/penyakit digunakan pestisida nabati dan atau digunakan pengendalian secara fisik dan mekanik <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>5. Pertanian Padi Organik Metode SRI dan Konvesional .<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Sistem tanam padi SRI, pada prakteknya memiliki banyak perbedaan dengan sistem tanam Konvensional.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>6. Perbedaan Hasil Cara SRI dengan Konvensional<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Kebutuhan pupuk organik dan pestisida untuk padi organik metode SRI dapat diperoleh dengan cara mencari dan membuatnya sendiri. Pembuatan kompos sebagai pupuk dilakukan dengan memanfaatkan kotoran hewan, sisa tumbuhan dan sampah rumah tangga dengan menggunakan aktifator MOL (Mikro-organisme Lokal) buatan sendiri, begitu pula dengan pestisida dicari dari tumbuhan behasiat sebagai pengendali hama. Dengan demikian biaya yang keluarkan menjadi lebih efisien dan murah.Penggunaan pupuk organik dari musim pertama ke musim berikutnya mengalami penurunan rata-rata 25% dari musim sebelumnya. Sedangkan pada metode konvensional pemberian pupuk anorganik dari musim ke musim cenderung meningkat, kondisi ini akan lebih sulit bagi petani konvensional untuk dapat meningkatkan produsi apalagi bila dihadapkan pada kelangkaan pupuk dikala musim tanam tiba.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><o:p> </o:p>Pemupukan dengan bahan organik dapat memperbaiki kondisi tanah baik fisik, kimia maupun biologi tanah, sehingga pengolahan tanah untuk metode SRI menjadi lebih mudah dan murah, sedangkan pengolahan tanah yang menggunakan pupuk anorganik terus menerus kondisi tanah semakin kehilangan bahan organik dan kondisi tanah semakin berat, mengakibatkan pengolahan semakin sulit dan biaya akan semakin mahal</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Hasil panen pada metode SRI pada musim pertama tidak jauh berbeda dengan hasil sebelumnya (metode konvensional) dan terus meningkat pada musim berikutnya sejalan dengan meningkatnya bahan organik dan kesehatan tanah.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Beras organik yang dihasilkan dari sistem tanam di musim pertama memiliki harga yang sama dengan beras dari sistem tanam konvesional, harga ini didasarkan atas dugaan bahwa beras tersebut belum tergolong organik, karena pada lahan tersebut masih ada pupuk kimia yang tersisa dari musim tanam sebelumnya. Dan untuk musim berikutnya dengan menggunakan metode SRI secara berturut-turut, maka sampai musim ke 3 akan diperoleh beras organik dan akan memiki harga yang lebih tinggi dari beras padi dari sistem konvensional.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>7. Manfaat Sistem SRI<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Secara umum manfaat dari budidaya metode SRI adalah sebagai berikut : <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">1. Hemat air (tidak digenang), Kebutuhan air hanya 20-30% dari kebutuhan air untuk cara konvensional<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">2. Memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan keseimbangan ekologi tanah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">3. Membentuk petani mandiri yang mampu meneliti dan menjadi ahli di lahannya sendiri. Tidak tergantung pada pupuk dan pertisida kimia buatan pabrik yang semakin mahal dan terkadang langka<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">4. Membuka lapangan kerja dipedesaan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan keluarga petani<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">5. Menghasilkan produksi beras yang sehat rendemen tinggi, serta tidak mengandung residu kimia<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">6. Mewariskan tanah yang sehat untuk generasi mendatang<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>8. KESIMPULAN<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Metode SRI menguntungkan untuk petani, karena produksi meningkat sampai 10 ton/ha, selain itu karena tidak mempergunakan pupuk dan pestisida kimia, tanah menjadi gembur, mikroorganisme tanah meningkat jadi ramah lingkungan. Untuk mempercepat penyebaran metode SRI perlu dukungan dengan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Entun Santosa, 2005. <i>Rice organic farming is a programme for strengtenning food security in sustainable rural development<b>, </b></i>Makalah disampaikan pada seminar Internasinal Kamboja ROF.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Kuswara dan Alik Sutaryat, 2003. <i>Dasar Gagasan dan Praktek Tanam Padi Metode SRI </i>(<i>System of Rice Intencification</i>). Kelompok Studi Petani (KSP). Ciamis<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Mutakin, J. 2005. <i>Kehilangan Hasil Padi Sawah Akibat Kompetisi Gulma pada Kondisi SRI </i>(<i>Systen of<o:p></o:p></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i>Rice Intencification</i><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">). Tesis. Pascasarjana. Unpad Bandung<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">Sampurna Untuk Indonesia, 2008. SRI <i>Sytem Rice intensification</i>, Pasuruan<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div>Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-73848326322658194832011-06-29T08:01:00.000-07:002011-06-29T08:05:49.800-07:00ARANG AKTIF SEBAGAI PENGENDALI RESIDU PESTISIDA<link href="file:///C:%5CUsers%5CAji%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CAji%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CAji%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-ascii-font-family:"Times New Roman";
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:"Times New Roman";
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:"Times New Roman";
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:"Times New Roman";
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-language:EN-US;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal">SUMBER DINAS PERTANIAN PROP JABAR<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">Dari aplikasi pestisida pada suatu tanaman di lahan pertanian, maka kurang lebih 60% pestisida akan jatuh ke tanah dan dari pestisida tersebut <br />
<a name='more'></a><br />
Agar residu pestisida di dalam tanah tersebut tidak terbawa aliran air maka residu itu perlu<br />
ditahan dengan suatu bahan yang dapat menyerap (imobilisasi), yakni arang aktif yang memiliki<br />
kemampuan menyerap polutan.<br />
Arang aktif dapat dibuat dari limbah pertanian yang melimpah yaitu sekam padi atau tempurung<br />
kelapa, atau limbah pertanian lainnya melalui proses pemanasan 500<sup>o</sup> C selama 5 jam dan aktivasi pada tungku listrik dengan suhu 900<sup>o</sup> C selama 60 menit. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa arang aktif yang berasal dari sekam padi dan tempurung kelapa memiliki daya serap yang tinggi (yang diekspresikan dengan angka lod) terhadap residu pestisida masing-masing sebesar 460,4 dan 1191,8 mg/g.<br />
<br />
Mekanisme Degradasi<br />
Rongga arang aktif sangat disukai oleh mikroba (bakteri tanah pendegradasi dan bakteri<br />
pengikat nitrogen) sebagai tempat tinggal (rumah), sehingga populasi mikroba tersebut menjadi<br />
meningkat dikarenakan di dalam rongga arang aktif terdapat nutrient C dan N yang berasal dari residu pestisida.<br />
Apabila residu pestisida masuk atau terperangkap di dalam rongga arang aktif, maka residu<br />
pestisida tersebut akan didegradasi oleh mikroba pendegradasi sehingga residu pestisida akan<br />
terurai/terdegradasi.<br />
Hasil penelitian menunjukkan bajwa aplikasi arang aktif di tanah dapat menurunkan residu<br />
pestisida organoklorin (lindan, aldrin, dieldrin, DDT, endosulfan dan heptaklor), organofosfat<br />
(klorpirifos, diazinon) dan karbamat (karbofuran) dengan kisaran 70-90%. Apabila konsentrasi residu pestisida di tanah dapat ditekan, maka konsentrasi residu pada produk pertanian akan dapat diminimalisir.<br />
Keuntungan penggunaan arang aktid dari limbah pertanian sangat efektif mengendalikan residu<br />
pestisida, namun tidak menimbulkan masalah baru bagi lingkungan pertanian karena mudah<br />
terdegradasi. Mengatasi pencemaran residu pestisida dan sekaligus mengurangi limbah pertanian.<br />
Arang aktif disenangi oleh mikroba pendegradasi sebagai “rumah tinggalnya”. Dari proses pembakaran limbah pertanian dapat dihasilkan bahan kimia berguna.Dampak negatif residu pestisida terhadap kesehatan manusia adalah dapat mengganggu metabolisme steroid, merusak fungsi tiroid, berpengaruh terhadap spermatogenesis; terganggunya sistem hormone endokrin (hormone reproduksi) atau yang lebih dikenal dengan istilah EDs (Endocrine Disrupting Pesticides), disamping dapat merangsang timbulnya kanker.</div><br />
Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-22671490147721203362011-06-29T07:40:00.000-07:002011-06-29T07:40:23.576-07:00TIP MENGUSIR ULAT DI TANAMAN KUBISKalau anda gemar menanam sayuran kubis tapi masih asing dengan kerabat Cabbage Moth Grub, mungkin sudah saatnya mengenal dengan lebih baik lagi ulat rakus ini yang koloninya dapat membuat banyak lubang-lubang "batik" pada tanaman kubis dalam hitungan jam saja.<a name='more'></a><br />
<br />
Seperti halnya manusia, ulat juga memiliki sistem pernafasan. Jika anda pernah menderita masalah hidung tersumbat karena flu maka salah satu ide yang coba diangkat pada tulisan ini adalah cara membuat 'hidung' ulat tersumbat dengan partikel halus sehingga ulat akan mati lemas. Partikel halus yang dapat digunakan tersebut adalah tepung terigu ....<br />
<br />
Yes, jangan memandang sebelah mata pada kekuatan tepung terigu dalam memberantas serangan Cabbage Moth Grub. Tepung terigu dapat mengatasi serangan ulat dengan dua mekanisme, mekanisme pertama adalah serbuk halus tepung terigu akan menyumbat lubang pernafasan ulat sehingga ulat tersebut akan mati lemas kehabisan nafas dan mekanisme kedua adalah, ketika termakan oleh ulat, tepung terigu akan menjadi racun perut bagi ulat.<br />
<br />
Untuk mengaplikasikan pestisida organik ini, anda dapat memasukkan terigu kedalam kontainer merica / garam kemudian menaburkannya tipis-tipis pada daun tanaman yang terserang ulat seperti saat anda menaburkan bubuk lada pada menu sirloin steak candle light diner. Setelah dua hari, lapisan tepung terigu bisa dibersihkan dari daun tanaman dengan cara menyemprotnya dengan air.<br />
<br />
Ulangi aplikasi beberapa kali jika ulat masih terlihat. Pastikan ibu atau istri tersayang tidak melihat apa yang sedang anda lakukan, ini untuk menjaga agar menu pisang goreng dan kue brownies tetap ada di minggu sore menemani nikmatnya segelas kopi atau teh hangat, jadi pandai-pandailah anda menjaga rahasia ini.<br />
SUMBER DINAS PERTANIAN PROP JABARAdministratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-77980239515839691692011-06-28T01:31:00.000-07:002011-06-28T01:42:27.660-07:00SUMBERDAYA UNGGUL PERTANIAN HARUS DIBINA SEJAK USIA DINISumberdaya Unggul Pertanian harus dibina sejak usia dini. Orangtua di rumah dan pendidik disekolah-sekolah diharapkan mendidik dari membina anak-anak menjadi pribadi yang mencintailingkungan dan pertanian.SUMBER DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROPINSI JAWA BARAT <a name='more'></a><br />
Hal tersebut disampaikan Menteri Pertanian Suswono pada acara Deklarasi Aku Cinta Petani. Dalam acara tersebut, Suswono juga menyerahkan bibit cabai kepada pihak sekolah TK al-Ikhlas.<br />
"Anak-anak negeri ini nantinya akan menjadi sumber daya manusia terampil yang mampu menciptakan teknologi untuk meningkatkan hasil produktivitas pertanian, dan saya kira itu akan bisa terwujud jika sejak dini anak-anak sudah diajarkan untuk mencintai pertanian," tutur Mentan.<br />
"Peran anak-anak sebagai sumberdaya masa depan sangat penting dan strategis untuk menjadi generasi yang melanjutkan pembangunan pertanian ke depan sebagai inventor teknologi unggulan pertanian ini nantinya," terang Mentan.<br />
Mentan mengharuskan orang dewasa yang menjadi pembimbing mereka hendaknya membina dan mengenalkan pada anak-anak ini bahwa sektor pertanian tidak kalah besar potensinya dibandingkan sektor perekonomian lainnya.<br />
"Jika satu saat anak-anak di perkotaan tertarik untuk menekuni bidang pertanian, maka peluang untuk melanjutkan pertanian yang berkelanjutan semakin besar," kata Mentan.Ditemui di tempat yang sama, kepala sekolah TK Al-Ikhlas, Muzdalifa mengatakan telah mengajarkan murid muridnya sejak ti'ga tahun yang lalu untuk bercocok tanam. Katanya anak-anak juga diperkenalkan produk-produk pertanian lokal dan membandingkan dengan produk impor. Muzdalifa selalu menekankan bahwa produk pertanian lokal kita tidak kalah berkualitas dengan impor.<br />
Mudzalifa mengatakan, dengan mengajarkan cinta bertani anak muridnya lebih menghargai produk pertanian dalam negeri yang jauh lebih baik dari produk import, dan minat anak-anak didiknya terhadap sektor petani sangat tinggi "semuanya senang dan antusias untuk menjadi petani," tuturnya. SUMBER DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROPINSI JAWA BARATAdministratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-53356292526748492292011-06-28T01:08:00.000-07:002011-06-28T01:13:03.468-07:00PEMILIHAN DAN PENERAPAN METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN PERTANIAN<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-b7rcAI4dLZU/TgmM7UPVnqI/AAAAAAAAAKc/fTtQ5gE2kwg/s1600/mengajar.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://1.bp.blogspot.com/-b7rcAI4dLZU/TgmM7UPVnqI/AAAAAAAAAKc/fTtQ5gE2kwg/s200/mengajar.JPG" width="200" /></a></div>Untuk mensukseskan pembangunan nasional di dalam sektor pertanian <br />
pembangunan pertanian terdapat tiga kelompok sasaran utama yang perlu <br />
dicapai yaitu : <br />
<a name='more'></a><br />
1. meningkatnya ketahanan pangan nasional yang meliputi meningkatnya <br />
kapasitas produksi komoditas pertanian dan berkurangnya ketergantungan <br />
terhadap pangan impor sekitar 5-10 persen dari produksi domestik; <br />
2. meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian yang <br />
meliputi meningkatnya mutu produk primer pertanian, meningkatnya <br />
keragaman pengolahan produk pertanian dan meningkatnya ekspor serta <br />
meningkatkanya surplus perdagangan komoditas pertanian; dan <br />
3. meningkatnya kesejahteraan petani yang meliputi meningkatnya <br />
produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian dan menurunnya insiden <br />
kemiskinan. <br />
Untuk mengimplementasikan sasaran pembangunan pertanian tersebut <br />
sangat diperlukan mengajak seluruh lapisan masyarakat petani dan diluar <br />
pertanian. Bentuk ajakan yang sekaligus dapat meningkatkan kemampuan <br />
masyarakat tersebut diantara melalui pendidikan non formal seperti <br />
penyuluhan. Penyuluhan pertanian merupakan proses pembelajaran bagi <br />
pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong <br />
dan mengorganisasikan dirinya dalam rangka mengakses informasi pasar, <br />
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk <br />
meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, <br />
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan. <br />
Dalam proses penyuluhan pertanian keberhasilan yang dicapai yaitu <br />
dapat penetapkan pesan / materi yang tepat sesuai dengan sasaran <br />
pembangunan pertanian tersebut tanpa mengabaikan kebutuhan dari <br />
masyarakat petani. Pesan atau materi penyuluhan pertanian untuk dapat <br />
diterima dan dihayati serta diterapkan sehingga dapat meningkatkan <br />
kemampuan, bila cara penyampaiannya yang dipilih cocok dengan kondisi dari <br />
7masyarakat petani. Memilih cara atau metode/teknik ini akan menentukan <br />
keberhasilan didalam penyelengaraan program penyuluhan pertanian yang <br />
merupakan bagian dari pembangunan pertanian.<br />
<br />
Metode Penyuluhan Pertanian adalah cara penyampaian materi (isi <br />
pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian kepada petani beserta <br />
anggota keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar <br />
mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi baru. Umumnya pesan <br />
terdiri dari sejumlah simbol dan isi pesan inilah yang memperoleh perlakuan. <br />
Bentuk perlakuan tersebut memilih, menata, menyederhanakan, menyajikan <br />
dll. Dilain pihak simbol dapat diartikan kode-kode yang digunakan pada <br />
pesan. Simbol yang mudah diamati dan paling banyak digunakan yaitu <br />
bahasa. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh penyuluh pertnaian atau <br />
sumber unutk memilih serta menata isi pesan dan simbol yang digunakan <br />
pada pesan dapat dikatakan teknik penyuluhan pertanian. Dilain pihak <br />
kegiatan penyuluhn pertanian terlibat dalam proses belajar mengajar karena <br />
penyuluhan termasuk dalam sistem pendidikan non formal. Sesusi dengan <br />
tujuan , proses belajar mengajar dalam penyuluhan pertanian menghendaki <br />
retensi yang tinggi atau efek yang maksimal. Untuk memperoleh retensi yang <br />
tinggi setiap audien memerlukan belajar yang berulang. Dengan demikian <br />
teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai keputusan – <br />
keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam memilih serta <br />
menata simbul dan isi pesan menentukan pilihan cara dan frekuensi <br />
penyampaian pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan. <br />
<br />
B. Tujuan <br />
1. Meningkatkan efektifitas penyuluhan pertanian dengan pemilihan metode <br />
yang tepat, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasarannya <br />
2. Agar penyuluh pertanian dapat menetapkan suatu metode atau <br />
kombinasi beberapa metode yang tepat dan berhasil guna. <br />
3. Agar kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan untuk <br />
menimbulkan perubahan yang dikehendaki. <br />
9C. Prinsip <br />
Sebelum menerpakan metode penyuluhan pertanian yang harus <br />
diperhatikan bagi penyuluh adalah memahami prinsip prinsip yang dapat <br />
dijadikan landasan untuk memilih metode yang tepat: <br />
1. Pengembangan untuk berpikir kreatif <br />
Melalui penyuluhan, bukanlah dimaksud agar masyarakat penerima manfaat <br />
selalu menguntungkan diri kepada petunjuk, nasehat, atau bimbingan <br />
penyuluhannya. <br />
Tetapi sebaliknya, melalui penyuluhan harus mampu dihasilkannya petani <br />
yang mampu dengan upayanya sendiri mengatasi masalah-masalah yang <br />
dihadapi, serta mampu mengembangkan kreatifitasnya untuk <br />
memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahuinya untuk terus <br />
menerus dapat memperbaiki mutu hidupnya. <br />
Karena itu, pada setiap kegiatan penyuluhan, seorang penyuluh harus <br />
mampu memilih metoda yang sejauh mungkin dapat mengembangkan daya <br />
nalar dan kreatifitas masyaraket penerima manfaatnya. <br />
2. Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan penerima manfaat <br />
dapat dipastikan bahwa, setiap individu sangat mencintai profesinya, karena <br />
itu tidak suka diganggu (untuk meninggalkan pekerjaan rutinnya), serta <br />
selalu berperilaku sesuai dengan pengalamannya sendiri dan kenyataan-<br />
kenyataan yang dihadapinya sehari-hari. Oleh sebab itu, dalam banyak <br />
kasus, kegiatan penyuluhan sebaiknya dilaksanakan dengan menerapkan <br />
metoda yang dilaksnakan di lingkungan pekerjaan (kegiatan) penerima <br />
manfaatnya. Hal ini dimaksudkan agar <br />
a . tidak banyak mengganggu (menyita waktu) kegiatan rutinnya. <br />
b. Penyuluh dapat memahami betul keadaan penerima manfaat, termasuk <br />
masalh-masalah yang dihadapi dan petensi serta peluang yang dapat <br />
dimanfaatkan utnuk perbaikan mutu hidup mereka. <br />
c. Kepada penerima manfaat dapat ditunjukkan contoh-contoh nyata <br />
tentang masalah dan petensi serta peluang yang dapat ditemukan <br />
dilingkungan pekerjaannya sendiri, sehingga mudah dipahami dan <br />
diresapi serta diingat oleh penerima manfaatnya. <br />
103. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya <br />
sebagai makhluk sosial, setiap individu akan selalu berperilaku sesuai <br />
dengan kondisi lingkungan sosialnya, atau setidak-tidaknya akan selalu <br />
berusaha menyesuaikan diri diri dengan perilaku orang-orang disekitarnya. <br />
Karena itu, kegaiatan penyuluhan akan lebih efisien jika diterapkan hanya <br />
kepada beberapa warga masyarakat, terutama yang diakui oleh <br />
lingkungannya sebagai “panutan” yang baik. <br />
4. Ciptakan hubungan yang akrab dengan penerima manfaat <br />
Kegiatan penyuluhan adalah upaya mengubah perilaku orang lain secara <br />
persuasif dengan menerapkan sietem pendidikan. <br />
Adanya hubungan pribadi yang akrab antara penyuluh dengan penerima <br />
manfaatnya, akan merupakan syarat yang harus dipenuhi, setidak-tidaknya <br />
akan memperlancar kegiatan penyuluhan itu sendiri. <br />
Keakraban hubugna antara penyuluh dan penerima manfaat ini menjadi <br />
sangat penting. Karena dengan keakraban itu akan tercipta suatu <br />
keterbukaan megemukakan masalah dan menyampaikan pendapat. <br />
Disamping itu, saran-saran yang disampaikan penyuluh dapat diterima <br />
dengan senang hati seperti layaknya saran seorang sahabat tanpa ada <br />
prasangka atau merasa dipaksa. <br />
5. Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan. <br />
Kegiatan penyuluhan adalah upaya untuk mengubah perilaku penetima <br />
manfaat, baik pengetahuannya, sikapnya atau keterampilannya. Dengan <br />
demikian, metoda yang diterapkan harus mampu merangsang penerima <br />
manfaat untuk selalu siap (dalam arti sikap dan pikiran) dan dengan suka <br />
hati atas kesadaran atau pertimbangan nalarnya sendiri melakukan <br />
perubahan-perubahan demi perbaikan mutu hidupnya sendiri. Keluarganya <br />
dan masyarakatnya. <br />
<br />
D. Rangkuman <br />
Metode Penyuluhan Pertanian adalah cara penyampaian materi (isi <br />
pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian kepada petani beserta <br />
anggota keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar <br />
mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi baru. <br />
11Teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai keputusan – <br />
keputusan yang dibuat oleh sumberatau penyuluh dalam memilih serta <br />
menata simbul dan isi pesan menentukan pilihan cara dan frekuensi <br />
penyampaian pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan. <br />
Prinsip-prinsip metode dan teknik penyuluhan pertanian <br />
a. Pengembangan untuk berpikir kreatif <br />
b. Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan penerima manfaat <br />
c. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya <br />
d. Ciptakan hubungan yang akrab dengan penerima manfaat <br />
e. Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan <br />
<br />
E. Latihan 1 <br />
<br />
Diskusikan dalam kelompok kecil dan tuangkan hasilnya dalam kertas <br />
koran/ manila <br />
a. Pengertian Metode Penyuluhan Pertanian <br />
b. Pengertian Teknik Penyuluhan Pertanian <br />
c. Tujuan dari metode dan teknik penyuluhan pertanian <br />
d. Prinsip-prinsip meto de penyuluhan pertanian <br />
e. Pesan mengandung beberapa aspek untuk dikelola <br />
Presentasekan hasil diskusi kelompok kecil di dalam kelas dan beri <br />
kesemaptan pada kelompok lain untuk bertanya <br />
<br />
<br />
A. Dasar Pemilihan <br />
Penggunaan panca indera tidak terlepas dari suatu proses belajar <br />
mengajar karena panca indera tersebut terlibat di dalamnya Hal ini dinyatakan <br />
oleh Socony Vacuum Oil Co. yang di dalam penelitiannya memperoleh hasil <br />
sebagi berikut 1 % melalui indera pengecap, 1,5 % melalui indera peraba <br />
3,5 % melalui indera pencium 11 % melalui indera pendengar dan 83 % <br />
melalui indera penglihatan. <br />
Dalam mempelajari sesuatu seseorang akan mengalami suatu proses <br />
adopsi yang berlangsung secara bertahap melalui serangkaian pengalaman <br />
mental psikologis sebagai berikut : <br />
• Tahap penumbuhan perhatian, dimana seorang sekedar mengetahui <br />
adanya suatu gagasan / ide atau praktek baru untuk pertama kalinya. <br />
• Tahap pertumbuhan minat, dimana seseorang ingin mengetahui lebih <br />
banyak perihal baru tadai dan berusaha mencari informasi lebih lanjut. <br />
• Tahap menilai, dimana seseorang mampu membuat perbandingan <br />
• Tahap mencoba, dimana seseorang mencoba gagasan baru atau praktek <br />
baru. <br />
• Tahap menerapkan, dimana seseorang meyakini gagasan atau praktek <br />
baru itu dan menerapkan sepenuhnya secara berkelanjutan di dalam <br />
usahataninya. <br />
Kemampuan seseorang untuk mempelajari sesuatu berbeda-beda <br />
demikian juga tahap perkembangan mental, keadaan lingkungan dan <br />
kesempatan, sehingga perlu ditetapkan suatu metode penyuluhan pertanian <br />
yang berhasil guna dan berdaya guna. <br />
Untuk penerapan dari metode dan teknik penyuluhan pertanian dengan <br />
mengamati terlebih dahulu dasar pertimbangan pemilihan metode dan teknik <br />
penyuluhan pertanian yang terdiri : <br />
1. Sasaran <br />
13• Yang perlu diperhatikan tingkat pengetahuan sasaran, ketrampilan dan <br />
sikap sasaran <br />
• Kondisi sosial budaya sasaran penyuluhan <br />
• Banyaknya sasaran yang dicapai. <br />
2. Sumberdaya penyuluhan <br />
Yang perlu dipertimbangan untuk sumberdaya penyuluhan pertanian ini: <br />
• Kemampuan penyuluh yang meliputi pengusaan ilmu dan ketrampilan <br />
serta sikap yang dimiliki. <br />
• Materi penyuluhan yang akan disampaikan <br />
• Ketersediaan sarana dan biaya penyuluhan <br />
3. Keadaan Daerah <br />
• Musim dan iklim <br />
• Keadaan usahatani <br />
• Keadaan lapangan <br />
4. Kebijaksanan Pembangunan Pertanian <br />
• Yang berasal dari pemerintah pusat dan daerah <br />
• Yang berasal dari masyarakat petani <br />
B. Ragam metode dan teknik <br />
Ragam metode dan teknik penyuluhan pertanian yang dapat dipilih <br />
untuk dapat diterapkan dapat didasarkan pada aspek : <br />
• Komunikasi : - langsung seperti anjangsana, pertemuan kelompok, <br />
kursustani, karyawisata/widyawisata, ceramah, FDG. <br />
- tidak langsung seperti penggunaan media cetak (poster, <br />
leaflet, folder, brosur, majalah, koran), penggunaan media <br />
elekrtonik (televisi, film radio), dialog melalui media <br />
komunikasi. <br />
• Psikososial : - massal seperti menyabaran media cetak, pengunaan media <br />
elektronik, pertemuan umum, pameran, kampanye. <br />
- kelompok seperti demontrasi, FDG, kursustani, pertemuan <br />
kelompok, karyawisata/widyawisata, ceramah. <br />
14 - individu/perorangan seperti anjangsana rumah/tempat <br />
usaha, surat menyurat, telepon. <br />
• Panca indera : - penglihatan seperti brosur, folder, leaflet, majalah, poster <br />
dan koran <br />
- pendengaran seperti tape recoder, radio, telepon <br />
- kombinasi pendengaran dan penglihatan seperti pemutaran <br />
film dan televisi <br />
Pemilihan dan menerapan metode penyuluhan pertanian berdasar <br />
komunikasi dikaitkan dengan tahapan adopsi<br />
<br />
Beberapa jenis metode penyuluhan pertanian yang dapat diterapkan: <br />
<br />
1. Ceramah <br />
Ceramah merupakan suatu pertemuan untuk menyampaikan informasi <br />
sebanyak-banyaknya dalam waktu yang relatif cepat. <br />
Tujuan : untuk menyampaikan informasi yang lengkap dengan penyelasan <br />
yang lebih mendalam. <br />
2. Demonstrasi <br />
Demonstrasi merupakan suatu metode penyuluhan di lapangan untuk <br />
memperlihatkan / membuktikan secara nyata tentang cara dan atau hasil <br />
penerapan teknologi pertanian yang telah terbukti menguntungkan bagi <br />
petani – nelayan. Berdasarkan sasaran yang akan dicapai demonstrasi <br />
dibedakan atas demostrasi usahatani perorangan (demplot), demonstrasi <br />
15usahatani kelompok (demfarm), demonstrasi usahatani gabungan kelompok <br />
(dem area) <br />
Tujuan demonstrasi <br />
a. Tujuan demonstrasi plot yaitu untuk memberikan contoh bagi petani <br />
disekitarnya untuk menerapkan teknologi baru di bidang pertanian. <br />
b. Tujuan demonstrasi farm yaitu meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan <br />
anggota kelomoktani serta memberikan contah petani disekitarnya <br />
menerapkan teknologi baru melali kerjasama kelompok. <br />
c. Tujuan demonstrasi area yaitu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan <br />
anggota kelompok tani melalui kerjasama antar kelompok tani untuk <br />
menerapkan inovasi baru di bidang pertanian serta memberikan contoh <br />
bagi petani sekitarnya. <br />
3. Anjangsana <br />
Anjangsana merupakan kunjungan yang terencana yang dilakukan oleh <br />
penyuluh ke rumah /tempat usaha petani tujuan menumbuhkan kepercayaaan <br />
diri petani dan keluarganya. <br />
Dalam anjangsana agar dapat dilakukan secara terencana, penyiapkan <br />
kebutuhan teknologi yang diperlukan petani serta bahan informasi seperti : <br />
brosur, folder, folder dan media lainnya. <br />
4. Kursus Tani <br />
Kursus tani merupakan proses belajr mengajar yang khusus diperuntukan <br />
bagi petani dan keluarganya yang diselenggarakan secara sistematis, teratur <br />
dan dalam jangka waktu tertentu. <br />
Tujuan dari khursus tani : <br />
a. meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kecakapan petani dalam <br />
memecahkan masalah yang dijumpai dalam usahataninya <br />
b. meningakatkan pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan dalam <br />
menerapkan teknologi yang lebih menguntungkan . <br />
c. menumbuhkan calon kontaktani yang bersedia dan mampu menyebarkan <br />
teknologi pertanian yang lebih menguntungkan <br />
16d. menggugah dan mengembangkan kesadaran dan swadaya serta <br />
kepemimpinan keluarga tani. <br />
5. Magang <br />
Magang merukan proses belajar mengajar anatar petani, dimana seorang <br />
petani belajar dari pengalaman kerjanya pada suatu usatani dalam keadaan <br />
sesungguhnya di lapangan dengan bimbingan petani yang berhasil <br />
menjalankan usahanya. <br />
Tujun dari magang: <br />
a. Menumbuhkan kreativitas, sikap kritis, rasa percaya diri dan jiwa <br />
kewirausahaan petani <br />
b. Menumbuhkan minat dan keyakinan petani pemagang terhadap usahatani <br />
sebagai sumber mata pencaharian. <br />
c. Menumbuhkan dan mengembangkan hubungan social dan interaksi positif <br />
antar sesama petani <br />
d. Meningkatkan ketrampilan, kecakapan dan rasa percaya diri petani pengajar <br />
dalam mengajar petani lain. <br />
6. Mimbar Sarasehan <br />
Mimbar sarasehan merupakan forum konsultasi antar kelompok andalan <br />
(KTNA) dengan pihak pemerintah yang diselenggarakan secara periodik dan <br />
berkesinambungan untuk membicarakan memusyawarahkan dan mencapai <br />
kesepakatan mengenai hal-hal yang menyangkut masalah-masalah <br />
pelaksanaan program pemerintah dan kegiatan petani dalam rangka <br />
pembangunan pertanian. <br />
Tujuan <br />
a. Memahami keadaan dan masalah yang dihadapi pembangunan pertanian <br />
di lapangan. <br />
b. Mencapai kesepakatan bersama tentang pemecahan maslah berserta <br />
penyusunan rencana kegiatan yang mencakup usahatani dan kehidupan <br />
petani dan keluarganya. <br />
c. Melaksnakan penerapan kegiatan di lapangan sesuai dengan kesepakatan <br />
bersama. <br />
17d. Meningkatkan peranan dan peranserta petani sebagai subyek <br />
pembangunan <br />
e. Mewujudkan hubungan timbal balik yang serasi antar kontaktani dan <br />
pemerintah dalam pelaksanaan dan pengawasan pembangunan pertanian <br />
untuk memperbaiki perencanaan masa yang akan datang. <br />
7. Pameran <br />
Pameran merupakan usaha untuk memperhatikan atau mempertunjukan <br />
model, contoh, barang, peta, grafik, benda hidaup dan sebagainya secara <br />
sistematis pada suatu tempat tertentu. Suatu pameran melingkupi tiga tahap <br />
usaha komunikasi yaitu menarik perhatian, mengguggah hati dan <br />
membangkitkan keinginan serta bila memungkin tahap menyakinkan <br />
diharapkan dapat juga tercapai. <br />
Tujuan <br />
a. Mempengaruhi orang untuk menerima cara-cara baru dan memperlihatkan <br />
teknologi baru sekaligus ditunjukan hasil hasil yang telah dicapai. <br />
b. Menarik perhatian banyak orang dan meningkatkan pengertian dan minat <br />
c. Menumbuhkan pengertian dan apresiasi terhadap pembangunan pertanian <br />
8. Perlombaan <br />
Perlombaan merupakan kegiatan dengan aturan tertentu untuk <br />
menumbuhkan persaingan yang sehat antar petani untuk mencapai prestasi <br />
yang diinginkan secara maksimal <br />
Tujuan <br />
a. Menarik perhatian petani terhadap suatu hal dalam usahatani <br />
b. Meningkatkan prestasi petani dalam berusahatani yang lebih baik dan lebih <br />
menguntngkan <br />
c. Menumbuhkan dan meningkatkan peransaerat petani dan kerjasama <br />
diantara petani. <br />
9. Pertemuan Diskusi <br />
Pertemuan diskusi merupakan pertmuan yang jumlah pesertanya tidak lebih <br />
dari 20 orang dan biasanya diadakan untuk bertukar pendapat mengenai <br />
18suatu kegiatan yang akan diselenggarakan tau gua mengumpulakan saran-<br />
saran untuk memecahkan persoalan <br />
Tujuan <br />
mengajak petani untuk membicarakan dan memecahkan maslah yang <br />
berkaitan dengan penerapan teknologi baru, penyaluran sarana produksi, <br />
pemasaran hasil, pengorganisasian kegiatan kelompok tani dan kelestarian <br />
sumberdaya alam. <br />
10. Temu Karya <br />
Temu karya merupakan pertemuan antar petani untuk bertukar pikiran dan <br />
pengalaman serta belajar atau saling mengajarkan sesuatu ketrampilan dan <br />
pengetahuan untuk diterapkan <br />
Tujuan <br />
a. Membuka kesempatan tukar menukar pengalaman dan ketrampilan <br />
b. Mempercepat penerapan teknologi baru. <br />
c. Memperluas cakrawala berfikir <br />
d. Meningkatkan keakraban antar petani <br />
11. Temu Lapang <br />
Temu lapang meruapakan pertemuan antara petani dengan peneliti untuk <br />
salaing tukar menukar informasi tentang tenologi yang dihasilkan oleh peneliti <br />
dan umpan baik dari petani. <br />
Tujuan <br />
a. Membuka kesempatan bagi petani untuk mendapatkan informasi teknologi <br />
hasil penelitian <br />
b. Membuka kesempatan bagi peneliti untuk mendapatkan umpan balik dari <br />
hasil-hasil penelitiannya <br />
c. Menyalurkan teknologi di kalangan petani secara lebih cepat. <br />
12. Temu Tugas <br />
Temu tugas merupakan pertemuan berkala antara pengemban fungsi <br />
penyuluhan, penelitian pengaturan dan pelayanan dalam lingkup pertanian. <br />
Tujuan <br />
19Mencapai suatu pandangan, sikap dan perilaku dalam melaksanakan suatu <br />
kegiatan pembangunan <br />
13. Temu Usaha <br />
Temu usaha merupakan pertemuan antara petani dengan pengusaha <br />
dibidang pertanian <br />
Tujuan <br />
a. Menumbuhkan rangsangan kea rah usahatani komersial kerjasama usaha <br />
dan kewirausahaan <br />
b. Membuka kesempatan bagi petani untuk mempromosikan hasil usahanya <br />
c. Membuka kesempatan untuk menambah pengetahuan dibidang <br />
pemasaran serta dibidang teknologi produksi dan pengolahan hasil <br />
d. Mengadakan transaksi usaha yang menguntungkan kedua belah pihak. <br />
14. Temu Wicara <br />
Temu wicara merupakan pertemuan antara petani dengan pemerintah <br />
untuk bertukar mengenai kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan, <br />
khususnya pembangunan pertanian serta mengenai keinginan, gagasan, dan <br />
pelaksanaan pembangunan oleh petani di lapangan. <br />
Tujuan <br />
a. Meningkatkan pengetahuan dan pengertian petani tentang pembangunan <br />
pertanian pada khususnya serta pembangunan nasional <br />
b. Meningkatkan motivasi petani untuk melaksanakan kegiatan pembangunan <br />
pertanian <br />
c. Membuka saluran umpan balik dari masyarakat tani kepada pemerintah. <br />
15. Widyawisata <br />
Widyawisata merupakan suatu perjalanan bersama yang dilakukan oleh <br />
kelompoktani, untuk belajar dengan melihat suatu penerapan teknologi dalam <br />
keadaan yang sesungguhnya, atau melihat suatu akibat tidak diterapkannya <br />
teknologi di suatu tempat. <br />
Tujuan <br />
20a. Meyakinkan peserta dengan memberikan kesempatan kepada mereka <br />
untuk melihat sendiri hasil penerapan, suatu teknologi demonstrasi <br />
suatu ketrampilan, alat baru dan sebagainya. <br />
b. Membantu peserta mengenal masalah, menumbuhkan minat dan <br />
perhatian, serta memotivasi untuk melakukan sesuatu hal. <br />
16. Karyawisata <br />
Karyawisata merupakan suatu perjalanan bersama yang dilakukan oleh <br />
kelompoktani, untuk belajar sambil bekerja suatu penerapan teknologi dalam <br />
keadaan yang sesungguhnya. <br />
Tujuan <br />
a. Memberikan kesempatan kepada petani untuk belajar sambil melakukan <br />
sendiri hasil penerapan, suatu teknologi demonstrasi suatu ketrampilan, <br />
alat baru dan sebagainya. <br />
b. Membantu peserta mengenal masalah, menumbuhkan minat dan <br />
perhatian, serta memotivasi untuk melakukan sesuatu hal. <br />
17. Sekolah Lapang <br />
Sekolah lapang merupakan kegiatan pertemuan berkala yang dilakukan <br />
oleh sekelompok petani pada hamparan tertentu, yang diawali dengan <br />
membahas masalah yang sedang dihadapi, kemudian diikuti dengan curah <br />
pendapat, berbagi pengalaman tentang alternatif dan pemilihan cara <br />
pemecahan masalah yang palibng efektif dan efisien sesuai dengan <br />
sumberdaya yang dimiliki. <br />
Tujuan <br />
a. Petani memiliki kesempatan mengidentifikasi kebutuhan ilmu dan <br />
ketrampilan dalam melaksanakan usahataninya <br />
b. Petani belajar untuk menambah ilmu dan ketrampilan untuk memecahkan <br />
masalah yang dihadapinya ditempat yang sesuai dengan keadaan dan <br />
masalah yang dihadapi sehari-hari. <br />
c. Petani mampu menganalisis dan mengambil keputusan yang rasional <br />
tentang tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah dan <br />
memperbaiki usahataninya berdasarkan hasil lapangan. <br />
21d. Para petani mampu bekerjasama dalam proses belajar untuk <br />
meningkatkan produktivitas usahataninya secara berkelanjutan. <br />
<br />
C. Rangkuman <br />
Pemilihan metode dan teknik penyuluhan pertanian didasari tingkat <br />
kemampuan penerimaan panca indera dan tahapan adopsi yang meliputi <br />
kesadaran, minat, menilai, mecoba dan menerapkan. <br />
Dasar pertimbangan pemilihan metode dan teknik penyuluhan pertanian <br />
meliputi keadaan sasaran, sumber daya penyuluhan, keadaan wilayah dan <br />
kebijakan pembangunan pertanian. <br />
Ragam metode dan teknik penyuluhan dapat didasari dari pendekatan <br />
jenis komunikasi, psikososial dan panca indera <br />
<br />
<br />
D. Latihan 2 <br />
Diskusikan dalam kelompok kecil dan tuangkan hasilnya dalam kertas <br />
koran/manila <br />
a. Panca indera yang dapat menerima respon yang paling besar dari <br />
rangsangan <br />
b. Tahapan dari menerapan/adopsi sebagai dasar pemilihan metode dan <br />
teknik penyuluhan pertanian <br />
c. Dasar pertimbangan untuk pemilihan metode penyuluhan pertanian <br />
d. Metode yang berdasarkan aspek psikososial pendekatan individu, <br />
kelompok dan massal <br />
e. Metode yang berdasarkan aspek pendekan komunikasi langsung dan tidak <br />
langsung <br />
Presentasekan hasil diskusi kelompok kecil didalam kelas dan beri kesemaptan <br />
pada kelompok lain untuk bertanya <br />
<br />
<br />
<br />
ANALISIS EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE DAN TEKNIK <br />
PENYULUHAN PERTANIAN <br />
A. Lingkup Analisis <br />
Metode penyuluhan merupakan cara penyampaian pesan agar dapat <br />
terjadi perubahan sehingga sasaran tahu, mau dan mampu dalam <br />
menerapkan inovasi baru. Ketika penyuluh telah dapat menetapkan cara untuk <br />
menyampaikan pesan diharapkan keputusan tersebut dapat memberikan <br />
tingkat efektivitas yang optimalmaksimal untuk kegiatannya. Untuk mengamati <br />
apakah cara untuk menyampaikan suatu pesan itu tersebut berdaya guna <br />
ataukah perlu disempurnakan dapat dilakukan analisis tingkat efektivitasnya. <br />
Sesuai dengan pendayagunaan teknik penyuluhan pertanian yaitu <br />
terjadinya efek yang optimal dalam proses komunikasi inovasi. Oleh karena itu <br />
keputusan cara penyampaian pesan yang diambil penyuluh harus dapat ditata <br />
dan diolah. <br />
1. Lingkup teknik pendayagunaan penyuluhan pertanian meliputi : <br />
a. Memilih dan menata simbol, <br />
b. Memilih dan menata isi pesan, <br />
c. memilih cara penyamapain pesan baik tunggal maupun kombinasi <br />
2. Lingkup pendayagunaan teknik penyuluhan pertanian dalam perlakuan <br />
terhadap simbol : <br />
a. Memilih bahasa yang tepat <br />
b. Memilih bentuk bahasa <br />
c. Memilih kata-kata yang mudah dimengerti <br />
d. Mendayagunakan tatabahasa dan gaya bahasa <br />
e. Mendayagunakan inovasi dan aksentuasi <br />
3. Lingkup pendayagunaan teknik penyuluhan pertanian dalam perlakuan <br />
terhadap pesan <br />
a. Memilih isi pesan yang memenuhi persyaratan inovasi yang dianjurkan <br />
b. Menata isi pesan agar : <br />
1) Cocok dengan cara penyampaian yang digunakan <br />
232) Cocok dengan bentuk penyajian yang di tampilkan <br />
3) Sesuai dengan daya anut sasaran <br />
4) Saling mengisi dengan kegiatan petani sesuai dengan tahapan <br />
proses adopsi. <br />
B. Analisis Efektifitas <br />
Analisis dapat dilakukan dengan cara membandingkan standart yang telah <br />
ditentukan dengan data yang diperoleh dengan dari kegiatan dari menerapan <br />
metode dan teknik penyuluhan pertanian. Selanjutnya dilakukan memasukan <br />
dalam kategori tingkat efektifitas. Untuk langkah menganalisis sebagai berikut : <br />
1. Penetapkan terlebih dahulu cara penyampaian, isi pesan dan simbol. <br />
2. Dari cara penyampaian, isi pesan dan simbol tentukan aspek yang akan <br />
dilakukan pengukuran <br />
3. Setiap aspek yang akan diukur tentukan standart yang diharapkan. <br />
4. Dari standart yang ditentukan kemudian dapat ditetapkan tingkatkan/ <br />
kategori efektifitas dari penggunaan cara penyampaian pesan tersebut. <br />
5. Pengukuran dari tingkat efektitas ini dapat dibuatkan instrumen yang <br />
berkaitan dengan cara penyampaian pesan tersebut, sebagai berikut : <br />
a. Untuk pendayagunan teknik penyuluhan penggunaan media cetak <br />
(flipcahart, leaflet, folder, brosur, poster, koran, majalah) instrumen yang <br />
dapat digunakan mulai pengamatan dari perlakuan bahasa, perlakuan <br />
isi pesan dan bentuk penyajian. <br />
b. Untuk pendayagunaan teknik penyuluhan pertanian dalam bentuk <br />
pertemuan (mimbar sarasehan, temu wicara, temu usaha, temu karya, <br />
karyawisata , demonstrasi pertemuan kelompok) intsrumen yang dapat <br />
digunakan perlakuan pada saat prapertemuan, perlakuan pada saat <br />
pertemuan, perlakuan pada saat pasca pertemuan. <br />
Contoh instrumen untuk perlakuan saat prapertemuan : <br />
Berapa orang petani atau kontaktani yang layak menjadi pemrakarsa <br />
pada temu karya. Dari jumlah tersebut berapa persen yang dapat <br />
menjadi pemrakarsa ? <br />
a lebih dari 80 % <br />
b Antara 50 – 80 % <br />
24c Kurang dari 50 % <br />
Instrumen dapat dikembangkan sesuai dengan tahapan perlaku yang <br />
akan diterapkan dari suatu metode. <br />
6. Pengumpulan data dari sasaran dapat dilakukan dengan wawancara dan <br />
survey langsung. <br />
7. Data yang telah dikumpul dapat dilakukan sortir dan cleaning, data sehingga <br />
lebih akurat. Selanjutnya data ditabulasikan untuk siap dilakukan analisis. <br />
8. Menghitung jumlah jawaban yang telah dikumpulkan ( a, b dan c) dari <br />
pertanyaan yang diajukan. Untuk yang menilai huruf a diberi angka 3, b <br />
diberi nilai 2 dan c diberi nilai 1 <br />
9. Untuk mengetahui tingkat efektifitas dapat diperoleh dari seluruh aspek <br />
perlakuan yang capai dibagi total nilai maksimal, kemudian hasilnya <br />
dikalikan 100 % <br />
10. Hasil yang dicapai dapat dibandingkan dengan tingkatan apakah cara <br />
penyampaian pesan yang telah diputuskan efektif, cukup efektif , kurang <br />
efektif atau tidak efektif dsb. <br />
C. Rangkuman <br />
Lingkup pendayagunaan metode dan teknik penyuluhan terdiri memilih dan <br />
menata simbul, isi pesan dan cara penyampaian pesan. <br />
Untuk menganalisis melakukan terlebih dahulu identifikasi, menyusun alat <br />
ukur yang meliputi pertanyaan, standart dan kategori. Menngumpulkan data <br />
dan menganalisis yang meliputi pengkodean, tabulasi dan analisis <br />
D. Latihan 3 <br />
Membuat tugas analisis efektifitas metode dan teknik penyuluhan pertanian <br />
Setiap kelompok membuatan analisis efektivitas metode dan teknik <br />
penyuluhan pertanian dengan tahap sebagai berikut: <br />
a. Mengidentifikasi penyelenggaraan pertemuan ( dapat pilih satu ) <br />
b. Menyusun alat ukur <br />
c. Melakukan analisis efektifitas kegaitan analisis berdasarkan alat ukur <br />
d. Melakukan pengolahan hasil <br />
e. Melakukan penilaian <br />
25BAB V <br />
PERANCANANGAN METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN <br />
<br />
A. Rancangan menetapkan <br />
Bila dasar pertimbangan untuk pemilihan ini telah terpenuhi maka untuk <br />
merancang metode dan teknik penyuluhan pertanian dengan melakukan <br />
tahapan : <br />
1. Mengidentifikasi dan analisis data yang dari sasaran, penyuluh dan <br />
perlengkapannya, keadaan daerah/wilayah dan kebijakan pembangunan <br />
Setelah memiliki data dasar, kegiatan selanjutnya menetapkan tahap <br />
penerapan sasaran. Untuk keperluan in penyuluh dapat menganalisis <br />
dari sebagian data. Apa tahap penerapan sasaran sudah ada atau <br />
sudah disiapkan, maka langkah berikutnya adalah mencoba menteapkan <br />
alternatif meode penyuluhan <br />
2. Menetapkan alternatif metode penyuluhan pertanian. Alternatif metode ini <br />
dapat didekati dengan penggolongan berdasarkan jumlah sasaran yaitu <br />
secara pendekatan massal, kelompok maupun perorangan. <br />
a. Metode dengan pendekatan massal dipergunakan untuk menarik <br />
perhatian, menumbuhkan minat dan keinginan serta memberikan <br />
informasi selanjutnya. <br />
b. Metode dengan pendekatan kelompok dapat dipergunakan untuk lebih <br />
rinci memeberikan informasi tentang suatu teknologi atau praktek. <br />
Metode tersebu ditujukan untuk dapat membanu seseorang dari <br />
tahap menginginkan ke tahap mencoba atau sampai tahap <br />
menerapkan. <br />
c. Metode pendekatan perorangan , dapat sangat berguna dalam tahap <br />
mencoba hingga menerapkan, metode perorangan ini dilakukan <br />
apabila sasaran sudah hampir samapai tahap mencoba dan bersedia <br />
mencoba yang tentunya memerlukan bimbingan untuk memantapkan <br />
keputusnya. <br />
d. Untuk faktor ini juga tidak lepas dari pengalaman dan masa kerja /tugas <br />
penyuluh. Penyuluh yang belum memiliki pengalaman atau dalam taraf <br />
26permulaan metode penyuluhan yang terbaik adalah pendekatan <br />
perorangan. Bila kemampuan dalam pengenal sasaran dan keadaan <br />
lapangan sudah dimiliki, maka metode penyuluhan yang efektif dalam <br />
menjangkau sasaran adalah pendekatan kelompok atau massal. <br />
3. Menetapkan metode penyuluhan pertanian. Penyuluh baru dapat <br />
memikirkan metode yang cocok dengan kondisi keadaan lapangan dan <br />
sasaran. Penetapan metode dapat satu jenis atau lebih / beberapa <br />
metode. <br />
Dalam mencapai suatu tujuan perlu dilaksanakan pemecahan <br />
dengan kombinasi metode tertentu. Pertimbangan tentang musim, <br />
keadaan usahtani, permasalahan di lapangan, fasilitas sasaran penyuluhan <br />
yang telah dikemukakan terdahulu, sangat diperlukan dalam <br />
menetapkankombinasi metode. Pertimbangan akan menghasilkan <br />
permilihan ini satu atau lebih metode penyuluhan. <br />
Bila metode yang akan diterapkan lebih dari satu maka perlu dilakukan <br />
pengulangan, urutan atau kombinasi. <br />
• Pengulangan : misalnya kursus tani I diualangi dengan yang ke II dan <br />
seterusnya dengan materi lanjutan. <br />
• Urutan : misalnya kursustani diikuti dengan wiyawisata, perlombaan <br />
dan lain-lain <br />
• Kombinasi : misalnya waktu demonstrasi sekaligus dilaksanakan <br />
lomba antar peserta dan menyebarkan publikasi. <br />
4. Setelah penyuluh dapat menetapkan cara yang digunakan untuk <br />
menyampaikan pesan/materi, selanjutnya penyuluh menyusun bagaimana <br />
untuk mengetahui bahwa teknik yang digunakan akan memperoleh <br />
tingkat efektivitas yang optimal. Yang dapat dicermati dari saat persiapan, <br />
pelaksanaan dan pasca pelaksanan ketika telah ditetapkan metode untuk <br />
diterapkan <br />
B. Rangkuman <br />
Rancangan dalam pembuatan metode dan teknik dimulai dari menigdentifikasi <br />
dan menganalisis data, menerapkan alternatif metode, menetapkan metode <br />
dan menentukan efektitasyang akandigunakan. <br />
27C. Latihan 4 <br />
Membuat tugas rancangan metode dan teknik penyuluhan pertanian <br />
a. Setiap kelompok merancang metode penyuluhan pertanian melalui <br />
pendekatan kelompok dengan menggunakan salah satu jenis teknik <br />
pertemuan <br />
b. Rancang mulai dari persiapan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan. <br />
c. Tuangkan hasil rancangan kedalam kertas koran/manila atau melalui slide <br />
show <br />
d. Presentasekan/simulasikan hasil kerja kelompok <br />
<br />
PENUTUP <br />
<br />
<br />
Metode dan teknik penyuluhan pertanian merupakan cara yang <br />
digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga agar petani mau dan mampu <br />
menerapkan inovasi baru. Agar pesan dapat diserap lebih optimal oleh petani <br />
maka penyuluh harus dapat memilih dan menerapkan metode dan teknik yang <br />
sesuai dengan kondisi petani tersebut <br />
Tingkat keberhasilan dari penerapan metode dan teknik penyuluhan <br />
pertanian dapat diukur dengan menganalisis tingkat efektifitas pemanfaatan <br />
dan pendayagunaan dari satu atau kombinasi beberapa metode. <br />
Dengan memahami metode dan teknik penyuluhan pertanian, peserta <br />
diklat dapat merancang untuk menerapkan metode dan teknik yang sesuai <br />
dengan daya anut petani. <br />
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">DAFTAR PUSTAKA </div><br />
<br />
Departemen Kehutanan. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat <br />
Penyuluhan Kehutanan Departeman Kehutanan dan Universitas <br />
Sebelas Maret. Surakarta. <br />
<br />
Departemen Pertanian. 1995. Pedoman Pemilihan Metode Penyuluhan. <br />
Pertanian. Pusat Penyuluhan Pertanian. Jakarta. <br />
<br />
Soediyanto Padmowihardjo. 1994. Metode Penyuluhan Pertanian. Modul. <br />
Universitas Terbuka. Jakarta. <br />
<br />
Totok Mardikanto. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Universitas Sebelas <br />
Maret. Surakarta. <br />
<br />
Tarya Kusnadi. 1999. Teknik Penyuluhan Pertanian. Modul. Universitas <br />
Terbuka. Jakarta. <br />
<br />
Van Den Ban dan HS Hawkins. 1998. Penyuluhan Pertanian. Penerbit <br />
Kanisius. Yogyakarta. <br />
<br />
<br />
<br />
Pegangan faslitator latihan 4 <br />
<br />
Persiapan : <br />
a. Penentuan kebutuhan materi /pesan untuk temu karya <br />
b. Terdapat Pihak terkait yang dikonsultasikan <br />
c. Undangan yang disampaikan <br />
d. Persiapan tempat dan peralatan untuk temu karya <br />
<br />
Pelaksanaan <br />
a. Pemimpin sidang yang berasal dari kontak tani <br />
b. Pembicara / demonstrator yaitu petani <br />
c. Materi dipersiapakan dan disampaikan sendiri oleh pembicara/ <br />
demonstrator. <br />
d. penulis yang berasal dari penyelenggara <br />
e. Acara yang dilakukan ruangan atau lapangan <br />
<br />
Pasca pelaksanaan <br />
Bimbingan lanjutan kepada petani mantan peserta temu karya dalam <br />
menerapkan teknologi/inovasi yang telah dipelajari dari temu karya. <br />
<br />
Pegangan bagi fasilitator latihan 3 <br />
Materi yang dijadikan temu karya minimal untuk tingkat kecamatan dan hasil <br />
dari identifikasi potensi wilayah <br />
Membuat daftar pertanyaan yang mencakup lingkup : <br />
• Persiapan penyelenggaraan <br />
• Selama pelaksanaan penyelenggaraan <br />
• Pasca penyelenggaraaan <br />
Setiap pertanyaan terdiri dari pernyataan/statemen, standarat dan kategori / <br />
kriteriaAdministratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-36245929650741799992011-06-14T03:31:00.000-07:002011-06-14T03:31:26.274-07:00Kesiapan Petani Menggunakan Pupuk Organik untuk Padi Sawah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-tJwCE61tJN8/Tfc4AQqAYzI/AAAAAAAAAKY/3jl2cdjSpzM/s1600/organik.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://4.bp.blogspot.com/-tJwCE61tJN8/Tfc4AQqAYzI/AAAAAAAAAKY/3jl2cdjSpzM/s200/organik.png" width="195" /></a></div>Sumarno dan Unang G. Kartasasmita – Pusat Penelitian & Pengembangan Tanaman Pangan<br />
Penggunaan pupuk organik yang dilupakan oleh petani sejak penerapan teknologi revolusi hijau pada tahun 1970-an, mulai digalakkan kembali oleh Kementerian Pertanian dan Pemprov/Pemkab, sejak tahun 2007.<a name='more'></a><br />
<br />
Program Kementerian Pertanian untuk memasyarakatkan pemakaian pupuk organik diwujudkan berupa bantuan APPO, RPPO, Bantuan Langsung Pupuk Organik Granul/Cair (BLPOG-BLPOC), subsidi harga pupuk organik, dan pelatihan-penyuluhan penggunaannya. Untuk keberlanjutan penggunaan pupuk organik, petani harus mampu menyediakan sendiri kompos, agar pengangkutannya tidak jauh dari sawah petani.<br />
<br />
Ketersediaan bahan pupuk organik dan kesiapan petani untuk menggunakan pupuk organik telah diteliti pada tahun 2010, menggunakan metode survei, di Jawa Barat (empat kabupaten), Jawa Tengah (3 kab.) dan Jawa Timur (3 kab.) dengan responden total 63 kelompok tani (Keltan).<br />
<br />
Tujuan penelitian adalah mendapatkan informasi tentang: pemahaman petani akan manfaat pupuk organik (PO); penguasaan teknik pembuatan kompos; ketersediaan bahan organik untuk pembuatan PO; hambatan penggunaan PO; dan untuk merumuskan saran kebijakan dalam pemasyarakatan PO.<br />
<br />
Sebagian besar anggota kelompok tani (Keltan) memahami manfaat PO secara empiris, yang disebutkannya: tanah lebih subur dan mudah dilumpurkan; tanaman padi lebih subur dan daun lebih hijau; hasil lebih tinggi dan gabah lebih berbobot; sebagian anggota Keltan juga menyebutkan tanaman padi lebih tahan terhadap hama-penyakit. Anggota Keltan yang aktif membuat PO masih rendah, di Jawa Barat rata-rata: 23%; Jawa Tengah: 15%; dan Jawa Timur: 40%.<br />
<br />
PO yang dibuat juga belum mencukupi dosis yang dianjurkan, yaitu di Jabar rata-rata hanya 0,42 t/ha (15% dari dosis anjuran); Jateng: 0,40 t/ha (20%); Jawa Timur: 1,2 t/ha (48%). Rata-rata 3 provinsi aplikasi PO adalah 0,7 t/ha/musim atau baru mencapai 27% dosis anjuran. Seluruh responden anggota Keltan belum ada yang mengetahui berapa kandungan hara N, P dan K dalam PO.<br />
<br />
Ketersediaan bahan organik untuk pembuatan PO di rumah tangga petani sangat sedikit, di Jawa Barat rata-rata anggota Keltan ketersediaan kotoran hewan (kohe) 0,95 t/ha/tahun; hijauan pekarangan 1,80 t/ha/th; di Jawa Tengah kohe 0,94 t/ha/th; hijauan pekarangan 1,40 t/ha/th; di Jawa Timur, kohe 3,0 t/ha/th; dan hijauan pekarangan 1,1 t/ha/th. Hanya kohe yang digunakan untuk pembuatan kompos sebagai PO, sedangkan hijauan dari pekarangan tidak digunakan untuk pembuatan kompos atau untuk PO.Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4338076240113141774.post-43647224508173446652011-06-14T03:23:00.000-07:002011-06-14T03:23:31.815-07:00126 Hektar Pertanian Diserang Hama<div style="text-align: justify;">SUKABUMI (Pos Kota) – Sekitar 126 hektar areal pertanian di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat terserang hama sepanjang Mei hingga Juni 2011. Kendati begitu, serangan hama tersebut belum menyebabkan gagal panen (puso).</div><a name='more'></a><br />
<div> </div><div style="text-align: justify;">Kepala Seksi Perlindungan Padi Palawja, Dinas Pertanian Tanaman Pangan (DPTP) Kabupaten Sukabumi, Enday mengakui ratusan hektar lahan pertanian saat ini diserang hama tikus, hama putih, dan penggerek batang.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“Hama tersebut tersebar di Kabupaten Sukabumi. Seperti penggerek batang merusak sekitar 57 hektar. Sementara hama putih mencapai kerusakan 39 hektare areal pertanian. Sedangkan hama tikus menyerang 30 hektar,” kata Enday, Senin (13/6).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Disebutkan Enday, kendati tidak menyebabkan puso, serangan hama tersebut telah merusak pertanian. Tanaman padi yang dalam waktu dekat akan segera dipanen, kata Enday, juga diserang. “Kerusakan pertanian hanya ringan, jadi belum mengakibatkan gagal panen,” tegasnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sementara itu, Kepala DPTP Kabupaten Sukabumi, Sudrajat menambahkan, untuk memberantas hama pertanian pihaknya terus berupaya mengendalikan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“Kita terus melakukan upaya membasmi hama. Salah satunya memberikan bantuan racun dalam membasmi hama tikus kepada para petani,” ujarnya. (<strong>sule/dms</strong>)</div>Administratorhttp://www.blogger.com/profile/11436764673875216615noreply@blogger.com0