Aplikasi teknologi irigasi tetes atau irigasi mikro sejauh ini masih miliknya petani bermodal kuat dan untuk komoditas bernilai komersial tinggi. Teknologi ini merupakan alternatif yang bermanfaat pada lahan tadah hujan yang di luar jangkauan sistem irigasi teknis.
Aplikasinya banyak dilakukan di lahan-lahan datar tetapi tidak bisa begitu saja digunakan di lahan perbukitan. Padahal pertanian tadah hujan di lereng-lereng perbukitan butuh sekali karena di sana sistem irigasi teknis langka dan pasok air sering terbatas. Para petani kecil dan yang dana investasinya terbatas jelas membutuhkan teknologi irigasi yang praktis dan dalam jangkauan kemampuan mereka.
Ternyata peluang aplikasi irigasi mikro bagi petani dengan modal terbatas di kawasan perbukitan sudah terbuka. Antara lain berkat hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Victor B. Ella, professor pada Divisi Sumberdaya Tanah dan Air, Lembaga Teknik Pertanian (IAE) Universitas Pilipina, Los Banos dan rekan dari sejumlah lembaga ilmiah Amerika Serikat. Penelitian itu didanai oleh proyek USAID tentang "Agroforestry and Sustainable Vegetable Production System in Southeast Asia".
Dr. Ella mengungkapkan telah tersedia perangkat perlengkapan yang dinamai IDE 'easy drip' kit cukup praktis untuk digunakan di kawasan perbukitan. Biaya investasi untuk peralatan yang menggunakan tabung- tabung mikro tersebut jauh lebih murah, yakni separuh lebih dibanding perangkat peralatan irigasi mikro konvensional yang umumnya di luar jangkauan petani biasa.
Serangkaian penelitian aplikasi perangkatIDE 'easy drip' yang telah dilakukan menunjukkan kelayakan aplikasinya di lereng-lereng perbukitan untuk menghemat air, memanfaatkan ketersediaan air yang terbatas, sekaligus untuk meningkatkan produksi tanaman.
Satu model sistem IDE untuk irigasi tetes 100 m2 lahan membutuhkan tangki air berkapasitas 200 liter. Tangki ditempatkan di atas landasan yang memungkinkan pencapaian ketinggian permukaan air yang cukup untuk operasional sistem yang disebutoperating head. Dari tangki air mengalir melalui pipa polietilen diameter 16 mm dan saringan ke 10 pipa lateral bertabung yang terletak di atas tanah. Pipa-pipa tersebut dilengkapi tabung-tabung mikro yang berujung pada basis tanaman.
Ide sistem irigasi tetes di perbukitan ialah menangkap air secara manual atau dipompa untuk disalurkan secara berangsur ke tanaman. Karena di lahan miring air yang dilepas akan mengalir begitu saja di atas tanah.
Menggunakan sistem perangkat IDE tersebut, petani dengan sendirinya tidak memerlukan pompa untuk menjaga kestabilan tekanan penyaluran air dari tangki ke tanaman sebagaimana pada perangkat irigasi tetes konvensional. Petani tinggal menyalurkan air ke tangkilalu membuka kran, maka air akan tersalur. Sehingga, di samping biaya peralatan murah, biaya operasi juga lebih murah.
Namun, tidak berarti sistem tersebut bebas dari masalah. Menurut Dr. Ella, satu hal yang bisa dihadapi petani ialah distribusi air yang bisa tidak seragam. Kecepatan tetesan ada yang lebih cepat dan ada yang lebih lambat. Pertanian di lahan miring berpola melingkar sehingga penyaluran air akan dipengaruhi oleh perbedaan tinggi antara tangki dengan alat penetes air (dripper) serta derajat kemiringan lahan. Cara mengatasinya cukup dengan penataan dan penyetelan seperlunya.
Dari hasil percobaan irigasi tetes yang dilakukan dengan perangkat IDE, diketahui bahwa bagi lahan dengan kemiringan ringan(mild), maka tinggi permukaan air yang sesuai (yang disebutoperating head) di tangki sebaiknya 3 meter.
Diingatkan bahwa sistem sederhana IDE ini tidak bisa berfungsi dengan baik pada lahan dengan kemiringan lebih dari 30°. Untuk kemiringan yang lebih tajam itu diperlukan bantuan pengatur tekanan (pressure regulator).
Hasil uji coba lapangan sistem irigasi tetes tersebut di lahan miring tadah hujan mampu meningkatkan hasil berbagai jenis sayuran hasil sampai dua kali lipat dibanding dengan cara pengairan biasa yakni yang bergantung pada curah hujan.
Dr. Ella menekankan kemanfaatan penghematan air pada sistem irigasi tetes karena air digunakan hanya untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi tanaman sehingga tidak terjadi perembesan (percolation) atau mengalir terbuang(runoff). Efisiensi penggunan air cukup tinggi sehingga pengairan bisa berlangsung baik dalam kondisi pasok air yang terbatas. Sistem ini, sebagaimana sistem irigasi tetes umumnya, bisa pula digunakan untuk menyalurkan pupuk cair ke tanaman.
Sumber : SINAR TANI | File : | Dibaca : 694 x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar